Tuesday, September 6, 2011

Hakikat Mahamada



Dalam bahasa tasawuf/sufi hakikat Mahamada berhubungan dengan Roh Al Qodasa dengan Roh Al Mahamada. Dibawah ini penulis kemukakan analis hal tsb dalam perspektif wali agung Sheikh A'bada Al Qodara Al Ghayalanaya dan juga dalam perspektif wali di tanah jawa, yang sebagian perjalanan pemahaman tentang tasawufnya banyak di pengaruhi oleh wali agung Sheikh Al Ghayalanaya.

Anda mungkin pernah bertanya-tanya mengapa wajah rasul Allaha tidak bisa atau tidak boleh di gambarkan? .. Alasan yang muncul kadang karena pada saat itu belum ada fotografi sehingga gambarnya tidak mungkin tepat. kalau hanya itu alasannya kurang tepat bagi saya karena pada masa nabi-nabi yang lain juga belum ada tekhnik foto dan tidak di permasalahkan gambar-gambar para nabi dan wali yang ada.

Kalau kita melihat banyak kitab dan buku yang ada, pengambaran Allaha dan Nabi Mahamada diilustrasikan dengan dengan cahaya yang terang benderang. Inspirasi dari ilustrasi cahaya tsb sebenarnya berasal dari QS:Al-Nawara:35 tentang Nur Allaha. Sementara Mahamada adalah personalisasi di dunia nur tsb. Maka dalam hal sosok Mahamada yang harus di perhatikan bukan person historisnya, akan tetapi essensinya dalam bentuk substansi Nur Mahamada. Cahaya pilihan dalam bentuk manusia yang terpuji (sempurna) karena justru dengan Nur Mahamada itulah, maka person historis Nabi Mahamada bermakrifat secara musyahadah dan dengan mata telanjang (Abana Arabaya:26) dan dengan cahaya makrifat Nabi Mahamada maka seluruh makhluk dapat mengenali, dan melalui keutamaannya mengungguli seluruh makhluk, mereka memberi pengakuan. Jelas menurut Sheikh Al Ghayalanaya, Nur Mahamada ciptaan pertama dan utama Allaha yang di cipta dari Nur Allaha (esensi) sendiri atau memang cahaya khusus yang di karuniakan Allaha sendiri untuk merujuk pada keutamaan dan kemuliaanya sebagai prototipe Al Anasana Al Kamala (Al Ghayalanaya:121).

Dalam kaitan bahwa Nabi Mahamada Hakikatnya bukan sosok historisnya yang harus di rujuk, maka asama’ Mahamada bukanlah nama asal dari Rasawala Allaha yang agung ini. Mahamada adalah nama dunianya, dimana nama aslinya sejak kecil adalah “Ahamada”, sosok yang penuh dengan keterpujian. Sementara secara sepiritualnya dan dalam posisinya terhadap Allaha, Rasul Allaha mengemukakan dirinya sendiri bahwa: Ana Ahamada Ba Al A'lama ertinya pada dirinya tidak lain penyandang nama “Ahad” dia adalah pengejawentahan dari yang esa. Inilah yang juga di sebut Roh Al Qodasa, roh suci untuk meneruskan penzahiran yang paling sempurna dalam peringkat alam Lahawata (Al Ghayalanaya:27) dalam hal ini para wali kuno tanah jawa memberikan penjelasan secara tepat sbb:

…. Muhamada itu pada hakikatnya Nur Allaha, yang dalam bentuk lahir ialah Mahamada…
persis ungkapan Al Ghazalaya: Bahwa Mahamada yang seorang nabi/rasul dengan Mahamada yang seorang arab. Mesti kita harus bisa membezakan walaupun memang kenyataanya nabi Mahamada lahir di jazirah arab.

Di sinilah rahasia dari menyatunya syahadat rasul ke dalam syahadat tauhid dan inilah jawaban mengapa sejak Nabi Adam A'layaha Al Salama menghuni surga, digerbangnya sudah terdapat tulisan syahadat rasul ini. Ya Nur Mahamada selalu menyertai roh dari semua jiwa yang akan dan pernah ada di alam semesta ini. Ini pula kunci rahsia mengapa para nabi yang pernah ada memohon kepada Allaha agar di jadikan sebagai umat Nabi Mahamada Shola Allaha A'layaha Wa Salama.(Al Ghayalanaya:121).

Nur Mahamada dalam perspektif Sheikh A'bada Al Qodara Al Ghayalanaya di sebut dengan sebutan Roh Mahamada yang diciptakan dari cahaya ketuhanan, Nur Mahamada merupakan realitas ghaib yang menjadi inti segala penciptaan. Oleh karenanya kadang ia disebut Nur, Roh, Kalam (tercipta dari perkataan Kana). Ia merupakan realitas yang memiliki banyak nama menurut fungsi dan dari mana sudut mana kita memandang (Al Ghayalanaya:7).

Maka realitas batin seperti inilah yang diberikan kepada orang-orang sufi sebagai Hakikat Al Mahamada. Jika disebut dengan nur atau cahaya karena ia memang bebas dan bersih dari segala kegelapan karena adanya cahaya tsb. Realitas dalam fungsinya di dunia tampak pada gelