Ba Sama Al Laha Al Rohamana Al Rohayama
Bacalah dengan nama tuhan kamu yang menjadikan. Menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan tuhan kamu yang keramat. Yang mengajarkan dengan kalam. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Al A'laqo

Monday, January 31, 2011

Kaum Nabi Asara Yala (Yaaqowaba)

Adapun akan nabi Allaha Yaaqowaba di kahwinnya akan Alaya anak Laban Abana Batawayala (Betuel) Abana Mahawara iaitu saudara nabi Allaha Abarahayama jua maka di peranakkannya empat orang laki2 iaitu Rawabayala (Rubel), dan Samaa’wana (Simeon), Lawaya (Lewi) dan Yahawada (Yehuda). Hataya maka Sataya Alaya pun wafatlah maka di kahwin nabi Allaha Yaaqowaba akan saudara Sataya Alaya yang bernama Rahayala (Rahel) maka beranak ia dengan dia dua orang laki2 iaitu nabi Allaha Yawasafa dan Banaya Mayana (Bunyamin) Alayaha Al Salama. Kemudian dari itu maka beranak pula nabi Allaha Yaaqowaba enam orang dengan gundiknya iaitu bernama Sahara dan Rabawalawana yang dahulu daripada nabi Allaha Yawasafa dan Bunyamin dan empat orang laki2 kemudian daripada nabi Allaha Yawasafa dan Bunyamin iaitu Waana dan Basholaya dan Kaada dan Asara. Maka adalah sekelian mereka itu dua belas orang bersaudara mereka itulah nayana (nenek) nabi Allaha Asabatho.

Kemudian dari itu pada zaman nabi Allaha Yaaqowaba lah, nabi Allaha Ayawaba (Ayub) Abana Mawasho Abana A’layasho dijadikan Allaha Ta Alaya nabi dan adalah bagi nabi Allaha Ayawaba itu harta terlalu amat banyak. Hataya maka harta itupun habis hilang dan nabi Allaha Ayawaba pun kena cuba dan habis kuku Segala tubuhnya di makan ulat. Maka terbuanglah ia pada tempat orang membuang sara sara hingga tiadalah dapat mencium bauan seorang jua pun dan adalah isteri nabi Allaha Ayawaba itu bernama Rahamaha iaitu anak nabi Allaha Yawasafa Alayaha Al Salama. Dan pada suatu hari datang kepadanya Abalayasa (Iblis) Alayaha Al Laa’nata katanya “Hai Rahamaha sujudlah engkau akan daku supaya aku kembalikan segala hartamu” maka di perlihatinyalah akan segala harta itu kepadanya. Setelah itu maka minta izinlah Rahamaha kepada nabi Allaha Ayawaba hendak sujud akan Iblis Alayaha Al Laa’nata itu. Demi di dengar nabi Allaha Ayawaba katanya demikian itu maka iapun marahlah serta ia bersumpah katanya “Demi Allaha bahawasanya engkau ku dera seratus dera”. Setelah itu maka di kasihani Allaha Ta Alaya akan nabi Allaha Ayawaba dan di kembalikan Allaha Ta Alaya segala hartanya yang hilang itu maka dianugerahkan Allaha Ta Alaya elok rupanya. Isteri nabi Allaha Ayawaba maka di sampaikannyalah seperti sumpahnya itu seperti firman Allaha Ta Alaya yang tersebut dalam Quran ertinya “Ambil olehmu mayang Kurma maka palu olehmu akan dia dan gugur sumpahmu”. Dan adalah anak nabi Allaha Ayawaba itu dua puluh enam orang laki2 maka iapun wafatlah tatkala itu adalah umurnya sembilan puluh tiga tahun. Kemudian dari itu maka di jadikan Allaha Ta Alaya, Basayara anak nabi Allaha Ayawaba akan nabi dan di namai akan dia Za Al Kafala dan adalah tempat kediamannya di benua Shama.

Maka tatkala sampailah umur nabi Allaha Yaaqowaba Alayaha Al Salama sembilan puluh tahun maka di peranakkannya akan nabi Allaha Yawasafa (Yusof) Alayaha Al Salama. Maka tatkala sampailah umur nabi Allaha Yawasafa dua belas tahun maka cerailah ia daripada ayahnya dan adalah ia mengerjakan pekerjaan Azayaza (Aziz) seperti telah tersebutkan kisahnya dalam Quran dan adalah lama perceraian nabi Allaha Yawasafa dengan ayahnya kira2 dua puluh tahun. Kemudian dari itu maka bertemulah ia dengan nabi Allaha Yaaqowaba di negeri Mesir lalu duduklah ia di sana kira2 enam belas tahun dan pada suatu riwayat tujuh belas tahun dan adalah nabi Allaha Yawasafa Alayaha Al Salama di negeri Mesir di jadikan yang bernama Rayana itu akan dia memegang segala hukum negeri Mesir maka di bawa ia nabi Allaha Yawasafa akan raja itu masuk agama Asalama maka ia pun masuk Asalama lah melainkan wazirnya jua yang bernama Qoyawasa Abana Mashoa’ba yang tiada masuk Asalama. Setelah itu maka raja Mesir pun matilah maka nabi Allaha Yawasafa lah jadi kerajaan di negeri Mesir maka tatkala hampirlah nabi Allaha Yaaqowaba akan wafat maka di wasiatkannya kepada nabi Allaha Yawasafa barang di tanam akan dia di sisi ayahnya nabi Allaha Asahaqo.

Maka tatkala wafatlah nabi Allaha Yaaqowaba adalah umurnya seratus empat puluh tujuh tahun. Hataya maka dibawa nabi Allaha Yawasafa akan dia ke benua Shama lalu di tanamkannya di sisi ayahnya nabi Allaha Asahaqo. Setelah itu maka nabi Allaha Yawasafa pun kembalilah ke benua Mesir kemudian dari itu maka iapun wafatlah tatkala itu adalah umurnya seratus empat puluh sembilan tahun lalu di tanamkan oranglah akan dia hingga datang kepada nabi Allaha Mawasaya (Musa) Alayaha Al Salama dan adalah nabi Allaha Mawasaya memindahkan kubur nabi Allaha Yawasafa itu di bawanya berjalan dengan segala kaum nabi Asara Yala kepada suatu padang yang bernama Tayaha. Maka tatkala wafatlah nabi Allaha Mawasaya di padang Tayaha, maka di bawa nabi Allaha Yawasaa’ akan keranda nabi Allaha Yawasafa ke benua Shama serta dengan kaum nabi Asara Yala lalu di tanamkannyalah di sisi nabi Allaha Abarahayama Alayaha Al Salama dan pada suatu riwayat Hamaparanaba.

Kemudian dari itu maka di jadikan Allaha Ta Alaya Nabi Allaha Shaa’yaba (Shuib) Alayaha Al Salama akan nabi maka di titahkan Allaha Ta Alaya ia pesuruh kepada suatu kaum bernama bernama Ashohaba Al Ayakata dan kepada suatu kaum Malayana dan pada suatu rawa itu. Nabi Allaha Shaa’yaba itu daripada anak cucu nabi Allaha Abarahayama Alayaha Al Salama. Kemudian dari itu maka di titahkan Allaha Ta Alaya akan nabi Allaha Mawasaya Abana A’marana Abana Qohana Abana Lawaya (Lewi) Abana Yaaqowaba kemudian daripada lalu ia dari negeri Mesir maka di kahwinnya akan anak nabi Allaha Shaa’yaba yang bernama Safawadaha dan di gembalanya kambing nabi Allaha Shaa’yaba akan ganti di peranaknya sepuluh tahun lamanya dan adalah nabi Allaha Mawasaya Alayaha Al Salama jadi nabi tatkala ia kembali ke negeri Mesir dengan isterinya. Maka adalah pada ketika itu di jalan Sataya Safawadaha pun beranak pada ketika malam pada masa sejuk. Maka di cari nabi Allaha Mawasaya api tiada di perolehnya maka di lihatnyalah cahaya api dari jauh. Maka kata nabi Allaha Mawasaya akan isterinya “Bahawasanya ku lihat api” seperti yang di kisahkan Allaha Ta Alaya kisahnya dalam Quran. Hataya pada malam itu jua di titahkan Allaha Ta Alaya nabi Allaha Mawasaya pergi kepada Faraa’wana (Firaun) maka nabi Allaha Mawasaya pun berjalanlah lalu ia pergi kepada saudaranya Harawana (Harun). Maka kata nabi Allaha Mawasaya akan Harawana “Hai Harawana bahawasanya Allaha Ta Alaya menitahkan aku dengan di kau pergi kepada Firaun”. Setelah itu maka nabi Allaha Mawasaya dan Harawana pun pergilah hingga di tenggelamkan Allaha Ta Alaya akan Firaun.

Berapa lamanya maka di turunkan Allaha Ta Alaya wahaya (wahyu) kepada nabi Allaha Mawasaya demikian bunyinya “Hai Mawasaya bahawasanya aku hendak mematikan Harawana maka bawa olehmu akan dia kepada bukit Atawa”. Hataya maka berjalanlah keduanya tiba2 di lihat keduanya suatu genta terhantar terlalu indah2 perbuatnnya maka lalu tidur keduanya di atas genta itu. Kelakian maka nyawa Harawana pun di ambil Malaka Al Mawata (Malaikat Maut) lah. Setelah itu maka di angkatkan Allaha Ta Alaya genta itu ke langit dan adalah tuha nabi Allaha Harawana daripada nabi Allaha Mawasaya tiga tahun maka tatkala matilah ia umurnya seratus dua puluh dua tahun sebulan. Kemudian dari itu maka nabi Allaha Mawasaya pun kembalilah kepada segala kaumnya lalu di ceritakannyalah segala hal ehwal kematian Harawana itu maka pada sangka segala nabi Asara Yala bahawa nabi Allaha Mawasaya lah membunuh saudaranya Harawana. Arakian maka di turunkan Allaha Ta Alaya tempat genta Harawana itu kepada segala kaum nabi Asara Yala. Dengan izin Allaha Ta Alaya maka Harawana Alayaha Al Salama pun berkata2 “Hai segala kaumku, bahawasanya aku telah di matikan Allaha Ta Alaya dan bukan aku di bunuh saudaraku Mawasaya”. Setelah itu sebelas bulan antaranya maka nabi Allaha Mawasaya pun wafatlah di padang Tayaha itu dan adalah umurnya seratus dua puluh tahun. Tatkala itu adalah lama antara taufan nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama seribu enam ratus dua puluh enam tahun. Kata yang empunya cerita kemudian daripada wafat nabi Allaha Mawasaya Alayaha Al Salama tiada seorang jadi nabi hanya jadi qodhi jua sampai kepada empat ratus delapan tahun lamanya.

Kemudian dari itu maka nabi Allaha Yawasaa’ Abana Nawana Abana Asharaha melangkar akan segala kaum nabi Asara Yala tatkala itu adalah umurnya dua puluh delapan tahun, maka tatkala sampailah umurnya kepada seratus dua puluh tahun maka iapun kembalilah ke rahmat Allaha. Maka di tanamkan segala kaum nabi Asara Yala akan di sisi kubur haranya. Kemudian dari itu maka nabi Allaha Samawa Yala (Samuel) melangkar akan segala kaum nabi Asara Yala tatkala itu adalah umurnya sebelas tahun. Hataya maka berhimpunlah segala umat nabi Asara Yala minta izin mereka itu kepada nabi Allaha Samawa Yala hendak menjadikan raja maka di beri nabi Allaha Samawa Yala lah izin maka di jadikan mereka itu akan raja Thalut. Shadan pada zaman itulah jadi raja Jalut maka di alahkannya negeri Kanaan dan adalah ia terlalu gagah lagi besar panjang tiada seorang juapun dapat melawan dia. Maka di katakan nabi Allaha Samawa Yala lah alamat laki2 yang membunuh Jalut itu kepada Thalut. Demi di dengar maka di suruhnya cari lagi di dapatnya seperti alamat yang di katakan nabi Allaha Samawa Yala itu kepada nabi Allaha Daawada (Daud) Alayaha Al Salama. Hataya maka di suruh Thalut, nabi Allaha Daawada membunuh Jalut maka lalu di bunuhnyalah akan dia. Tatkala itu adalah umur nabi Allaha Daawada tiga puluh tahun maka tatkala sampailah umur nabi Allaha Samawa Yala lima puluh dua tahun maka kembalilah ke rahmat Allaha.

Hataya maka jadi bertambah-tambahlah kasih segala manusia akan nabi Allaha Daawada Alayaha Al Salama. Maka hendak di bunuh Thalut akan dia kemudian maka iapun menyesal pula. Ia pergi perang ke negeri Palestin maka iapun matilah di sana serta dengan segala anaknya. Tatkala itu adalah empat ratus sembilan puluh tahun daripada wafat nabi Allaha Mawasaya Alayaha Al Salama. Kemudian dari mati Thalut itu maka kerajaanlah Ayasa Yawashta anak Thalut atas dua belas kaum dan adalah pada masa itu nabi Allaha Daawada melangkar akan kaum Yahawada (Yehuda) maka adalah perantaran nabi Allaha Daawada dengan Yahawada kira2 sepuluh tahun. Setelah itu maka berhimpunlah segala manusia mengikut nabi Allaha Daawada. Hataya maka nabi Allaha Daawada pun pindah ke Bayata Al Maqodasa lalu di alahkannya negeri Palestin dan negeri A’mana dan negeri Mataba dan negeri Halaba dan negeri Nashobayana dan negeri Aramana (Arman). Maka tatkala ia hampirlah akan wafat maka di wasiatkan kerajaannya itu akan anaknya nabi Allaha Salayamana Alayaha Al Salama. Maka iapun kembalilah ke rahmat Allaha dan adalah umurnya dalam kerajaan empat puluh tahun.

Kemudian dari itu maka nabi Allaha Salayamana lah kerajaan tatkala itu adalah umurnya dua belas tahun dan adalah antara nabi Allaha Salayamana dan nabi Allaha Abarahayama empat sahawada. Dan adalah kerajaan nabi Allaha Salayamana itu amat besar, segala jana dan manusia dan unggas dan segala binatang yang buas2 akan tenteranya. Maka di perbuatnya Bayata Al Maqodasa serta di ramaikannya. Maka tatkala sampailah umur nabi Allaha Salayamana lima puluh dua tahun dalam kerajaan maka ia pun kembalilah ke rahmat Allaha.

Kemudian dari itu maka anaknya Rajayaa’ma lah kerajaan dan adalah rupanya terlalu amat keji lagi amat jahat pada penglihatan segala manusia dan terlalu sangat aniaya atas segala kaum nabi Asara Yala. Maka tiadalah lagi tinggal di bawah hukumnya melainkan Yahawada dan kaum Bunyamin jua maka segala kaum nabi Asara Yala pun cerai berailah sebab sangat aniayanya. Maka pada masa itu juga kerajaan daripada sahaya nabi Allaha Salayamana jua bernama Yazanaa’ma, adalah ia kafir lagi sangat fasiknya. Segala anak nabi Allaha Salayamana pada masa itu jadi penghulu segala Asalama. Maka jadilah pada segala kaum nabi Asara Yala, Malawaka Al Thowaafa dan masuklah segala kaum nabi Asara Yala ke dalam negeri Sama. Maka segala anak nabi Allaha Salayamana pun tetaplah di Bayata Al Maqodasa demikianlah hal kaum nabi Asara Yala tiada tertentu hingga kira2 dua ratus enam puluh tahun. Hataya maka kembalilah kerajaan itu kepada anak cucu nabi Allaha Salayamana Alayaha Al Salama kemudian daripada cerai berai. Setelah itu kerajaanlah seorang raja daripada sahaya nabi Allaha Salayamana perempuan bernama A’tsalaya maka di cerainya daripada anak cucu nabi Allaha Salayamana habis di bunuhnya melainkan tinggal seorang kanak2 bernama Bawasha di sembunyikan orang daripadanya dan adalah ia dalam kerajaan tujuh tahun maka di bunuh oranglah akan dia. Kemudian dari itu maka Bawasha lah jadi raja tatkala itu adalah umurnya tujuh tahun dan adalah ia dalam kerajaan empat tahun maka iapun wafatlah.

Kemudian dari itu Anawa Bawasalah jadi kerajaan bernama Yawatsama terlalu sangat besar kerajaannya dan pada masa itulah jadi nabi Allaha Yawanasa (Yunos) dan nabi Allaha A’yasaya (Isa) Alayaha Al Salama. Maka adalah segala kaum nabi Allaha Yawanasa itu menyembah berhala maka berapa di larang nabi Allaha Yawanasa tiada jua mereka itu mau taubat hingga di turunkan Allaha Ta Alaya akan mereka itu azab. Maka nabi Allaha Yawanasa pun larilah sebab ia takutkan bala sama2 dengan mereka. Kemudian dari itu maka mereka itupun taubatlah serta membawa iman maka di terima Allaha taubat mereka itu. Kata yang empunya tarikh tiada terangkat azab daripada suatu kaum juapun kemudian daripada sudah di turunkan Allaha Ta Alaya akan mereka itu bala melainkan kaum nabi Allaha Yawanasa jua. Hataya maka tatkala tiada mau taubat kaumnya maka nabi Allaha Yawanasa pun naiklah ke atas sebuah bahtera maka bahtera itupun berlayarlah. Maka sama tengah laut bahtera itupun terhenti maka kata segala orang yang dalam bahtera itu “Adalah dalam bahtera kita ini seorang orang yang berdosa”. Maka berbuanglah undi mereka itu maka kena akan dia kepada nabi Allaha Yawanasa maka di buangkan mereka itulah ke dalam laut. Maka datang seekor ikan yang besar lalu di telannya akan nabi Allaha Yawanasa seperti kisah yang tersebut kisahnya di dalam kisah al anabaya itulah.

Kemudian dari itu maka jadi nabi Ashaa’ya Alayaha Al Salama daripada ia wafat maka kerajaan anaknya yang bernama Khoraqoya. Hataya maka diikut segala Malawaka Al Thowatafa akan dia dan adalah sultan Khoraqoya itu terlalu saleh maka di alahkannya beberapa daripada segala negeri raja maka tatkala habislah umurnya maka di anugerahi Allaha Ta Alaya pula akan dia umurnya lima belas tahun lagi maka adalah ceritanya di turunkan Allaha Ta Alaya wahaya kepada seorang nabi Allaha pada masa itu maka sultan Khoraqoya pun kembalilah ke rahmat Allaha. Maka adalah tatkala itu delapan ratus enam enam puluh tahun daripada wafat nabi Allaha Mawasaya Alayaha Al Salama.

Hataya maka tatkala kerajaannya itu kepada segala anak cucu sultan Khoraqoya hingga sampai kepada masa raja Bakhota Nashora (Bahtazar) yang terlalu zalim dalam ia kerajaan dalam negeri Babala (Babil) tatkala itu sembilan ratus lima puluh dua tahun daripada wafat nabi Allaha Mawasaya Alayaha Al Salama. Maka dalam tahun kerajaan Bahtazar itu di alahkannya negeri yang bernama Nawaya maka berhimpunlah segala isi negeri itu. Dan pada tahun yang ke empat daripada kerajaannya maka di datanginya akan benua Shama maka tiada melawan kaum nabi Asara Yala akan dia lalu takluklah segala mereka itu kepadanya. Setelah itu maka dijadikannya seorang panglima yang kerajaannya di negeri Bayata Al Maqodasa maka iapun kembalilah ke negerinya. Syahdan adalah pada masa itu nabi Allaha Ashowamaya Alayaha Al Salama jadi nabi di Bayata Al Maqodasa di pertakutnya akan segala kaum nabi Asara Yala katanya bahawa Bahtazar dating jua ia memusnahkan Bayata Al Maqodasa.

Kelakian maka panglima yang di jadikannya Bahtazar itupun baliklah. Tatkala itu dua puluh tahun lamanya Bahtazar dalam kerajaan maka khabar itupun sampailah kepadanya maka iapun datanglah dengan bala tenteranya hingga sampailah ke negeri yang bernama Barayana maka dilengkapi seorang panglimanya akan mengeliling Bayata Al Maqodasa. Hataya maka panglima itupun pergilah lalu di kelilingnya Bayata Al Maqodasa hingga tengah tiga tahun lamanya maka Bahtazar pun datanglah lalu di alahkannya Bayata Al Maqodasa dan di tawannyalah akan segala kaum nabi Asara Yala dan akan panglimanya yang balik itu dengan beberapa daripada segala kaum nabi Asara Yala di bunuhnya serta di tawannya akan Bayata Al Maqodasa dan adalah lama Bayata Al Maqodasa itu kira2 empat ratus lima puluh tiga tahun. Kemudian dari itu maka Bayata Al Maqodasa pun binasalah hingga sampai kepada tujuh puluh tahun maka tatkala alahlah Bayata Al Maqodasa maka beberapa daripada kaum nabi Asara Yala lari membawa dirinya kepada sultan Mesir. Maka khabar itu kedengaranlah kepada Bahtazar maka di suruhnya orang pergi meminta kaum nabi Asara Yala itu maka tiada di berinya oleh raja Mesir. Maka di datang Bahtazar lah benua Mesir itu lalu di alahkannya dan di salainya akan rajanya maka di binasakan negeri Mesir itu maka ada lama negeri Mesir itu kebinasaan itu kira2 empat tahun.

Maka Bahtazar pun menjalan negeri pada pada pihak Maghrib lalu di binasakannya beberapa daripada segala hamba Allaha maka di dapatnya akan nabi Danayala (Danial) dan Khoraqoyala dan beberapa daripada segala anak cucu anabaya. Maka Bahtazar pun bermimpi dengan suatu mimpi maka di suruhkan takwilkan mimpinya itu kepada nabi Allaha Danayala lalu di takwilkan nabi Allaha Danayala. Demi di dengar Bahtazar takwil nabi Allaha Danayala demikian maka iapun sujud akan nabi Allaha Danayala dan adalah lama kerajaanya lima puluh tahun sebulan delapan hari dan adalah Bahtazar itu bintang A’thorata yang terbit dan adalah pada masa binasa Bayata Al Maqodasa itu diturunkan Allaha Ta Alaya wahaya kepada nabi Allaha Aramaya demikian bunyinya ‘Hai Aramaya bahawasanya aku meramaikan Bayata Al Maqodasa maka pergilah engkau kepadanya” maka nabi Allaha Aramaya pun pergilah ke Bayata Al Maqodasa dan pada suatu riwayat turun wahaya itu kepada nabi Allaha Azayaza dan pada suatu riwayat yang sahih bahawa turun wahaya itu kepada nabi Allaha Aramaya dan adalah nabi Allaha Aramaya meramaikan Bayata Al Maqodasa kemudian daripada sudah binasa kira2 tujuh puluh tahun.

Kemudian dari itu maka kerajaan raja Sahamaraha iaitu seorang raja daripada Farasa (Parsi) bernama Kayarasa maka lalu di ikut segala kaum nabi Asara Yala lah akan dia. Daripada kaum mereka itulah jadi nabi Allaha Azayaza Alayaha Al Salama maka adalah lama nabi Allaha Azayaza melanggar mereka itu sepuluh tahun maka tatkala sampailah kepada seratus tiga puluh tahun kemudian daripada kerajaan Bahtazar, nabi Allaha Azayaza pun wafatlah ialah daripada anak cucu Qobahasa Abana Al A’radayana Harawana Alayaha Al Salama adalah kemudian daripada nabi Allaha Azayaza itu segala kaum nabi Asara Yala takluk kepada segala raja2 Parsi hingga sampai kepada kerajaan Bahtazar maka ghaiblah segala raja2 Parsi dan pada masa itulah Tawarayata (Taurat) di pindahkan segala a’lama Yawanana (Yunani) daripada bahasa A’baranaya (Ibrani) kepada bahasa Yunani. Ia itulah nasakh Taurat yang ashoha dari kerana yahawasnya telah tapaklah atas nasakh itu tujuh puluh dua a’lama daripada mereka itu kemudian daripada tiga ratus tiga tahun perselangannya daripada kerajaan sultan Asakanadara (Iskandar) maka jadi Masayaha (Masih) iaitu nabi Allaha A’yasaya (Isa).

Saturday, January 29, 2011

Anak cucu nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama

Kelakian adalah bilangan anak cucu nabi Allaha Adam pada ketika wafatnya empat puluh ribu orang. Setelah dari itu maka segala anak cucu nabi Allaha Adam pun mengikut segala barang kata nabi Allaha Shayatsa. Maka di bunuh nabi Shayatsalah akan Qobayala. Adapun yang pertama mengganti khalifah iaitu nabi Allaha Shayatsa dan ialah pertama2 daripada segala anak cucu nabi Allaha Adam Alayaha Al Salama maka adalah ia mendirikan seribu negeri maka beranak nabi Allaha Shayatsa seorang laki2 maka di namainya Anawasa. Adalah ia serupa dengan nabi Allaha Shayatsa maka tatkala sampailah umur nabi Allaha Shayatsa Alayaha Al Salama sembilan ratus dua puluh enam tahun maka di wasiatkanlah akan gantinya jadi khalifah itu anaknya Anawasa. Maka iapun kembali ke rahmat Allaha. Kemudian dari itu maka Anawasalah Khalifah melangkar akan segala anak cucu nabi Allaha Adam Alayaha Wa Salama. Maka iapun beranak seorang laki2 maka di namainya akan dia Qonayana maka di wasiatkanlah akan dia khalifah. Setelah itu maka Anawasa pun sampailah umurnya kepada sembilan ratus lima puluh tahun maka iapun kembali ke rahmat Allaha. Kemudian dari itu maka Qonayana telah jadi khalifah maka iapun beranak seorang laki2 maka di namainya akan dia Mahala Bayala maka tatkala sampailah umurnya sembilan ratus dua puluh tahun maka iapun kembali ke rahmat Allaha. Kemudian dari itu maka Maha Bayala jadi khalifah maka iapun beranak seorang laki2 maka iapun di namai akan dia Yazayada. Maka di wasiatkannyalah akan gantinya jadi khalifah setelah itu maka iapun kembali ke rahmat Allaha.

Kemudian dari itu maka Yazayadalah jadi khalifah maka iapun beranak seorang laki2 maka di namainya akan dia Akhotawakho iaitu nabi Allaha Adarayasa Alayaha Al Salama adalah serupa dengan nabi Allaha Shayatsa Alayaha Al Salama. Lalu sangat berbuat bakti akan Allaha Ta Alaya maka di jadikan Allaha Ta Alaya akan dia nabi lagi rasul. Ialah yang pertama2 mengadakan ilmu menyurat dan diraja dan menenun kain benang dan pada masa itulah anak cucu Qobayala menyembah berhala. Maka sampailah umurnya nabi Allaha Adarayasa Alayaha Al Salama empat puluh tahun maka dijadikan Allaha Ta Alaya akan dia rasul. Hataya maka berperang ia dengan segala anak cucu Qobayala yang derhaka akan Allaha Ta A’laya maka dengan takdir Allaha Ta Alaya sekelian mereka itupun alah. Setelah itu berapa lamanya maka nabi Allaha Adarayasa pun beranak seorang laki2 maka di namainya akan dia Matawa Salakho maka di angkatkan Allaha Ta Alaya akan nabi Allaha Adarayasa Alayaha Al Salama ke dalam syurga. Tatkala itu adalah umurnya tiga ratus lima puluh tahun.

Kemudian dari itu maka Matawa Salakho lah menjadi khalifah ganti nabi Allaha Adarayasa Alayaha Al Salama maka ia pun beranak seorang laki2 maka di namainya akan dia Lamakho dan adalah tatkala itu umur Matawa Salakho tujuh ratus tiga belas tahun. Maka tatkala sampailah umurnya kepada sembilan ratus tujuh puluh sembilan tahun maka iapun kembali ke rahmat Allaha. Kemudian dari itu maka Lamakholah jadi khalifah maka ialah beranakkan nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama. Tatkala itu adalah lama daripada turun nabi Allaha Adam datang kepada masa jadi nabi Allaha Nawaha kira2 selepas seribu enam ratus empat puluh dua tahun. Shahdan adalah daripada nabi Allaha Adam Alayaha Al Salama datang kepada nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama kira2 sepuluh Sanawada. Maka dititahkan akan dia membawa segala kaumnya kepada agama Asalama maka tiada diikut segala kaumnya akan dia. Maka tatkala sampailah umur nabi Allaha Nawaha kepada lima ratus tahun maka nabi Allaha Nawaha pun beranak tiga orang laki2. Pertama bernama Sama (Sam), kedua bernama Hama (Ham), ketiga bernama Yaafata (Yafet) hingga sampai umur Nabi Allaha Nawaha enam ratus tahun maka segala kaumnya pun sangatlah berbuat derhaka.

Maka nabi Allaha Nawaha pun datang menyembah ke hadrat Allaha Ta Alaya seperti firman Allaha Ta Alaya yang tersebut di dalam Quran ertinya “Ya Tuhanku janganlah engkau tinggalkan seorang jua pun di bumi daripada yang mendiami rumah mereka itu”. Maka di perkenankan Allaha Ta Alaya seperti pinta nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama itu maka nabi Allaha Nawaha pun di titahkan Allaha Ta Alaya berbuat sebuah bahtera. Setelah sudah maka di titahkan Allaha Ta Alaya, nabi Allaha Nawaha menaikkan anaknya Sam dan Ham dan Yafet serta segala isterinya dan daripada tiap2 jenis binatang sujud ke dalam bahtera itu dan dan adalah naik ke dalam bahtera itu enam orang dan pada suatu rawa itu delapan puluh orang laki2 dan adalah di tinggalkan nabi Allaha Nawaha anaknya yang bernama Yamana daripada sebab ia kafir. Setelah itu maka taufan pun turunlah dan airpun naiklah hingga sampai ke atas segala bukit yang tinggi kira2 lima belas hasta dan adalah lama air itu enam bulan.

Maka firman Allaha Ta Alaya akan nabi Allaha Nawaha naik ke dalam bahtera pada sepuluh haribulan Rejab hingga sampai kepada sepuluh haribulan Maharam iaitu pada hari Ashawara (Ashura). Maka air itu pun surutlah dan bahtera itupun terhantarlah di atas bukit Jawadaya pada bumi Mawashola. Maka sekelian manusia yang dalam bahtera yang di air daripada anak cucu nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama seperti firman Allaha yang tersebut dalam Quran ertinya “Kami jadikan segala manusia daripada anak cucu Nawaha”.

Kata yang empunya tarikh bahawa segala Araba dan Farasa dan Rawama daripada anak cucu Sam dan segala Hindi dan Sandi dan segala Habsyi itu daripada anak cucu Ham dan segala Turki dan Yaajuj Wa Maajuj dan segala Peringgi itu daripada anak cucu Yafet dan segala kaum Qobataya (Qibti) yang di negeri Mesir itu daripada anak cucu Qoyata anak Ham dan demikianlah segala kaum itu mendiami benua Shama dan segala A’malayaka(Amalek) itu daripada anak cucu Amalek dan adalah Farasatsawana saudara A’malek jua maka keduanya anak Azada Abana Sama dan Arama(Aram) itu anak cucu Sam jua maka di peranakkannya Aram akan A’yara, maka di peranakkan A’yara akan Tsamawada (Tsamud). Setelah itu maka di peranakkan Aram pula seorang laki2 bernama A’washo(Us) dan diperanakkannya seorang laki2 bernama A’ada(A’ad) dan adalah bahasa segala anak cucu Adam itu dengan bahasa A’raba dan tempat kediamannya anak cucu A’ad itu di negeri Ramala sampai ke negeri Hadhora Al Mawata (Hadra Maut) adalah tempat kediamannya anak cucu Tsamud itu di negeri Hajara iaitu antara benua Hajana dan benua Sama dan daripada anak cucu Samlah jadi Arafakhoshada (Arpakshad) kemudian daripada taufan dua tahun. Maka di peranakkan Arpakshad seorang laki2 bernama Qoyanana (Kanaan) dan diperanakkan Kanaan seorang laki2 bernama Sholaha.

Kata Qotadaha Radhoya Allaha A’naha kemudian daripada taufan itu tiga ratus lima puluh tahun lamanya maka nabi Allaha Nawaha pun kembalilah ke rahmat Allaha. Tatkala itu adalah umurnya sembilan ratus lima puluh tahun. Dalamnya tiga ratus tahun dahulu daripada keturunan Wahaya dan tiga ratus tahun kemudian daripada keturunan Wahaya dan tiga ratus lima puluh tahun kemudian daripada taufan maka jadi lah sekelian umur nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama sembilan ratus lima puluh tahun. Kata Abana A’basa Radhoya Allaha A’naha bahawa tatkala di jadikan Allaha Ta A’laya, nabi Allaha Nawaha akan pesuruhnya pada ketika itu umurnya dua ratus lima puluh tahun dan dahulu daripada taufan umurnya sembilan ratus lima puluh tahun dan kemudian daripada taufan hidup ia dari atas tahun maka jadi jumlah umur nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama seribu empat ratus tahun.

Kemudian dari itu maka diperanakkan Sholaha akan seorang laki2 bernama A’bara dan diperanakkan A’bara akan seorang laki2 bernama Qolaa’ dan diperanakkan Qolaa’ akan seorang laki2 bernama Raa’ghowa. Kata Ahala Al Tarakho tatkala jadilah Raa’ghowa maka berlain-lainanlah bahasa segala manusia dan berbahagilah bumi tempat kediaman mereka itu maka cerailah segala anak cucu nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama. Kemudian dari itu maka diperanakkan Raa’ghowa seorang laki2 dan adalah namanya Tarasayata dalam tawarayata Sarawa, kemudian dari itu maka diperanakkan Sarawa seorang akan Nahawara. Kemudian dari itu maka diperanakkan Nahawara akan seorang laki2 iaitu Azara (Azar) ialah ayah Abarahayama Kholayala Allaha. Tatkala itu adalah lamanya daripada zaman taufan nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama seribu dua lapan puluh tahun. Tatkala itu adalah umur Sam enam ratus dan umur Arpakshad empat ratus enam puluh lima tahun Kanaan empat ratus tiga puluh tahun dan umur Sholeh empat ratus enam puluh tahun dan umur A’bara empat ratus enam puluh tahun dan umur Qolaa’ tiga ratus lima puluh sembilan tahun dan umur Raa’ghowa tiga ratus tiga puluh tahun dan Sarawa pun tiga ratus tiga puluh tahun dan umur Nahawara dua ratus lima puluh tahun.

Adapun sebab berlain-lainan bahasa segala anak cucu nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama pada masa itu berhimpun mereka itu akan berbuat suatu kota kerana takut mereka itu akan taufan datang pula maka di perbuatnya sebuah kota terlalu amat tinggi. Tatkala itu adalah banyak sekelian mereka itu kira2 tujuh puluh dua kaum maka diperbuatnya dalam kota itu tujuh puluh dua baraja (buruj) maka adalah tiap suatu buruj itu mendiami dia seorang pertua mereka itu. Maka sebab itulah murkai Allaha Ta Alaya akan sekelian mereka maka jadilah berlain-lainan bahasa mereka itu. Tetapi A’bara tiada muafakat berbuat kota dengan mereka itu maka di kekalkan Allaha Ta Alaya akan dia pada bahasa A’baranaya. Hataya maka jadi cerai berailah segala anak cucu nabi Allaha Nawaha Alayaha Al Salama.

Setelah itu maka Sam pun pergilah ke benua A’raqo (Iraq) dan benua Farasha (Farsi) sampailah ia ke benua Hindustan maka di sanalah ia diam. Dan Yafet pun pergi ke benua China hingga sampai ia ke Masyrik maka di sanalah ia diam. Shahdan bahawa adalah rasul Allaha yang antara nabi Allaha Nawaha dan nabi Allaha Abarahayama itu iaitu nabi Allaha Hawada (Hud) dan nabi Allaha Sholaha (Saleh) jua. Adapun nabi Allaha Hud itu di titahkan Allaha Ta A’laya ia pesuruh kepada A’ad dan kepada sekelian kaumnya dan di suruh riwayat di titahkan Allaha Ta Alaya nabi Allaha Hud itu pesuruh kepada A’bara yang tiada muafakat serta tujuh puluh dua kaum itu.

Kata yang empunya tarikh ada seorang laki2 daripada kaum A’ad beranakkan seorang laki2 bernama Laqomana (Lokman) bukannya Lokman Al Hakim. Maka adalah ia pergi ke Makah kerana ia hendak memohonkan hujan kepada hadrat Allaha Ta A’laya sebab sangat pahit dalam negeri itu hingga tiadalah segala kaumnya melainkan Lokman jua tinggal maka firman Allaha Ta Alaya akan dia dahulu daripada binasa segala kaumnya “Hai Lokman pilih olehmu umur lanjutkah atau sepakat bahawa tiada akan kekal hidupnya dalam dunia ini” maka sembahnya “Ya Alahaya, anugerahi akan hambamu umur tujuh ekor Al Nashara Al Thotsara” maka di anugerah ia Allaha Ta Alaya akan dia seperti pintanya itu. Hataya maka di ambilnya seekor anak Nashara Al Thotsara yang baharu memecah daripada telurnya maka di peliharakannya akan dia hingga matinya, di ambilnya seekor lagi hingga sampai kepada tujuh ekor dan adalah umurnya tiap2 seekor Nashara Al Thotsara itu dua lapan puluh tahun dan adalah Nashara Al Thotsara yang mati serta dengan Lokman itu Lebah namanya.


Adapun nabi Allaha Saleh itu Abana A’bayada Abana Asafa Abana Masakho Abana A’thayada Abana Hadara Abana Tsamawada (Tsamud) dan adalah nabi Allaha Hud itu menjauhkan dirinya daripada kaum yang binasa itu kepada tempat yang bernama Khozhoyaraha, di sanalah ia berbuat ibadat akan Allaha Ta Alaya maka luputlah ia daripada bahaya itu hingga sampailah ia kembali ke rahmat Allaha. Adapun A’bara tatkala binasalah kaumnya maka iapun pergi ke negeri Palasathoyana (Palestin) hingga sampailah ia ke benua Hajana maka di situlah ia diam berbuat ibadat akan Allaha Ta Alaya hingga kembali ia ke rahmat Allaha adalah lama ia umurnya lima ratus delapan puluh tahun.

Kata Ahli Al Tarikh bahawa negeri tempat jadi nabi Allaha Abarahayama Alayaha Al Salama itu Ahawana namanya dan pada suatu rawa itu pada negeri Babala iaitu di benua Iraq maka pada masa itu adalah kerajaan dalam benua Iraq itu Tsamud. Maka tatkala keluarlah nabi Allaha Abarahayama dengan sejahteranya dari dalam api maka iapun berjalanlah dengan isterinya yang bernama Sataya Sara iaitu anak mamanya yang bernama Harawana hingga sampailah keduanya ke negeri Mesir. Maka kedengaranlah khabar Sataya Sara itu kepada raja Mesir terlalu elok parasnya. Kelakian maka di suruh raja Mesir akan Sanana Abana A’wana dan pada suatu rawa itu Thowalasa namanya maka iapun pergilah hingga sampai ia lalu di bawa akan Sataya Sara itu kepada rajanya. Demi dilihat raja Mesir itu akan Sataya Sara maka iapun berahilah lalu hendak di jabatnya akan Sataya Sara maka di peliharakan akan Allaha Sabahana Wa Ta Alaya akan Sataya Sara daripada kejahatan yang aniaya itu. Setelah itu maka di kurnia raja Mesir akan Sataya Sara seorang perempuan bernama Hajara (Hajar) seperti yang tersebut hikayatnya di dalam Qoshosho Al Anabaya itulah. Kata Abana Hashama Rahamata Allaha Alayaha tatkala itu Sataya Sara di panggil raja Mesir maka di jadikan Allaha Ta Alaya mahligai raja Mesir itu seperti kaca maka dilihat di lihat nabi Allaha Abarahayama lah akan segala hal ehwal raja yang aniaya itu. Kemudian dari itu maka di kembalikan raja Mesirlah akan Sataya Sara kepada nabi Allaha Abarahayama Alayaha Al Salama. Hataya kemudian dari itu maka nabi Allaha Abarahayama pun berjalanlah hingga sampailah kepada suatu tempat antara Ayalaya dan Ramalaha di sanalah ia duduk.

Kata yang empunya tarikh adalah Sataya Sara itu tiada ia beranak maka di beri Sataya Sara akan nabi Allaha Abarahayama, Hajar hataya berapa lamanya maka Hajar itupun hamillah akan nabi Allaha Asamaa’ Yala dan Asamaa’ Yala itu Masholaha Allaha ertinya Yang berbuat bakti akan Allaha Ta Alaya dan adalah tatkala jadi Asamaa’ Yala itu umur nabi Allaha Abarahayama lapan puluh enam tahun. Maka Sataya Sara pun bercintalah kerana ia tiada beranak maka di anugerahi Allaha Ta Alaya akan dia anak iaitu nabi Allaha Asahaqo Alayaha Al Salama dan adalah umur Sata Sara tatkala ia beranakkan nabi Allaha Asahaqo itu sembilan puluh tahun dan umur nabi Allaha Abarahayama seratus tahun. Hataya maka Sataya Sara pun amarah akan Hajar sebab ia hamil setelah itu maka nabi Allaha Abarahayama berjalanlah serta dengan Sataya Sara dan Hajar ke benua Hajaza maka di tinggalkan Hajar di Makah maka jadilah nabi Allaha Asamaa’ Yala di Makah. Demikian dari itu maka Hajar pun wafatlah dan adalah kasihnya amat lanjut seperti yang telah mahsyur hikayatnya maka di kahwin nabi Allaha Asamaa’ Yala akan seorang perempuan daripada kaum Ahala Al Yamana.

Setelah itu maka nabi Allaha Abarahayama pun datang kepada anaknya nabi Allaha Asamaa’ Yala maka di perbuat keduanyalah Kaa’bata Allaha. Kemudian dari itu maka di titahkan Allaha Ta A’laya, nabi Allaha Abarahayama menyembelih anaknya dan pada suatu riwayat yang di titahkan Allaha Ta A’laya sembelih itu anaknya nabi Allaha Asahaqo Alayaha Al Salama dan adalah tempat yang di sembelih itu kira2 dua mayala (mil) jauhnya daripada tempat yang bernama Ayalaya dari Bayata Al Maqodasa dan pada suatu riwayat nabi Allaha Asamaa’ Yala adalah tempat yang di sembelih itu di Makah. Maka berapa lamanya Sata Sara pun wafatlah setelah itu maka kahwin nabi Allaha Abarahayama Alayaha Al Salama dengan seorang perempuan daripada kaum nabi Kanaan maka beranak nabi Allaha Abarahayama dengan dia enam orang. Maka adalah jumlahnya anak nabi Allaha Abarahayama delapan orang maka tatkala sampailah umur nabi Allaha Asamaa’Yala tiga belas tahun maka cerailah ia dengan ayahnya dan adalah umur nabi Allaha Abarahayama Alayaha Al Salama seratus tujuh puluh lima tahun.

Kata ahli Al Tarikh bahawa nabi Allaha Abarahayama pertama2 khatan dan berjamu jamuan dan memakai serawal. Shahdan pada masa itulah nabi Allaha Lawatho (Luth) jadi nabi iaitu anak saudara nabi Allaha Abarahayama yang bernama Harawana di suruhkan Allaha Ta Alaya ia kepada suatu kaum yang bernama Sadawama (Sodom) kemudian daripada ia pindah serta nabi Allaha Abarahayama ke negeri Mesir. Maka kembali pula ia ke benua Shama dan adalah kaum Sadawama itu kafir lagi berbuat zanaha (zina) dan adalah segala kaum nabi Allaha Abarahayama itu menyembah berhala. Kemudian dari itu maka di titahkan Allaha Ta Alaya nabi Allaha Asamaa’ Yala Alayaha Al Salama kepada kaum Ahala Al Yamana dan kepada kaum Amalek. Setelah itu maka nabi Asamaa’ Yala pun wafatlah dalam Makah dan adalah lama umurnya seratus tiga puluh tahun maka di tanamkan oranglah akan dia di sisi bondanya Sataya Hajar dan adalah lama hidupnya kemudian daripada wafat ayahnya nabi Allaha Abarahayama Alayaha Al Salama itu empat puluh delapan tahun dan adalah anak nabi Allaha Asamaa’ Yala Alayaha Al Salama itu dua belas orang.

Adapun akan nabi Allaha Asahaqo Alayaha Al Salama di kahwinnya akan anak mamanya maka di peranakkannya akan A’yasho dan nabi Allaha Yaaqowaba iaitu daripada kaum nabi Asarayala jua maka nabi Allaha Asahaqo pun wafatlah di benua Shama dan lama umurnya seratus delapan puluh tahun maka di tanamkan oranglah akan dia di sisi kubur ayahnya nabi Allaha Abarahayama.

Sumber: Kitab Al Anabaya - Manuskrip Dewan Bahasa Dan Pustaka

Thursday, January 27, 2011

Nabi Allaha Adama A'layaha Al Salama

Basama Allaha Al Rahamana Al Rahayama

Dijadikan Allaha Ta A’laya akan nabi Allaha Adam itu daripada tujuh petala bumi, kepalanya daripada bumi yang pertama dan batang lehernya daripada bumi yang kedua dan dadanya daripada bumi yang ketiga dan kedua tangannya daripada bumi yang keempat dan belakangnya dan perutnya daripada bumi yang kelima dan punggungnya daripada bumi yang keenam dan kedua betisnya dan dan kedua tapak kakinya daripada bumi yang ke tujuh.

Pada suatu itu kata Abana A’basa Rodhoya Allaha A’naha bahawa di jadikan Allaha Ta A’laya, nabi Allaha Adam daripada bumi Bayata Al Qodayasa dan mukanya daripada bumi syurga dan kedua matanya daripada bumi sungai Ka Al Kautsar dan kakinya daripada bumi Hindi dan dadanya daripada bumi Kaa'bata Allaha dan tulangnya daripada bukit bumi Kaf dan abamana nya daripada bumi Yabal dan tulang belakangnya daripada bumi Benua A’rak dan hatinya daripada tanah syurga Janata Al Faradawasa dan lidahnya daripada bumi Thaif iaitu antara Makah dan Hajaza.


Maka pada kepalanya itulah tempat akal dan bijak berkata2 kerana ia jadi daripada bumi Bayata Al Maqodasa dan adalah mukanya tempat keelokan kerana ia jadi daripada tanah syurga dan kedua matanya akan tempat kebajikan kerana ia jadi daripada bumi sungai Kautsar dan kakinya itu merasai lazat kerana ia jadi daripada bumi Hindi dan kedua tangannya akan tempat memegang kerana ia jadi daripada bumi Kaa’bah dan belakangnya akan tempat kuat kerana ia jadi daripada bumi A’rak dan abamananya akan tempat keinginan nafsu kerana ia jadi daripada bumi Yabal dan tulangnya akan tempat kekerasan kerana ia jadi daripada bumi bukit Kaf dan hatinya akan tempat iman kerana ia jadi daripada bumi Janata Al Faradawasa dan lidahnya akan tempat mengucap syahadat kerana ia jadi daripada bumi Thoif.

Syahdan bahawa adalah di jadikan Allaha Ta A’laya dalam Adam itu sembilan pintu, tujuh pada kepalanya iaitu kedua matanya dan kedua hidungnya dan mulutnya dan kedua telinganya. Dan pada badannya iaitu suatu qubulnya dan kedua dayaranya. Maka pada segala badan itu di jadikan Allaha Ta A’laya pancaindera iaitu penglihatan pada kedua matanya, kedua pendengar pada kedua telinganya, ketiga pencium pada kedua hidungnya, keempat perasa pada lidahnya, kelima penjabat pada tangan dan berjalan kedua kaki.

Kata segala A’lama tatkala sudahlah sempurna kejadian nabi Allaha Adam pada hari Jumaat ketika Asar lagi ada matahari tiga saat maka adalah panjang lembaga itu enam puluh hasta dan bidang dadanya tujuh hasta. Maka terhantarlah lembaga itu beberapa lamanya antara Makah dan Thoif setelah itu maka di titahkan Allaha Ta A’laya, Malakata menaikkan dia ke langit maka di naikkan Malakatalah lalu di hantarkan mereka itu di pintu syurga.

Bahawasanya telah datang kepadamu suatu masa iaitu kira2 seratus dua puluh tahun tatkala itu tiada tertentu apa namanya dan tiada di ketahui apa yang diperbuat akan dia. Setelah itu maka di turunkan Allaha Ta A’laya hujan dukacita keatas lembaga itu empat puluh tahun lamanya, kemudian dari itu maka di turunkan Allaha Ta A’laya pula hujan sukacita setahun lamanya kerana itulah maka jadi segala anak cucu nabi Allaha Adam itu terbanyak dukacita daripada sukacita seperti sabda nabi Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama “Segala bala keinginan hawa nafsunya itu telah bercampurlah dalam lembaga nabi Allaha Adam.

Maka tatkala sempurnalah kejadian nabi Allaha Adam dan adalah terdahulu di jadikan Allaha Ta A’laya, nyawa daripada badan kira2 dua ribu tahun lamanya seperti sabda nabi Sholaya Allaha Alayaha Wa Salama “Bahawasanya Allaha Ta A’laya menjadikan nyawa dahulu daripada jasad kira2 dua ribu tahun pada suatu ruh itu empat ribu tahun”. Setelah itu masuklah nyawa ke dalam mulut nabi Allaha Adam. Kata Kaa’ba Al Khobara bahawasanya di masukkan Allaha Ta A’laya nyawa itu dari ubun2 nabi Allaha Adam hingga sampai ke otaknya, maka nyawa pun berkelilinglah dalam otaknya itu serta memuji Allaha Sabahana Wa Ta A’laya kira2 dua ratus tahun lamanya. Tatkala itu maka berdatang sembah nabi Allaha Adam Alayaha Al Salama ke hadrat Allaha Ta A’laya demikian bunyinya “Apalah kiranya kejadian ku ini dahulu daripada masuk sehari”. Maka firman Allaha Taa’laya yang tersebut di dalam Quran “Dijadikan Allaha Ta A’laya Adam itu dengan segera maka turun nyawa itu pada kedua matanya lalu ia menilik dirinya maka di lihat dirinya sekelian lagi tanah, maka ia menilik segala buah kayu syurga maka tatkala sampailah kepada hidungnya lalu bersinlah ia, maka terbukalah pintu sembilan yang pada wujud itu. Setelah itu telah nyawa kepada lidahnya maka di ilhamkan Allaha Ta A’laya akan dia dengan mengucap Al Hamada Lalaha. Maka iapun mengucaplah maka di sahut Allaha Ta A’laya akan dia Yaharamaka Allaha, di kasihan Allaha akan di kau Hai Adam”.

Maka turunlah nyawa itu kepada dadanya maka bersegera ia hendak bangkit maka tiada dapat seperti firman Allaha Ta A’laya yang tersebut di dalam Al Quran ertinya "Adalah Adam itu bersegera2". Maka tatkala sampailah nyawa itu kepada perutnya maka ingatlah ia akan makanan. Apakala merasalah nyawa itu kepada segala tubuhnya maka jadilah darah dan urat yang besar dan yang kecil2 maka dianugerahkan Allaha Ta A’laya akan dia kulit iaitu seperti kuku kita sekarang ini. Maka jadilah bertambah pada tiap2 hari keelokannya maka tatkala di makannyalah buah khuldi jadi bertukarlah segala kulitnya itu maka tanggallah kulitnya hanya pada ruas jarinya jua supaya teringat ia akan perbuatannya yang dahulu itu.

Maka tatkala di sempurnakan Allaha Ta A’laya kejadian Adam maka di anugerahkan Allaha Ta A’laya akan dia pakaian dari dalam syurga maka kelihatanlah cahaya Nawara Mahamada Sholaya Allaha Alayaha Wa Salama pada dahinya seperti bulan purnama. Maka di naikkan Malakata akan dia ke atas tahta daripada nur lalu di tanggungnya ke atas bahunya maka firman Allaha Ta A’laya akan segala Malakata “Tawafkanlah oleh kamu akan dia pada tujuh petala langit supaya bertambah2 yakin”. Maka sembah Malakata “Tuhan kami telah kami junjunglah barang yang titahmu” maka di tanggung Malakata pada bahunya lalu di tawafkan mereka itulah akan dia pada tujuh petala langit kira2 seratus tahun lamanya. Setelah itu maka di ajarkan Allaha Ta A’laya akan dia nabi Allaha Adam nama segala suatu dan di titahkan Allaha Ta A’laya segala Malakata sujud akan dia maka sekelian mereka itu pun sujud melainkan Iblis A’layaha Al Laa’nata jua tiada sujud. Kata A’mara Abana Al Maa’tarayana Radhoya Allaha A’naha bahawa pertama Malakata yang sujud akan nabi Allaha Adam itu iaitu Asarafa Yala A’layaha Al Salama sebab itulah maka di anugerahkan Allaha Ta A’laya akan dia Quran tersurat pada dahinya.

Kemudian dari itu maka firman Allaha akan Jabara Yala demikian bunyinya “Hai Jabara Yala ambil olehmu akan Adam seekor kuda dari dalam Syurga yang dahulu ku jadikan daripadanya lima ratus tahun. Hataya maka Jabara Yala pun pergi ke dalam syurga lalu di ambilnyalah kuda yang bernama Salamawata itu. Adalah kuda itu di jadikan Allaha Ta A’laya daripada kapur dan kasturi dan zafrun dan adalah bola kedua mata daripada marjan dan bola dahinya daripada yaakut dan kukunya daripada zabarjad dan ada baginya dua sayap daripada manikam yang berbagai2 rupanya dan pelananya daripada zirjad dan kekangnya daripada yaakut. Maka kuda itupun di bawa Jabara Yala ke hadapan nabi Allaha Adam. Maka kuda itupun mengucap tasabaha dan tahalayala dan tahamada dan takabayara. Demi dilihat nabi Allaha Adam akan kuda itu maka iapun terlalu ajaib daripada maha elok parasnya. Maka di kenderai nabi Allaha Adamlah kuda itu dan Jabara Yala memegang kekangnya dan Mayaka Yala dari kanannya, Asarafa Yala dari kirinya. Maka iapun masuklah ke dalam syurga yang bernama Janata A’dana pada ketika tiada jua seorang daripada Malakata dan segala unggas dan segala pohon kayu melihat nabi Allaha Adam melainkan adalah mereka itu memuji, maka nabi Allaha Adam pun memberi salam akan segala Malakata katanya "Al Salama Alaya Kama”. Maka sahut segala Malakata “Wa Alaya Kama Al Salama”.

Maka firman Allaha Ta A’laya “Hai Adam bahawa salam inilah doa yang sejahtera bagimu dan segala zuriatmu hingga datang hari kiamat”. Setelah itu maka nabi Allaha Adam pun diamlah dalam syurga. Maka di jadikan Allaha Ta A’laya, Sataya Hawaya daripada rusuk kiri nabi Allaha Adam. Maka adalah lama nabi Allaha Adam dalam syurga setengah hari akhirat iaitu lima ratus tahun dunia ini. Maka dengan takdir Allaha Ta A’laya maka di cabul syaitanlah akan dia hingga di makannyalah buah khuldi iaitu kandam dan pada suatu riwayat zabib. Maka segala pakaian yang dipakainya daripada nawara (nur) itupun tanggallah maka nabi Allaha Adam, tiga helai daun kayu yang bernama Anajayara sehelai diperkainnya dan sehelai di perselimutnya dan sehelai di perseribannya. Hataya maka nabi Allaha Adam pun dikeluarkan Allaha Ta A’laya dari dalam syurga bersama dengan Sataya Hawaya dan Iblis Alayaha Al Laa’nata dan ular dan merak. Kata Kaa’ba Al Khobara maka diturunkan Allaha Sabahana Wa Ta A’laya, nabi Allaha Adam ke negeri Hindustan dan pada suatu riwayat ke pulau serindib iaitu pulau Silan dan Sataya Hawaya ke Jadaha dan Iblis Alayaha Al Laa’nata kepada suatu tempat di negeri Basrah dan ular ke negeri Pashobayana dan pada suatu riwayat ke negeri Ashofaha dan merak ke laut ___ itu.

Maka nabi Allaha Adam pun dukacitalah dukacita yang amat sangat lalu ia menangis kira2 tiga ratus tahun lamanya maka jadilah daripada air matanya itu beberapa parit. Maka di tambahkan Allaha Ta A’laya daripada bekas air mata nabi Allaha Adam itu, gaharu dan segala bau bauan dan jintan dan kayu manis dan kapur barus. Adalah Sataya Hawaya pun menangis maka ditambahkan Allaha Ta A’laya daripada bekas air mata itu pohon bunga lawang dan pohon segala rumput yang harum baunya. Maka adalah nabi Allaha Adam berkata2 dengan Sataya Hawaya itu, angin menyampaikan dia maka pada sangka keduanya berhampiran Jawaya.

Demikianlah hal keduanya maka di tambahkan Allaha Ta A’laya pada nabi Allaha Adam rambut dan janggut. Maka pertama daripada segala haiwan yang mengetahui akan turun nabi Allaha Adam itu Thoyara Al Nashara, maka iapun bertangis tangisan dengan nabi Allaha Adam. Setelah dari itu maka segala haiwan yang lain pun datang mengunjung nabi Allaha Adam serta dengan tangisnya. Maka tatkala berhentilah nabi Allaha Adam daripada menangis maka lagi ada tinggal air matanya di bumi setahun lamanya. Maka adalah bau air mata nabi Allaha Adam itu seperti bau kasturi dan daripada air mata itulah segala unggas dan segala binatang sekelian. Maka daripada sebab itulah jadi banyak bau-bauan dalam negeri Hindustan.

Hataya maka di ilhamkan Allaha Ta A’laya dalam hati nabi Allaha Adam taubat lalu iapun taubatlah. Maka diperkenankan Allaha Ta A’laya taubatnya itu. Kalakian maka di perintahkan Allaha Ta A’laya, nabi Allaha Adam naik Haja kepada tempat Kaa’bah yang mulia itu. Maka iapun pergilah lalu ia bertemu dengan Sataya Hawaya di atas bukit A’rafaha, maka berkenal kenalanlah dari sana dari kerana itu di namai bukit itu A’rafaha.

Setelah selesailah nabi Allaha Adama Alayaha Al Salama daripada membawa rukun haja maka pada malam jumaat, jimaklah ia dengan Sataya Hawaya maka dengan takdir Allaha maka Sataya Hawaya pun hamillah berapa lamanya maka iapun beranak kembar dua orang. Seorang laki2 dan seorang perempuan maka di namai nabi Allaha Adam akan anaknya laki2 itu A’bada Allaha dan yang perempuan itu Asata Allaha. Dari itu maka hamillah pula Sataya Hawaya maka beranak pula dua orang, seorang laki2 dan seorang perempuan maka di namai yang laki2 itu A’bada Al Rahamana dan yang perempuan itu Asata Al Rahamana. Demikianlah halnya hingga jadi dua puluh gelar ia beranak. Maka diperanakkannya pula dua orang, seorang laki2 dan seorang perempuan, maka di namai akan laki2 itu Habayala dan yang perempuan itu Qolayama. Maka diperanaknya pula dua orang, seorang laki2 dan seorang perempuan, maka yang laki2 itu di namainya Qobayala dan yang perempuan itu Aqolayama.

Telah itu maka di bunuh Qobayala akan Habayala maka menangislah nabi Allaha Adam dan Sataya Hawaya akan anaknya Habayala itu. Maka titah Allaha Ta A’laya “Hai Adam janganlah kamu menangis dan dukacita bahawa menganugerah ia akan dikau anak serupa dengan Habayala itu dan ialah bapa akal nabi”. Maka Sataya Hawaya pun hamillah berapa lamanya maka di peranakkannya seorang laki2 maka di namainya Shayatsa iaitu pada bahasa A’raba ertinya kurnia Allaha.
Maka tatkala genaplah umur nabi Allaha Adam sembilan ratus tiga puluh tahun dan pada suatu Riwayat seribu tahun, maka di wasiatkan nabi Allaha Adam akan gantinya jadi khalifah itu nabi Allaha Shayatsa tiada akan Qobayala kerana ia membunuh saudaranya Habayala dan diambilnya jua kembar Habayala akan isterinya. Hataya maka nabi Allaha Adam kembalilah ke rahmat Allaha pada hari Jumaat __ matahari, tatkala itu tiada di ketahui Sataya Hawaya akan kematian Nabi Allaha Adam hingga di lihatnya gerhana matahari. Maka keluarlah ia daripada kubahnya terkejut lalu ia pergi kepada kubah nabi Allaha Adam maka dilihatnya nabi Allaha Adam sudah kembali ke rahmat Allaha. Maka Sataya Hawaya pun mengharap dengan harap yang amat sangat. Demi di dengar oleh Nabi Allaha Shayatsa maka iapun segera datang serta katanya “Hai ibuku, sabarlah tuan hamba daripada percintaan ini". Arakian maka nabi Allaha pun ditanamkan segala anak cucunya. Hataya maka di tunggui Sataya Hawaya oleh akan kubur nabi Allaha Adam A’layaha Al Salama empat puluh hari lamanya. Maka iapun sakitlah lalu kembali ke rahmat Allaha maka di tanamkan nabi Allaha Shayatsa di sisi kubur nabi Allaha Adam A’layaha Al Salama.

Sumber: Kitab Al Anabaya - Manuskrip Dewan Bahasa Dan Pustaka

Monday, January 24, 2011

KANA - JADILAH

Sumber: Kitab Pohon Kewujudan - Abana Arabaya

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Allaha membuat perumpamaan tentang perkataan yang baik sebagai sebuah pohon yang baik, yang akarnya kokoh dan dahan-dahannya menjulang tinggi? (Q.S. Ibrahim, 24)

Dengan Nama Allaha Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allaha, Yang Tunggal dan Hanya Tunggal dalam Hakikat-Nya serta unik dalam Sifat-sifat-Nya. Maha Suci Dia yang Rahmat-Nya meliputi semua, yang menyebar ke semua arah. Kemurnian-Nya bebas dan bersih dari segala sesuatu yang dapat dilihat dan dibayangkan.

Dia bergerak ke tempat-tempat yang tak terbatasi oleh enam penjuru. Dia melakukan apa yang Dia lakukan tanpa bertindak atau berbuat. Dia melihat segala sesuatu tanpa memandang.

Dia sangat jauh di atas makna dari segala sesuatu ini. Keunikan-Nya tidak memperkenankan apa pun menyerupai Dia, dan juga tak ada apapun yang bisa memiliki atau melekatkan dirinya pada Nya. Kekuasaan-Nya selalu mencapai tujuannya dan tak pernah sia-sia.

Kehendak-Nya yang mendominasi semua tidaklah memiliki kesamaan dengan hasrat-hasrat rendah sifat manusia, juga Kehendak-Nya senantiasa tidak akan berubah dengan kehendak makhluk-Nya; demikian juga tidak akan menjadi lawan terhadap permohonan makhluk-Nya. Sifat-sifat Ketuhanan-Nya, yang Dia manifestasikan pada makhluk-Nya, tidak bertambah atau berkurang ketika di bagi diantara mereka, karena segala Sifat-Nya tidak lain adalah tunggal. Dia adalah sebab segala sesuatu.

Dan ketika Dia berkehendak sesuatu terjadi, semua yang Dia perlu lakukan adalah berkata KANA (Jadilah !), FAYAKAWANA maka terjadilah semua yang ada. Semua yang maujud lahir dari makna rahasia terdalam yang tersembunyi dari kata KANA ini. Bahkan semua yang tersembunyi dari mata dan pikiran adalah tidak lain kecuali hasil dari suara misterius ini.

Sebagaimana Allaha Ta A'laya berfirman :Ketika Kami menghendaki sesuatu terjadi, Kami hanyalah berkata KANA, FAYAKAWANA maka jadilah ia. (Q.S Nahala, 40)

Perkataan-Nya dalam dirinya sendiri adalah Perbuatan.

Sekarang saya memperhatikan alam semesta yang mengelilingi kita dan berpikir bagaimana segala sesuatu terjadi (tercipta) dan berusaha untuk memecahkan misteri yang disandikannya, Dan perhatikanlah! saya melihat bahwa seluruh alam semesta ini tidak lain adalah sebuah Pohon. Pohon yang cahaya kehidupannya datang dari sebuah benih yang pecah ketika Allaha berkata KANA! Benih dari huruf Kaf di pupuk dengan huruf Nun dari Nahana(Kami), tercipta ketika Allaha berfirman :Kamilah yang telah menciptakanmu (Q.S Al-Waqoyaha,57)

Kemudian dari gabungan dua benih ini tumbuh dua tunas yang bersesuaian dengan janji Allaha :Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan fithrahnya (Q.S Al-Qomara, 49)

Tetapi akar dari dari dua tunas ini hanyalah tunggal.

Akar itu adalah Kehendak Sang Pencipta, dan apa yang menumbuhkannya adalah Kekuasaan-Nya. Kemudian dari esensi huruf Kaf dari kata ketuhanan KANA, lahirlah dua makna yang berlawanan :

Kamalayaha (kesempurnaan), sebagaimana disebutkan Allaha dalam firman-Nya :Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu dan telah Kulengkapkan Rahmat-Ku padamu serta Kupilihkan Asalama sebagai agamamu. (Q.S. Al-Ma’idah,3)

dan Kafarayaha, keingkaran, sebagaimana firman Allaha: Maka sebagian dari mereka beriman dan sebagian lagi kufur(Q.S. Al-Baqorata, 253)

Demikian juga dari hakikat kata NA beremanasi makna-makna berlawanan dari Nawara Al-Maa’rafayaha (cahaya pengetahuan) dan Nakayaraha (gelapnya kebodohan).

Karena itu ketika Allaha mengeluarkan mahluk-Nya dari Harta Tersembunyi ketidakberadaan menuju eksistensi, bersesuaian dengan keadaan dan bentuk yang telah ditetapkan sebelumnya (kudratnya), Dia memancarkan cahaya ketuhanan-Nya terhadapnya. Siapapun yang terkena cahaya itu dapat melihat Pohon Eksistensi yang tumbuh dari benih perintah ketuhanan KANA yang melingkupi seluruh alam semesta.

Dan mereka yang tercerahkan ini mengetahui rahasia KA dalam kata Kanatama(kamu), sebagaimana firman Allaha :Kamu sekalian adalah umat terbaik yang dilahirkan, yang menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dan kamu beriman kepada Allaha (Q.S. Al A'marana, 109)

Mereka juga menembus makna tersembunyi dari kata terakhir NA dari KANA sebagai Nawara (cahaya), sebagaimana firman Allaha :Apakah dia yang hatinya telah Allaha bukakan kepada Asalama sehingga dia mengikuti cahaya dari Tuhan-nya (tidak lebih baik dari dia yang keras hatinya)? (Q.S Al-Zamara,22)

Tetapi mereka yang menyembunyikan dirinya sendiri dari cahaya ketuhanan ketika Allaha memancarkannya pada mahluk-Nya juga berkewajiban mengetahui makna tersembunyi dari huruf kata KANA sebagaimana Allaha mengucapkannya. Barangsiapa yang dirinya tetap ada dalam kegelapan akan gagal mengetahui kebenaran dan membayangkan huruf Kaf singkatan dari KAFARA, yang maknanya kegelapan di mana mereka berdiri dalamnya,menyembunyikan segala sesuatu dari mata.

Mereka akan membayangkan bahwa huruf Nun singkatan dari Nakayaraha, yang berarti kebodohan. Mereka menjadi putus asa, dan dalam keputusannya tidak dapat mempercayai Pencipta-nya. Dengan demikian banyak dari segala sesuatu yang diciptakan tergantung pada bagian pemahamannya atas misteri dua huruf tersebut, yang menjadi penyebab setiap eksistensi. Buktinya ada dalam kata-kata Rasul Allaha, yang bersabda :Sesungguhnya Allaha menciptakan mahluk dalam alam kegelapan total, kemudian memancarkan cahaya ketuhanan-Nya terhadapnya. Barangsiapa yang terterangi oleh cahaya tersebut akan tercerahkan dan terbimbing dengan baik. Dan barangsiapa tersembunyi dari cahaya tersebut dan tak tersentuh dengannya akan sesat dan rugi.

Ketika bapak kita Adam, manusia pertama yang Allaha ciptakan, membuka matanya – ketika Allaha meniupkan ruh-Nya padanya dia memperhatikan wujud lainnya. Dan dia melihat bahwa itu adalah sebuah lingkaran. Segala sesuatu berevolusi sekitar lingkaran Kemenjadian dan Kemengadaan. Kenyataannya ada dua lingkaran, yang satu berupa api dan lainnya adalah tanah yang basah. Dan dia melihat bahwa evolusi alam semesta adalah manifestasi dari perintah tuhan KANA – sebab, kekuatan, urutan kemenjadian sebab akibat, tanpa gagal dan selamanya datang darinya. Sebagaimana tidak ada dan tak ada sesuatu pun yang keluar dari lingkaran berputar ini, begitupun tidak ada yang dapat dikecualikan, ia adalah apa yang mereka lihat dan mereka peroleh. Sebagian akan melihat KA sebagai Kesempurnaan dan berjuang untuk sempurna, dan sebagian akan melihatnya sebagai Kekufuran dan menjadi orang kafir.

Sebagian akan mendapat pencerahan dalam makna huruf NUN dan menjadi bijak, yang lainnya akan menemukan kenyamanan dalam ketidakpeduliannya dan mengira huruf NUN sebagai pilihan pada kebodohan atas kesadaran.Tak ada yang dapat menyelamatkan mereka dari akibat kepercayaannya pada apa yang mereka pandang sebagai kebenaran. Ini ditetapkan oleh Dia yang menciptakan mereka dan apa yang mereka lihat, serta apa yang mereka pahami dari apa yang mereka lihat. Setiap orang terikat untuk tetap dalam keliling lingkaran yang diatasnya mereka berputar. Tak ada yang biasa menjadi selain dari apa yang Dia kehendaki yang berkata Jadilah!, dan semuanya terjadi.

Segala sesuatu menghadap ke pusat lingkaran KANA dan tergantung padanya dalam segala perwujudannya. Kemudian engkau juga melihat pada Pohon Wujud itu, yang dahan-dahannya melingkupi seluruh alam semesta. Meskipun setiap dahan, setiap daun, setiap buah berbeda, mereka semua berasal dari benih tunggal, benih cinta yang dinamakan KANA.

Ketika bapak kita Adam dibawa Allaha ke sekolah untuk belajar, untuk menjadi manusia yang ditetapkan menjadi khalifah Allaha di alam semesta ini, pertama kali dia diajarkan semua nama segala sesuatu yang wujud. Kemudian dalam kekaguman dia berjumpa dengan kata KANA, perintah ketuhanan.

Jadi, sebab dari semua yang ada. Apa artinya? Dia mencari maksud Dia yang membawa semua ini menjadi ada dan melihat bahwa huruf pertama Kaf berhubungan dengan kata Kanazayaha (Harta Yang Tersembunyi), ketika Allaha berfirman : Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi dan Aku suka untuk dikenal, maka Aku ciptakan makhluk sehingga dengan demikian Aku dapat dikenal.

Dan dalam kata terakhir NA, dia melihat identitas Pencipta, ketika Dia berkata Ana Allaha (Aku adalah Allaha) Sesungguhnya Aku adalah Allaha, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku (Q.S. Thaa Haa, 14)

Kemudian setelah beberapa kejadian, diturunkan padanya bahwa KA pada Kanazayaha menunjukkan pemberian dari Allaha atasnya dan keturunannya dalam kata Karama (kemuliaan) Tuhannya, seperti yang dijanjikan dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka jauh di atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (Q.S Bani Asara Yala, 70)

Dan juga, KA berarti untuk Adam adalah Kanatayaha (menjadi, dari ‘Saya menjadi’) dalam janji Allaha, ketika Dia berfirman: Ketika hamba-Ku yang beriman datang mendekat pada-Ku dengan melakukan ibadah tambahan, dia mencintai-Ku dan Aku mencintainya; dan ketika Aku mencintainya, Aku menjadi penglihatannya yang dengannya dia melihat, Aku menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar, dan Aku menjadi tangannya yang dengannya dia memegang.

Dan dia memahami bahwa huruf Nun pada Ana Allaha dimaksudkan untuk memancarkan Nawara, cahaya ketuhanan, atasnya dan atas mereka yang seperti dia, sebagaimana Allaha berfirman : Apakah sama orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? (Q.S. Al-An’am, 122)

Dan NA dalam KANA menunjuk pada NA dalam kata Naa'mata, nikmat dari Allaha, dalam firman-Nya : Dia telah memberikan padamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allaha, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. (Q.S. Abarahayama 34)

Inilah beberapa yang bapak kita Adam pelajari tentang kata ketuhanan KANA dalam sekolah Allaha di surga – bukan semuanya. Kita hanya menyebutkan sedikit dari yang sedikit. Selebihnya akan dibahas kemudian.

Sekarang Setan yang terkutuk pergi ke sekolah yang sama di surga, dan selama empat puluh ribu tahun dia belajar, meneliti rahasia-rahasia dalam huruf-huruf dari kata KANA. Tetapi Guru ketuhanan berkehendak bahwa dia semestinya bergantung pada kekuatan dirinya dan merasa yakin dan bisa melakukan sesuatu dengan dirinya sendiri.

Maka ketika dia meneliti makna dari huruf Kaf dia menghubungkannya dengan kebergantungannya hanya pada dirinya sendiri dan atas keingkarannya pada setiap kekuatan lain selain dirinya sendiri, sebagaimana yang difirmankan oleh Tuhannya: Dia dengan bangga menolak untuk tunduk pada Allaha dan menyombongkan diri (Q.S. Al-Baqorata 34)

Dan dia melihat dalam huruf Nun sifat dasar dirinya yang berapi-api dalam kata Nara (api), dan dia berkata : Aku lebih baik daripada Adam: Engkau telah menciptakanku dari api, sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah. (Q.S. Al-A’rafa, 12)

Dengan begitu Kafara yang setan identifikasikan dalam huruf Kaf memaksanya kepada Nara yang dengannya dia melihat dalam huruf Nun, dan ketetapannya serta ketetapan yang seperti dirinya telah ditentukan : Maka mereka dilemparkan kedalam api Neraka (Q.S. Al-Syawara, 94)

Ketika bapak kita Adam melihat pada Pohon Kewujudan, dalam keindahan berbagai macam bunga dan buah-buahan yang ada pada sebegitu banyak dahan-dahannya, dia meninggalkan semuanya kecuali berpegangan pada dahan.

Sunday, January 23, 2011

Bilangan Tahun-Tahun


Mengikut kitab perubatan dari kerajaan Kelantan, Bangsa Malayu mempunyai pengetahuan tentang tahun2 yang di wakili oleh binatang. Pengetahuan ini adalah turun-temurun dan apabila melalui jangka masa yang lama telah melalui perubahan dgn tahun2 binatang yang di gunakan oleh masyarakat Cina kini.

Di dalam kitab Malayu ini menyebut tahun2 tersebut bermula dengan Tikus, Lembu, Harimau, Pelanduk, Ular Besar, Ular Kecil, Kuda, Kambing, Kera, Ayam, Anjing dan Kura2.

Tahun2 binatang yang di gunakan oleh masyarakat Cina kini ialah Tikus, Lembu, Harimau, Arnab, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Kera, Ayam, Anjing dan Babi.

Ini menunjukkan berlaku sedikit perubahan antara keduanya iaitu Pelanduk-Arnab, Ular Besar-Naga, Kura2-Babi.

Di dalam beberapa hari lagi, kita akan memasuki tahun Pelanduk-Arnab yang merupakan kitaran tahun yang ke-4 dan sifat pelanduk-arnab dikenali sebagai melompat. Hamba meramalkan akan berlaku sesuatu yang di sifatkan sebagai peralihan bagi kebanyakan manusia yang akan berlaku di tahun ini.

Selepas tahun tersebut kita akan menghadapi tahun Ular Besar-Naga. Tahun ini pasti berlaku sesuatu yang besar kerana naga di kaitkan dengan raja dan tidak hairan raja2 Malayu, Cina menggunakan lambang tersebut.

Asal Hulubalang Bentan

Sebermula perkataan Hang Tuah anak Hang Mahamawada di sungai Duyung dan segala orang yang duduk di sungai Duyung mendengar warta demikian itu apabila Hang Mahamawada mendengar khabar demikian itu maka kata Hang Mahamawada pada isterinya yang bernama Dang Merdu itu “Ayuh tuan baiklah kita pergi ke Bentan supaya mudah kita mencari makan lagi negeri besar baiklah kita pindah pergi tiga beranak”. Maka di sahutlah oleh Dang Merdu “Benarlah seperti kata tuan itu”. Maka pada malam itu Hang Mahamawada bermimpi bulan turun dari langit maka cahayanya penuh di atas kepala. Hang Mahamawada pun terkejut lalu bangun daripada tidur lalu di riba anaknya Hang Tuah maka diangkatnya di ciumnya seluruh tubuh anaknya itu. Setelah sudah haripun sianglah maka segala mimpinya itu semuanya di katakan pada anaknya dan isterinya. Setelah itu didengar ibu Hang Tuah kata suaminya itu maka segera di langir dan di mandikan anaknya itu. Maka di beri berkain dan berbaju serba putih maka diberinya makan nasi kunyit dan telur hitam dan memberi orang akan orang tua dan suruh baca doa selamat. Setelah sudah dipeluk dan cium anaknya itu maka kata Hang Mahamawada pada isterinya itu “Adapun anak kita ini peliharakan baik2 jangan di beri bermain2 ke jauh kerana ia sangat nakal hendak suruh mengaji maalim pun tiada lagi itupun tiada tahu bahasa sekarang. Baiklah kita pindah ke Bentan maka demikian marilah berlengkap dan bersampan”. Maka Hang Mahamawada pun berlengkaplah dengan sebuah lading setelah sudah maka Hang Mahamawada pun pindahlah ke Bentan. Maka iapun berbuat rumah hampir kampung Bendahara Paduka Raja. Maka Hang Mahamawada pun berkedai menjual makan makanan di kedainya itu.

Sebermula Hang Tuah pun besarlah serta ia ketahuilah hal ibu bapanya itu. Adapun akan hal anaknya Hang Tuah dan bapaknya Hang Mahamawada itu kerjaan sehari2 mengambil kayu api juga. Maka Hang Tuah pun memegang sebilah kapak akan pemelah kayu api duduk di hadapan kedai ibunya. Sediakala adapun apabila Hang Mahamawada datang menjual makan makanan maka iapun pergi mengadap Bendahara berhambakan dirinya. Jika ia hendak ke mana2 pun ia bermohon pada Bendahara maka ia pergi dengan dengan demikian maka Hang Tuah pun ketahuilah bahasa maka amarnya pun datanglah sepuluh tahun. Maka iapun bersahabat sama2 budak2 sama besar dengan dia itu maka seorang bernama Hang Jebat dan seorang bernama Hang Kasturi dan seorang bernama Hang Lakayara dan seorang bernama Hang Lakayawa. Tuah pun berkasih kasihan kelima bersahabat itu jika ia pergi barang ke mana pun tiadalah bercerai jika makan minum main pun bersama2 juga seperti orang bersaudara.

Setelah kata Hang Tuah “Hai saudaraku keempat kita ini lima bersaudara dapatlah melayarkan sebuah perahu lading supaya kita pergi merantau barang kemana mencari makan”. Maka kata Hang Jebat dan Hang Kasturi “Mengapatah maka tiada boleh kita kelima melayarkan sebuah perahu”. Maka sahut Hang Tuah “Baiklah jika demikian maka perahu bapak beta ada sebuah lading lengkap dengan layarnya datang kita turun dengan beras bekal sepuluh gantang pada seorang”. Maka sahut Hang Jebat dan Hang Kasturi “Marilah kita pulang berlengkap” maka masing2 pun kembali kerumahnya memberitahu ibu bapaknya. Maka kata ibu bapaknya “Baiklah mana bicaramu kelima bersaudara itu yang kehendak bapak pun demikianlah”. Maka segala ibu bapaknya pun demikianlah maka segala ibu bapaknya pun berlengkap beras bekal akan akan anaknya maka Hang Tuah pun di beri oleh bapaknya sebilah keris dan sebilah pedang dan Hang Jebat dan Hang Kasturi dan Hang Lakayara dan Hang Lakayawa pun demikian juga di beri oleh ibu bapanya.

Setelah sudah lengkap maka kelima bersahabat pun bermohonlah pada ibu bapaknya lalu naik ke perahu berlayar ke pulau Langgi. Antara berapa lamanya maka di lihat oleh Hang Tuah dari jauh ada kelihatan tiga buah perahu berlayar maka ketiganya itu menuju perahu Hang Tuah. Maka kata Hang Tuah “Hai handaiku keempat ingat2 kita perahu musuh rupanya yang kelihatan itu datang tiga buah”. Maka dilihat oleh keempatnya itu benarlah seperti kata Hang Tuah itu maka kata Hang Jebat “Nyatalah perahu musuh lakunya berapa bicara kita?. Maka di sahut oleh Hang Kasturi “Apatah kita yang kehendaki yang kita cari pun hendak bertemu dengan musuh juga” maka sahut Hang Lakayara dan Hang Lakayawa “Mengapa pula begitu, marilah kita tumbangkan sehingga mati sudahlah”. Maka kata Hang Tuah seraya tersenyum “Hai saudaraku, pada bicara hamba baik juga kita berperang di atas pulau kerana perahu kita kecil, tewas juga kita kerana ia tiga buah serta dengan besarnya dan senjatanya pun banyak dan orangnya pun banyak. Sukar juga kita melawankan dia”. Maka kata Hang Kasturi “Yang mana benar kepada saudara hamba segeralah kita kerjakan kerana perahu itu makin hampir”.

Maka oleh Hang Tuah di palingkan perahunya itu menuju pulau. Setelah dilihat oleh musuh itu ada sebuah perahu lading, lima orang budak2 belaka lari mengusir pulau itu. Maka segera di suruhnya dengan sampan di sangkanya orang lari. Setelah hampir maka di lihat budak2 lima orang sebaya kelimanya itu baik rupanya maka Hang Tuah pun sampai ke darat. Maka orang yang mengikut itupun terlalu suka katanya “Sekali ini dapatlah oleh kita budak2 ini akan tuannya kita”. Maka sampan ketiga buah itupun sampailah lalu naik ke pulau itu hendak menangkap budak2 kelima itu. Maka Hang Jebat dan Hang Kasturi dan Hang Lakayara dan Hang Lakayawa pun sudah hadirlah berdiri di tepi pantai itu menantikan musuh itu datang.

Maka orang tiga buah sampan itupun berdahulu2an naik itu datang berlari2 hendak menangkap. Maka Hang Tuah kelima bersaudara itupun sudah memegang tiga2 bilah seligi pada seorang apabila hampirlah musuh itu kehadapan Hang Tuah maka ditetak oleh Hang Tuah kena pehanya lau terduduk tiada dapat bangkit lagi. Maka ditikam oleh Hang Jebat kena seorang lagi lalu lari ke perahunya mengambil sumpitnya dan seligi. Maka di sumpitnya akan Hang Tuah dan Hang Jebat kelima itu seperti hujan yang lebat. Maka segala musuh itupun bersorak katanya “Bunuhlah budak celaka tiada kasih akan ibu bapaknya”. Maka kata seorang lagi “Jangan dibunuh” maka kata seorang lagi “Hai budak2 baiklah engkau menyembah menyerahkan dirimu supaya engkau tiada kubunuh”. Maka kata Hang Jebat sambil menangkis seligi dan anak panah yang seperti hujan datangnya itu katanya “Ceh mengapa aku menyembah engkau sekelian, engkaulah menyembah aku supaya aku ampun dosamu” serta ditikamnya oleh Hang Tuah dan Hang Jebat kelimanya maka kena pula lima orang musuh itu lalu merebah terduduk tiada dapat bangkit lagi.

Setelah dilihat oleh temannya yang dua puluh lagi itupun terlalu marah katanya “Bunuhlah budak celaka ini” serta ditikamnya dan disumpitnya bersungguh2 akan budak2 lima itu. Maka Hang Tuah pun mengunus kerisnya dan yang keempat itupun mengunus kerisnya menyerbukan dirinya pada musuh yang dua puluh itu serta di tikamnya oleh Hang Tuah dua orang mati. Maka di tikam oleh Hang Jebat dan Hang Kasturi, Hang Lakayara dan Hang Lakayawa empat orang mati. Maka masuk di tikam pula oleh Hang Lakayawa mati empat orang pula. Maka tinggal lagi sepuluh orang. Maka orang itupun larilah mengusir perahunya serta naik lalu dikayuhnya ke perahu besar yang tiga buah itu. Setelah sudah musuh itu lari maka Hang Tuah dan Hang Jebat kelimanya pun mengambil orang luka sepuluh itu dibawa ke perahunya. Maka sampan yang tinggal sebuah itupun dirompak, sudah itu maka Hang Tuah pun berlayar menuju Singapura. Maka musuh yang lari sepuluh orang itupun sampailah ke perahunya. Maka segala hal ehwal teman2 yang mati dan luka itu semuanya serta budak2 kelima itu sudah berlayar, maka sekelian diceritakan pada penghulunya. Demi di dengar oleh penghulunya kata2 mereka itu maka penghulu musuh itupun terlalu marah serta katanya “Bongkar sauh kita” maka dilihat akan budak kelima itu berlayar menuju Singapura maka penghulu musuh itupun berdiri di tiang agung katanya “Segeralah kita berlayar serta berdayung mengusir perahu Hang Tuah itu”.

Maka dengan takdir Allaha Ta A’laya maka Batin Singapura pun keluar tujuh buah manjungan dan dandang hendak ke Bentan. Maka dilihatnya oleh Hang Tuah dandang tujuh buah kelar dari Singapura itu maka ditujunya oleh Hang Tuah. Maka dilihat oleh orang yang di dalam dandang itu sebuah lading orangnya lima usir oleh perahu musuh tiga buah itu hampirkan di dapat maka kata Batin Singapura “Hai segala sakaiku segeralah dapatkan perahu lading itu kerana ia itu diusir oleh musuh kalau2 ia orang mana”. Maka sakai dandang tujuh buah itupun segera berdayung mendapatkan perahu lading itu maka musuh tiga buah itupun undur. Maka Hang Tuah pun datang mendapatkan dandang tujuh buah itu maka di lihat oleh Batin Singapura sebuah lading orangnya lima orang budak2 “Hendak kemana kamu dan dari mana datangmu ini dan dan apa namamu?”. Maka sahut Hang Tuah “Nama hamba Hang Tuah dan keempat ini saudara hamba, seorang namanya Hang Jebat seorang namanya Hang Kasturi dan seorang bernama Hang Lakayara dan seorang bernama Hang Lakayawa, duduk di Bentan maka kami sekelian ini berpenghulu pada Bendahara Paduka Raja dan pekerjaan kami lima bersaudara ini duduk merantau mencari makan. Maka hamba bertemu dengan musuh tiga buah” dan segala kelakuannya ia bertikam itu semuanya di katakannya pada orang dandang tujuh buah itu.

Setelah di dengar oleh Batin Singapura kata Hang Tuah itu sukacita hatinya serta katanya “Jika demikian handak kemana tuan hamba kelima ini?” maka kata Hang Tuah “Jika ada kasih penghulu akan hamba kelima bersaudara ini hamba hendak baliklah ke Bentan kerana musuh tiga buah perahu itu tiada kemana perginya kerana ia hendak mendengar khabar orang yang sahaya tangkap sepuluh orang itu”. Setelah di dengar oleh Batin kata Hang Tuah itu maka katanya “Jikalau demikian baiklah tuan hamba berlayar kelima bersaudara dan tawannya yang luka sepuluh orang itupun bawa naiklah ke atas perahu hamba berlayar bersama2, tiadalah apakan musuh tiga buah itu maka kata Hang Tuah “Benarlah seperti kata penghulu itu”.

Maka tawanan yang sepuluh orang itupun di naikkan oleh Hang Tuah maka segala sakai itupun bertanya “Hai segala tawanan musuh dari mana kamu datang dan siapa nama penghulu kamu dan berapa banyak kamu?”. Maka kata tawanan itu “Adapun kami sekelian ini musuh Bentan sepuluh buah perahu juga hendak merompak ke tanah Palembang, adapun akan sekarang segala kelengkapan tujuh belas itu sudah lalu di hadapan kerana Patih Gajah Mada menteri Majapahit menyuruh segala penghulu anak sungai yang takluk ke Majapahit itu disuruh merompak ke Palembang lalu di suruh naik ke darat Bukit Seguntang disuruh rampas oleh Gajah Mada itu kerana kami sekelian ini takluk ke Majapahit itu”. Setelah sudah segala sakai tawanan sepuluh itu berkata2 pada penghulunya maka kata penghulu itu “Jika demikan kata orang ini baiklah kita segera berlayar kerana khabar ini terlalu nyata dan seorang hamba kelima pun terlalu besar kebaktian ke bawah duli yang dipertuan”. Maka dandang yang tujuh buah itupun berlayarlah.

Maka Hang Tuah dan Hang Jebat pun membawa persembah akan penghulu itu lima ratus sumpitan maka pada tatkala berlayar itu dilihat dandang perahu musuh tiga buah itu maka kata Hang Tuah “Janganlah penghulu bersusah takdir dengan sebuah perahu hamba pun padalah dengan tolong Allaha serta dengan berkat penghulu dapat hamba kelima bersaudara ini mengalahkan perahu musuh ketiga buah itu” maka kata penghulu itu “Jangan dahulu kerana hamba hendak segera mengadap Bendahara Paduka Raja supaya kita persembahkan ke bawah duli yang dipertuan dahulu mana titah kita sekelian kerjakan kerana kebaktian saudara hamba kelima itupun terlalu besar.

Arakian maka berapa lamanya berlayar itu maka sampailah ke Bentan. Hang Tuah kelima bersaudarapun bermohonlah pada penghulu itu hendakl pulang ke rumahnya. Maka kata penghulu itu “Hai saudara2, hamba pun hendak singgah pada kampong saudara hamba”. Maka kata Hang Tuah “Adapun hamba ini kelima ini duduk pada kampong Bendahara Paduka Raja serta dengan ibu bapak hamba kelima ini”. Maka kata penghulu itu “Baiklah tetapi saudara hamba jangan lupakan hamba kerana kita sudah jadi saudara”. Maka kata Hang Tuah “Pada bicara hamba pun demikian juga tetapi hamba kelima ini demikian”. Setelah sudah maka ia bermohonlah pada penghulu itu maka Hang Tuah dan Hang Jebat dan Hang Kasturi, Hang Lakayara, Hang Lakayawa pun berlengkap pulanglah ke rumah ibu bapaknya serta membawa tawanan yang sepuluh orang itu. Setelah datang maka ibu bapaknya pun hairan melihat anaknya membawa tawanan itu.

Setelah pada keesokan harinya maka penghulu itupun naik mengadap Bendahara Paduka Raja dengan persembahan maka penghulu Singapura maka penghulu itupun bersembah kata2 orang sepuluh itu maka sabda Bendahara “Kita pun hendak menyuruh memberi surat kepada batin yang memegang sungai dan kita pun hendak suruh payar dan sulu kelakuan orang Bentan dan Jamaja kerana kita hendak mengutus ke Majapahit hendak menentukan anak sungai dua buah itu terlalu sangat orang merompak dan melangkar ke tanah Palembang kerana Palembang itu sudah takluk ke Bukit Seguntang kerana akan kerajaan di Bukit Seguntang itu tuan kita maka ada kita dengar titah Ratu Majapahit pada menteri yang bernama Patih Gajah Mada itu. Jika ada orang melanggar dan merompak ke sana kemari dan tanah Palembang sebab itulah maka kita hendak menyuruh sulu melihat Bentan dan Jamaja itu kepada penghulu batin”. Maka penghulu batin itupun tersenyum lalu berkata “Ya tuanku sahaja hairan hamba bukan kerjanya di kerjakan oleh budak2 itu. Maka sabda Bendahara “Apa khabarnya itu?”. Maka sembah oleh penghulu itu demikian maka Bendahara pun bertanya “Ada diri kenalkah budak2 itu dan tahukah diri akan kediaman ibu bapaknya itu?”. Maka sembah penghulu itu “Sehari kenal budak2 itu kesamaran ia duduk di rumah ibu bapaknya itu sehari tahu di dalam lima orang itu, seorang bernama Hang Tuah, sahaya lihat bukan barang lakunya dan segaknya dan perkataannya hulubalang juga. Barang keluar daripada mulutnya dengan manis ia berkata2 dan seorang bernama Hang Jebat itupun terlalu sikap tubuhnya putih dan rambutnya ikal dan segala perkataannya keras dan seorang bernama Hang Kasturi dan seorang Hang Lakayara dan seorang bernama Hang Lakayawa itu pun baik sikapnya dan rupanya. Maka akan kelimanya besarnya sebaya belaka”. Maka kata Bendahara “Jika demikian baiklah esok hari apabila hamba hendak masuk mengadap maka ketika itulah penghulu tunjuk tempatnya dan tempat ibu bapaknya berkedai itu”. Maka sembah penghulu itu “Baiklah tuanku” maka penghulu itupun diperjamu oleh Bendahara makan minum dan diberinya persalinan dengan selengkapnya maka penghulu itupun bermohonlah kembali ke perahunya.

Maka tatkala itu Hang Tuah kelima bersahabat pun ada ia bermain2 di kedai maka dilihat oleh Hang Tuah akan penghulu itu maka iapun memberi hormat. Maka apabila ia melihat Hang Tuah lima bersahabat itu berdiri di muka pintunya maka iapun berhenti serta memegang tangan Hang Tuah dan Hang Jebat katanya “Di sinikah rumah dan kedua saudara aku kelima ini?”. Maka di sahut Hang Tuah “Di sinilah kampong sahaya”. Maka penghulu itupun duduklah seketika pada kedai itu makan sirih maka Hang Mahamawada pun keluarlah duduk pada kedai. Maka kata Hang Mahamawada “Apa gerangan datuk penghulu kasihlah akan anak sahaya, tiadalah terbalas oleh sahaya melainkan Allaha Sabahana Wa Ta A’laya juga yang membalaskan dia. Maka kata penghulu itu “ Hai bapak hamba jangan bapa hamba berkata demikian. Adapun Hang Tuah kelima bersaudara itu jadi saudaralah pada kita”. Maka iapun bermohon kembali ke perahu.

Hataya maka bapa Hang Tuah dan Hang Jebat kelima bersaudarapun mengantar sirih pinang akan penghulu itu maka Hang Tuah pun berkata pada Hang Kasturi dan kepada segala sahabatnya “Hai saudaraku keempat marilah kita pergi berguru. Ada seorang di bukit ini duduk bertapa Adi Putera namanya, adapun kita ini pada firasat orang tua akan menjadi hulubalang juga di tanah Malayu ini”. Maka kata Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lakayara, Hang Lakayawa “Baiklah”. Maka kelimanya pun berlengkap akan berjalan serta bermohon kepada ibu bapaknya. Maka berjalanlah antara berapa lamanya maka Hang Tuah pun sampailah pada tempat Adi Putera. Maka pada tatkala itu Adi Putera pun sudah turun daripada pertapaannya maka Hang Tuah kelima bersahabat pun datang lalu duduk menyembah. Maka ditegur oleh Adi Putera “Marilah cucuku duduk maka apa pekerjaan cucuku datang ini?”. Maka kata Hang Tuah “Sahaya hamba datang ini minta di perhamba” maka Adi Putera pun tahu kehendak Hang Tuah itu “Adapun aku ini tiga bersaudara, yang tengah menjadi pegawai Raden Amarsina Majapahit dan yang tuha duduk bertapa di Gunung Aratpura, namanya Sang Pertala. Adapun cucuku apakala sampai umur dua puluh tiga tahun, engaku pergi ke Majapahit jangan tiada engkau berguru padanya kerana saudaraku banyak ilmunya daripada aku kerana ia duduk bertapa dari kecil tiadalah ia merasai dunia. Telah sudah Adi Putera berkata2 maka katanya “Marilah cucuku kita kembali ke tempatku” maka Hang Tuah pun bangkit sujud pada kaki Sang Adi Putera serta berjalan ke rumahnya diiringkan oleh Hang Tuah dan Hang Jebat dan Hang Kasturi.

Setelah sampailah ke rumahnya kerumahnya, maka oleh Hang Tuah beramal dan dibaca yang di nyawanya maka sekelian itupun dipersembahkan pada Adi Putera maka haripun malamlah. Maka dilihat oleh Hang Tuah kelimanya datang suatu hidangan terletak di hadapan Sang Adi Putera itu maka kata Adi Putera itu “Hai cucuku kelima ini makanlah barang yang ada hadir kerana aku orang miskin”. Maka Hang Tuah pun menyembah seraya dibuka hidangannya itu maka dilihat di dalam hidangan itu lengkap pelbagai nikmat setelah sudah maka Sang Adi Putera “Apa kehendak cucuku kelima telah ku ketahuilah adapun cucuku kelima ini akan diperhamba raja dan jadi pegawai besar di tanah Malayu, tetapi banyak orang besar2 sakit hati serta dengki akan cucuku” maka di tunjukkan pada Hang Tuah katanya “Tiada di mengapa kerana cucuku orang benar maka pada ketika akan digelar oleh raja akan cucuku”. Maka Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lakayara, Hang Lakayawa pun di ajarnyalah berbagai2 oleh Adi Putera berbagai2 ilmu isyarat hulubalang dan firasat dan ilmu pencurat tetapi lebih juga di ajarnya akan Hang Tuah barang ilmu dan isyarat. Setelah sudah maka Adi Putera pun berpesan pada Hang Tuah “Hai cucuku jika engkau pergi ke Majapahit jangan tiada engkau berguru juga kabar pada saudaraku yang bernama Sang Pertala terlalu banyak tahunya daripada aku. Maka ia menjadi ajar2 maka tiada ia merasai dunia. Bermula aku pun berlajar padanya sedikit banyak”. Maka sembah Hang Tuah “Baiklah tuanku, maka hamba kelima ini junjung kurnia tuanku sudahlah menjadi hamba di bawah kadam tuanku”. Maka Hang Tuah pun duduklah kelima bersahabat berhambakan dirinya di bukit itu pada Adi Putera.

Sebermula maka penghulu Singapura pun setelah keesokan harinya maka iapun naik mengadap Bendahara setelah sampai pada kedai ibu Hang Tuah itu maka dilihat tiada Hang Tuah maka kata penghulu itu pada Hang Mahamawada “Dimana saudara hamba itu tiada kelihatan” maka kata Hang Mahamawada “Diperhamba itu pergi ke bukit ada pekerjaan sedikit”. Setelah di dengar oleh kata Hang Mahamawada itu maka iapun bermohon lalu berjalan masuk ke kampong Bendahara. “Marilah penghulu kita masuk mengadap duli baginda, kita duduk menanti dari tadi”. Maka sembah penghulu “Baiklah tuanku, sahayapun adalah sedikit lambat kerana lagi berkata2 dengan bapak hamba itu Hang Tuah”. Maka kata Bendahara “Apa kahabar, adakah penghulu tahu akan ibu bapaknya dan tempat kediamannya itu?”. Maka sembah penghulu ‘Itu sahaya tahu tuanku akan kedai ibu bapanya itu tetapi sekarang ini diperhamba Hang Tuah itu kata bapaknya lagi ada pekerjaan sedikit”. Setelah Bendahara mendengar kata penghulu itu maka Bendahara pun tahulah akan Hang Tuah itu anak Hang Mahamawada. Setelah sudah Bendahara bertanya itu maka Bendahara itupun bangkit serta katanya “Marilah kita masuk pergi mengadap duli yang dipertuan” lalu berjalan diringkan oleh segala pegawai dan petuanan setelah sampai kepada tempat Dang Merdu maka kata penghulu itu “Inilah tuanku kedai Hang Tuah dan inilah ibu bapaknya yang turun dari kedai menyambut tuanku itu” maka Bendahara pun tersenyum.

Setelah sampai ke balairong maka baginda pun sudah keluar diadap orang di pengadapan. Setelah baginda melihat Bendahara datang maka titah “Marilah Mama Bendahara, adakah beroleh khabar yang kita kehendaki itu?”. Maka sembah Bendahara “Daulat tuanku, yang titah duli Shah Alam itu patik sudah pungut belum lagi genap empat puluh. Jika sudah genap empat puluh, patik persembahkan segala2 “. Maka titah baginda “Benarlah seperti kata Mama Bendahara itu”. Setelah demikian maka penghulu Singapura pun di persalin oleh baginda dengan sungguhnya mala Bendahara pun berdatang sembah “Ya tuanku Shah Alam, patik mohonkan ampun dan kurnia akan sekarang patik dengar khabar kelengkapan jamaja tujuh belas buah perahu keluar hendk merompak ke Palembang lalu hendak naik mengamuk ke Bukit Seguntang akan sekarang bertemu dengan orang kita lalu berperang di pulau. Maka penghulu Singapura pun datang dari Singapura tujuh buah dandang maka musuh itupun lari melawani. Akan sekarang ini mana titah patik junjung dan patik2 sekelian kerjakan”. Telah baginda mendengar sembah Bendahara demikian maka baginda pun memandang pada penghulu Singapura itu seraya bertitah pada Bendahara dan Temenggung “Jika demikian segeralah lengkapi segala pegawai yang muda suruh ke Palembang melihat perahu musuh barang dua puluh buah”. Maka sembah Temenggung dan Bendahara “Daulat tuanku, mana titah patik junjung” maka Bendahara dan Temenggung pun menyembah lalu keluar diiringkan oleh segala pegawai dan petuanan.

Setelah sampai maka Bendahara pun duduk di balai seraya menyuruh memanggil Hang Mahamawada. Maka Hang Mahamawada pun datang maka kata Bendahara “Hai kekasihku Mahamawada, kemana Hang Tuah pergi?” maka sembah Hang Mahamawada seraya katanya “Yang diperhamba itu pergi ambil kayu api akan esok hari atau lusa ia datang”. Maka sabda Bendahara “Jika ia datang jangan tiada dibawa kemari kita hendak dengar khabar”. Maka sembah Hang Mahamawada “Baiklah tuanku kemanatah sahaya bertaruhkan diri hamba jika tiada dibawah khadam datuk”. Setelah sudah maka Bendahara pun member persalinan akan Hang Mahamawada dengan selengkapnya maka Hang Mahamawada pun menyembah lalu kembali ke rumahnya duduk duduk menantikan anaknya datang. Maka kata bininya “Apa pekerjaan mike dipanggil oleh datuk Bendahara tadi”. Maka dikatakan oleh Hang Mahamawada segala hal ehwalnya dipanggil oleh datuk Bendahara itu semuanya dikatakan kepada isterinya. Setelah Dang Merdu mendengar kata suaminya itu maka kata Dang Merdu “Bicara hamba ini datanglah seperti mimpi tuan hamba itu. Arakian sudahlah datang kepada masanya menjadi hamba raja itu. Dimanakan dapat kita salahkan lagi”. Maka kata Hang Mahamawada “Benarlah seperti kata tuan hamba itu”. Maka Hang Mahamawada laki isteri pun terlalu sukacita hatinya di nantikan anaknya datang juga.

Adapun akan Hang Tuah pergi berguru di Bukit Tanjalapas kepada Adi Putera itu maka kata Adi Putera “Hai cucuku Hang Tuah, baiklah cucuku kembali. Jikalau lambat kembali adalah kesukaran ibu bapakmu. Jika engkau segera kembali nescaya cucuku kelima beroleh kebesaran dan kemuliaan”. Demi di dengar oleh Hang Tuah dan Hang Jebat Hang Kasturi Hang Lakayara Hang Lakayawa sekeliannya meniarap sujud di kaki Sang Adi Putera maka oleh Sang Adi Putera dipeluk dicium akan Hang Tuah kelima bersahabat itu. Maka Hang Tuah kelima bersahabat pun bermohonlah kembali dengan sukacitanya. Maka beberapa lamanya berjalan itu maka sampailah ke rumah ibu bapaknya. Setelah Hang Mahamawada melihat anaknya datang dengan segala sahabatnya itu maka iapun terlalu sukacita maka dikhabarkan oleh bapaknya segala peri dipanggil oleh datuk Bendahara itu semuanya dikatakan pada anaknya. Maka Hang Tuah pun tersenyum mendengar kata bapaknya itu.

Maka setelah pada keesokan hari, Hang Tuah pun membelah kayu api dengan sebilah kapak maka dengan takdir Allaha Ta A’laya, orang mengamuk di tengah pasar terlalu banyak orang mati dan luka. Maka segala orang yang berkedai itupun di tinggalkan kedainya lari masuk ke dalam kampong. Maka gemparlah negeri Bentan itu terlalu haru hara. Maka kata orang yang lari “Hai Hang Tuah hendak matikah engkau maka engkau tiada lari masuk kampong”. Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu katanya “Apatah di katakan orang mengamuk sekian ini, bukan negeri tiada berhulubalang dan penggawa akan mengambari, di sana juga ia mati dibunuh orang”. Dalam berkata2 itu maka dilihat oleh ibu Hang Tuah, orang mengamuk itupun datanglah berlari2 dengan terhunus kerisnya menuju Hang Tuah. Maka iapun berteriak di atas kedai katanya “Hai anakku segaralah naik keatas kedai dahulu” maka apabila Hang Tuah mendengar kata ibunya, maka Hang Tuah pun berbangkit berdiri serta memegang hulu kapaknya menantikan amuk orang itu. Maka orang mengamuk itupun datanglah kehadapan Hang Tuah serta ditikamnya dada Hang Tuah di pertubi2nya. Maka Hang Tuah pun melompat menyalahkan tikam orang itu maka di parangnya oleh Hang Tuah kepala orang itu dengan kapaknya kena belah dua lalu mati. Maka segala orang banyak itu kesemuanya hairan melihat laku Hang Tuah membunuh orang mengamuk itu dengan kapak. Maka kata orang banyak itu “Kita lihatpun hairan, budak baharu sepuluh tahun amarnya dapat mengambari orang mengamuk itu dengan kapak juga”. Maka kata seorang pula “Sungguhnya budak inilah akan menjadi hulubalang yang besar pada tanah Malayu ini”.

Sebermula maka terdengarlah kepada Hang Jebat dan Hang Kasturi Hang Lakayara dan Hang Lakayawa, Hang Tuah mengambari akan orang mengamuk maka iapun segeralah berlari2 datang mendapatkan Hang Tuah. Maka setelah sampai maka ia bertemu dengan Hang Tuah maka kata Hang Jebat Hang Kasturi “Sungguhlah sahabatku mengambari orang mengamuk dengan kapak”. Maka Hang Tuah pun tersenyum seraya katanya “Sungguh adinda tetapi bukan orang yang mengamuk itu padan mengambari dengan keris, patutlah dengan kapak atau dengan kayu”. Setelah berkata2 maka Hang Tuah pun membawa sahabat keempat itu kerumahnya maka di perjamunya makan minum dengan sepertinya. Maka kata Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lakayara, Hang Lakayawa “Lain2 kalinya jangan sahabatku permudahkan lawan itu”.

Maka di dalam berkata2 itu berbunyi pulalah orang gempar di tengah pasar. Terlalulah orang haru hara mengatakan orang mengamuk di dalam kampong Bendahara Paduka Raja, maka Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lakayara dan Hang Lakayawa maka kelihatannya pun segera berlari2 keluar berdiri di muka pintunya melihat orang pasar berlarian2 ke sana kemari. Ada yang membelah pagar masuk ke kampong, ada yang sembunyi di bawah kedai, ada yang lari naik kedai, ada yang naik pagar tiada sempat lalu jatuh. Tatkala itu Bendahara pun hendak masuk mengadap diiringkan oleh segala pegawai dan petuanan. Maka Bendahara Paduka Raja pun sampailah pada antara kedai Hang Tuah itu.

Hataya maka orang yang mengamuk keempat orang itupun datanglah dengan keris bertelanjang berlari2 barang yang terlentang ditikamnya. Apabila dilihat oleh orang yang mengamuk itu Bendahara Paduka Raja berjalan ditengah pasar itu maka keempatnya pun berlari2 datang menuju Bendahara. Maka segala pegawai dan petuanan yang di belakang Bendahara itu semuanya masuk ke dalam kampong, ada yang lari naik ke atas kedai. Apabila di lihat oleh Bendahara akan segala kelakuan pegawai dan petuanan meninggalkan diri itu maka Bendahara pun berdirilah seraya memegang hulu keris menantikan amuk orang itu. Maka orang yang mengamuk itupun datanglah menuju Bendahara. Apabila di lihat oleh Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lakayara, Hang Lakayawa nyatalah datang orang itu menuju Bendahara, maka tiada tertahani oleh hatinya lalu memangkas “Ceh, mengapa pula maka begitu tiada ku endahkan orang mengamuk empat ini, tambahkan empat puluh kian lagi pun tiada ku endahkan” serta di hunus keris kelima2nya segala lalu berlari ke hadapan Bendahara Paduka Raja. Maka berdiri kelimanya maka orang mengamuk itupun datanglah keempatnya serta katanya “Hai kanak2 aku hendak membunuh Bendahara dan Temenggung juga”. Maka kata Hang Tuah dan Hang Jebat “Ceh si celaka, tiadakah engkau tahu akulah hulubalang di tanah Bentan ini. Aku di titahkan oleh duli yang dipertuan akan membuang orang yang derhaka ini”. Demi di dengar lah orang empat itu kata2 Hang Tuah demikian itu maka iapun terlalu marah serta di usirnya akan Hang Tuah dan Hang Jebat ditikamnya berturut2 maka Hang Tuah pun melompat ke kanan menyalahkan tikam orang itu. Maka di tikam akan Hang Jebat di tikamnya akan seorang lalu rebah mati. Maka yang dua orang itu bertikam dengan Hang Tuah maka keduanya pun mati di tikam oleh Hang Tuah.


Apabila dilihat oleh Bendahara Paduka Raja budak2 lima orang itu datang berdiri di hadapannya serta membunuh orang itu, maka Bendahara di pegangnya tangan Hang Tuah dan Hang Jebat dan Hang Kasturi kelimanya di bawa kembali dan Hang Mahamawada pun dibawa bersama2. Setelah datang kembali maka kata Bendahara “Duduklah kakap Mahamawada, mogalah ada anak kakap Mahamawada berdiri di hadapan kita tadi”. Maka sembah Hang Mahamawada “Ya tuanku di perhamba itu baharu juga semalam datang sebab itulah maka belum sahaya bawa mengadap tuanku”. Maka kata Bendahara “manatah budak2 empat orang ini?”. Maka sembah Hang Mahamawada “Tuanku di perhamba itu keempatnya” maka segera di suruh panggil keempatnya maka keempatnya pun datang mengadap Bendahara. Demi Bendahara melihat orang empat itu datang maka kata Bendahara “Wah kusangkakan orang mana gerangan empunya anak ini tiada ku tahu akan Kap Dawalaha dan Kap Samawata dan Hang Manashowara dan Hang Shamasa. Jika aku tahu akan tuan2 ini ada anak laki2 selamanya sudah ku ambil ku jadikan biduanda kerana tuan2 itupun berasal juga”.

Setelah sudah Bendahara berkata demikian itu maka hidangan pun diangkat oranglah maka Hang Mahamawada pun makan lima orang sehidangan maka Bendahara suatu hidangan lain dan Hang Tuah kelima bersahabat pun makan sehidangan. Setelah sudah maka diangkat orang pula minuman dam tambal pelbagai rupanya maka piala yang bertatah itupun diperedarkan oranglah. Setelah beberapa piala yang di minum oleh seorang maka berbunyilah rebana maka biduan yang baik suara pun berbunyilah terlalu ramai berangkap rangkapan. Maka segala pegawai dan petuanan yang lari itupun sekeliannya datang hendak sekeliannya datang hendak masuk ke kampong Bendahara. Maka disuruh tutup pintunya maka Bendahara pun memberi memberi persalin akan bapak budak2 kelima orang itu. Maka Bendahara Paduka Raja pun menanggalkan kain tubuhnya itu diberikan kepada Hang Tuah dan Hang Jebat dan Hang Kasturi Hang Lakayara, Hang Lakayawa di beri persalin. Tiga kali pada seketika itu akan orang sepuluh itu tetapi terlebih juga akan pakaian Hang Tuah daripada orang yang lain.

Setelah sudah maka Hang Tuah dan Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lakayara, Hang Lakayawa pun dibawa oleh Bendahara masuk ke dalam rumah pada isterinya maka kata Bendahara pada isterinya “Ayuh adinda itu, inilah anak tuan saudara Tun Mat”. Maka Hang Tuah pun kelimanya sujud pada kaki isteri Bendahara itu seraya berkata “Akan sahaya datuk ini hamba yang hina sudah menjadi di perhamba pula seperti hamba khaslah ke bawah kadam tuanku”. Maka pada ketika itu juga isteri Bendahara menyuruh memanggil bonda Hang Tuah dan bonda Hang Jebat dan bonda Hang Kasturi dan bonda Hang Lakayara dan bonda Hang Lakayawa. Maka orang lima itu pun segera datang mengadap isteri Bendahara maka kata isteri Bendahara “Andang Hang Tuah akan selama ini duduk dekat tiada kita kenal, mari apa bermain2 pada kita”. Maka sembah orang lima itu “Sahaya ini sedia hamba yang terhina di bawah tuanku, jika ada sabda tunku maka beranilah sahaya datang mengadap pada kadam tunku kerana sahaya aya anak beranak sudah menjadi hamba pada kebawah kadam tunku”. Maka kelimanya pun dipersalin dan di perjamu oleh isteri Bendahara Paduka Raja seraya berkata “Hai anakku Hang Tuah, adapun anakku kelima ini barang yang kurang mintalah kepada aku”. Maka kata Hang Tuah adapun sahaya lima orang ini sudah hamba maka diperhamba pula. Kemanatah menaruhkan diri sahaya lagi melainkan pada ke bawah kadam datuk laki isteri juga”.

Setelah sudah maka orang lima itupun bermohonlah menyembah di kaki Bendahara laki isteri lalu turun kembali maka kata Bendahara pada Tun Amat Ancayamat “Duduklah dengan saudaramu Tun Tuah bermain2 di balai, aku dipanggil oleh duli yang dipertuan, apa2 kah kerjanya”. Maka Tun Amat pun turun sama2 maka orang di balai itu semuanya turun menyembah kaki Bendahara, maka Bendahara pun berjalan masuk mengadap. Setelah raja melihat Bendahara datang itu maka baginda pun memberi hormat akan Bendahara seraya bertitah “Sungguhkan orang mengamuk bertemu dengan Mama Bendahara tengah pasar tadi?” maka sembah Bendahara “Daulat tuanku Shah Alam tetapi tiada di mengapa tuanku” maka titah raja “Tiada demikian kita dengar maka pegawai yang mana yang iringkan Mama Bendahara tadi dan pegawai mana yang bertahan dan pegawai yang lari?”. Maka Bendahara pun tersenyum “Suatupun tiada dapat katanya”. Maka titah baginda “Jangan Mama Bendahara sembunyi pada kita berkata benar, siapakah yang meninggal Mama Bendahara, siapa kita mahu membalaskan dia”. Maka sembah Bendahara “Daulat tuanku Shah Alam, patik mohonkan ampun dan kurnia di bawah duli yang maha mulia akan patik2 itu segala ini kerana patik2 itupun ada gementar sedikit daripada melihat orang mengamuk itu bukan seorang dua”. Setelah sudah baginda mendengar sembah Bendahara demikian maka baginda pun tersenyum seraya bertitah “Hai Mama Bendahara, sungguhkah seperti khabar orang di konon budak2 lima orang, maka pada tatkala itu datang ia berdiri di hadapan Mama Bendahara. Ialah membunuh orang mengamuk itu”. Maka sembah Bendahara “Daulat tuanku, sungguh ia membunuh orang yang mengamuk itu dan terlalu segala perkasanya”. Maka titah baginda “Manatah budak2 yang lima itu dan anak siapa budak2 itu?” maka sembah Bendahara “Asalnya orang itu orang sungai Duyung, maka ia berpindah ke mari serta dengan ibu bapaknya bersuka pada patik. Adapun akan nama bapaknya Hang Mahamawada dan nama anaknya Hang Tuah akan sekarang ada kelimanya sudah patik ambilkan anak. Niat patik hendak jadikan biduanda pada ke bawah duli tuanku dan namanya sudah patik surat kelimanya dan nama ibu bapaknya pun sudah patik tahu, duduknya pada kampong patik”. Setelah baginda mendengar sembah Bendahara demikian itu maka titah baginda “Kita pintalah kepada Mama Bendahara budak2 lima itu, kita hendak jadikan biduanda di dalam”. Maka sembah Bendahara “Daulat tuanku Shah Alam, patik persembahkanlah budak2 itu pada ke bawah duli yang maha mulia sedang patik anak beranak lagi hamba pada ke bawah duli tuanku, istimewa pula budak2 lima itu”.

Syahdan maka sembah Bendahara “Budak inilah yang patik sembahkan dahulu itu”. Setelah baginda mendengar sembah Bendahara demikian itu maka baginda pun memberi persalin akan Bendahara dengan pakaian yang indah2 akan yg dipakai baginda itu maka ditanggalkan daripada tubuh baginda. Adapun segala pegawai dan petuanan yang lari itu sekeliannya hendak masuk mengadap maka tiada diberi oleh penggawa pintu itu. Maka kesemuanya duduk di balai kandang maka baginda pun berangkat masuk ke dalam istana. Maka Bendahara pun menyembah lalu keluar maka maka dilihat oleh segala pegawai dan petuanan Bendahara keluar dengan segala pegawai yang tuha2 juga maka sekeliannya pun turun dari balai kandang itu menyembah Bendahara. Maka Bendahara pun berpaling pura2 tiada di lihat. Setelah sampai ke pintu kampungnya maka ia berpaling, pegawai itu dan petuanan yang tuha itu seraya berkata “Silakanlah datuk2 kesemuanya” maka segala pegawai dan petuanan yang kena murka raja itupun semuanya mengiringkan Bendahara masuk ke dalam kampong. Maka dilihat oleh Bendahara, Hang Tuah dan Hang Kasturi, Hang Jebat, Hang Lakayara, Hang Lakayawa duduk bermain2 dengan Tun Amat belum lagi pulang maka kata Bendahara “Adakah anakku sekelian lagi bermain2 dengan adinda?”. Maka sembah Hang Tuah “Ada di perhamba tuanku”.

Hataya maka orang banyak yang duduk itupun turun menyembah Bendahara, pada orang lima itu “Hai anakku dua tiga kali yang dipertuan bertanyakan khabar orang mengamuk, siapa yang ada bertahan di hadapan Bendahara dan siapa yang meninggalkan Bendahara. Maka tiada terjawab oleh mereka sekelian maka Temenggung seraya suruh akan segala orang yang lari kesemuanya itu dipersembahkan pada ke bawah duli baginda. Demi baginda mendengar sembah demikian itu maka baginda pun tersenyum serta murka. Setelah berhenti daripada itu maka baginda bertitah bertanyakan anakk kelima, baginda hendak ambil jadikan pegawai lakunya”. Setelah sudah Bendahara berkata2 dengan Hang Tuah itu maka berpaling ke belakang maka dilihat akan segala pegawai dan petuanan itu ada lagi berdiri di belakang. Maka kata Bendahara “Adakah tuan2 tadi?” maka segala mereka itu pun kemaluan2lah suatu pun tiada apa katanya. Maka segala orang yang banyak itupun tersenyum seraya memandang pada segala mereka itu. Maka mereka itupun sipu2 malu maka kata Bendahara “Naiklah keatas balai itu duduk tuan2 sekelian hendak kemana datang pada hamba ini kerana hamba ini bukan pegawai raja meninggalkan temannya. Jika hamba menjadi pegawai bahawa pada ketika itu juga hamba memberi balas akan orang yang membunuh hamba itu”. Setelah sudah berkata2 maka Bendahara pun turun dari balai naik ke rumahnya.

Setelah sekelian pegawai dan petuanan mendengar kata Bendahara demikian maka segala pegawai dan petuanan itupun membuang dastarnya sekelian bergayung2 maka kata Tun Amat “Ya tuan2 sekelian naik juga tuan2 sekelian pulang dahulu kerana hamba itu dimurka oleh tuannya, jangalah dukacita ia mendengar kata itu”. Maka mereka itupun menyembah Tun Amat lalu bermohon pulang maka Tun Amat pun berkata pada Hang Tuah kelima “Kakap Tuah, Kakap marilah kita pergi termasa ke pulau. Kayu2an dan perburuan pun banyak konon di pulau itu namanya Pulau Birama Dewa, sementara lagi yang dipertuan murka ini”. Maka sahut Hang Tuah dan Hang Jebat “Baiklah tuanku, diperhamba iringkan”. Setelah sudah berkata2 maka Hang Tuah kelima bersahabat pun bermohon pulang ke rumah ibu bapaknya.

Setelah pada keesokan hari maka Hang Tuah dan Hang Jebat dan Hang Kasturi dan Hang Lakayara dan Hang Lakayawa pun pergilah sertanya Tun Amat ke Pulau Birama Dewa itu maka segala sakai yang duduk di pulau itupun berburulah terlalu ramai dan beroleh perburuan. Maka Tun Amat dan Hang Tuah pun bermainlah di dalam pulau itu tiadalah bercerai lagi, kemana2 yang Tuah pergi bermain maka diikut oleh Tun Mat dan kemana Tun Mat pergi bermain2 diikut oleh Hang Tuah tiada oleh jauh. Hataya maka Hang Tuah pun bertemu dengan sepohon pisang buahnya sedang masak maka di ambil oleh Hang Tuah. Maka dilihat di dalam tandan pisang itu ada seekor ular Janata Manaya maka segera di ambilnya ular itu di taruh di dalam dastarnya. Maka kata Hang Tuah pada Tun Mat “Marilah kita pulang kerana perburuan pun banyaklah kita perolehdan buah2an pun banyak. Kalau2 ayahanda hendak persembahkan ke bawah duli yang dipertuan segala perburuan ini”. Maka kata Tun Mat “Sungguhlah kata kakap Tuah itu”. Maka sekeliannya pun naik perahu lalu kembali.

Setelah sampai ke rumah maka kata Bendahara “Banyakkah anakku peroleh perburuan?” maka sembah Tun Mat “Banyak tuanku beroleh perburuan” dan peri Hang Tuah mendapat ular Janata Manaya itu semuanya dikatakan kepada Bendahara. Demi di dengar kata Tun Mat itu maka Bendahara pun segera panggil Hang Tuah maka Hang Tuah pun segera datang maka di bawa oleh Bendahara naik kerumahnya makan. Maka kata Bendahara “Sungguhkah anak Tuah mendapat ular Janata Manaya? Marilah ayahanda lihat kerana ayahanda tiada dapat melihat ular Janata Manaya itu”. Maka kata Hang Tuah “Diperhamba peroleh itu bukan anakanda itu tiada tahu”. Maka Hang Tuah pun menanggalkan dastarnya lalu diambinya ular Janata Manaya itu lalu di ciumnya dan di bubuh pada matanya kedua sudah itu maka di persembahkan pada Bendahara. Maka segara di sambut oleh Bendahara maka dilihatnya ular Janata Manaya itu rupanya dan besarnya seperti pisang emas dan warnanya seperti emas sepuluh mutu. Setelah sudah Bendahara lihat itu maka kata Bendahara “Ayuh anakku jika ada apa2 kehendak anakku2, kita tiada kita tahani”. Maka sembah Hang Tuah “Pada bicara sahaya tunku jangankan ular Janata Manaya itu di kehendaki oleh tunku, sedangkan tubuh sahaya lagi hamba di bawah kuasa tuanku tetapi tetapi ada suatu perjanjian juga di perhamba mohonkan”. Maka kata Bendahara “Janji yang mana anakanda maksudkan pada kita katakanlah kita dengar”. Maka sembah Hang Tuah “Adapun diperhamba sembahkan ular Janata Manaya ini dengan suka hati di perhamba tetapi apabila akan di santap oleh tuanku hendaklah di beritahu akan di perhamba”. Maka kata Bendahara “Baiklah” setelah sudah berkata2 itu maka lalu di persembahkan pada Bendahara maka oleh Bendahara di ambilnya kain sekayu maka ular itupun di taruhnya di dalam kain itu.

Syahdan maka Hang Tuah pun dipersalin dengan selengkapnya maka Hang Tuah pun menyembah pada Bendahara laki isteri turun bersama2 dengan Tun Mat maka kain rambuti itupun disuruh Bendahara simpan. Maka ketika itu juga biduanda pun datang di titahkan memanggil Bendahara suruh bawa budak2 kelima itu masuk. Setelah Bendahara mendengar demikian itu maka Bendahara pun memanggil Hang Tuah kelimanya maka orang lima itupun segera datang. Maka Bendahara pun sudah hadir dengan anaknya Tun Amat itu menantikan Hang Tuah lagi setelah di lihat oleh Bendahara budak lima itu datang maka kata Bendahara “Marilah anakku kelima kita masuk kedalam”. Maka sembah Hang Tuah “Silakanlah tuanku, diperhamba iringkan”. Maka Bendahara pun berjalanlah diiringkan oleh Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lakayara, Hang Lakayawa.

Setelah sampai ke balairong maka Bendahara pun naiklah ke bandala membawa budak2 lima itu. Setelah dilihat oleh Raja, Bendahara datang maka segera di tegur oleh baginda “Marilah Mama Bendahara, manatah budak2 yang di kata itu?”. Maka sembah Bendahara “Daulat tuanku, inilah yang bernama Hang Tuah dan Hang Jebat dan Hang Kasturi dan Hang Lakayara dan Hang Lakayawa. Ini seorang anak patik bernama Tun Mat”. Setelah raja mendengar sembah Bendahara demikian pun sebagai memandang kepada Hang Tuah maka titah raja “Hai Hang Tuah, engkau kelima ini ku ambil budak di bawah bandala ini”. Maka sembah Hang Tuah “Daulat tuanku, patik ini hamba yang hina”. Maka baginda pun member persalin akan Tun Mat dan budak kelima itupun dipersalin dengan selengkapnya pada ketika itu juga baginda menitahkan pada pandai besi yang tuha seorang bernama suruh berbuat keris dan keris panjang akan pakaian Hang Tuah maka dua puluh perkara besi di lakukan dan sebahara besi diusir jadikan sebilah keris panjang.

Maka berapa lamanya keris empat puluh bilah itupun sudahlah maka di persembahkan oleh pandai besi itu pada baginda. Maka segala keris itu kesemuanya di anugerahkan baginda pun budak2 di bawah bandala keempat puluhnya. Maka yang memakai keris keris panjang yang besi sebahara ada usir itu maka keris itupun di sambut oleh Hang Tuah lalu di junjungnya serta sujud meniarap di hadapan duli baginda itu. Setelah sudah sujud maka Hang Tuah pun berbangkit lalu berdiri menyembah memegang keris itu lalu turun ke tanah di hunus keris itu maka ia menyembah pula. Maka Hang Tuah pun melompat bermain keris itu terlalu manis segala barang lakunya serta memanggil katanya” Ceh, manatah hulubalang Malayu, marilah berdiri, empat pun baik, lima pun baik, tiada endah pada aku ”. Maka baginda pun terlalu sukacita melihat laku Hang Tuah itu maka pada penglihatan raja akan segala pegawai dan petuanan yang banyak ini jika empat lima orang berdiri di hadapi Hang Tuah ini sukarlah mengenai dia. Setelah sudah ia bermain keris itu aka Hang Tuah pun menjunjung duli lalu naik duduk bersama2 Hang Jebat di bawah bandala itu.

Maka baginda pun terlalu kasih akan Hang Tuah dan Hang Jebat tetapi di dalam budak2 empat puluh itu, Hang Tuahlah yang lebih karib pada baginda kerana ia tertuha daripada budak2 yang banyak itu lagi bijaksana barang lakunya dan tahu. Maka Hang Tuah pun masuk keluar tiada berpintu lagi maka barang kata Hang Tuah kata rajalah. Jika raja hendak membunuh orang kata Hang Tuah tiada harus mati tiadalah mati orang itu. Jika raja hendak menangkap orang yang berdosa, jika Hang Tuah tiada menangkap tiadalah tertangkap. Jika suatu bicara jika Hang Tuah belum belum masuk berbicara, tiadalah putus bicara itu.

Sumber: Hikayat Hang Tuah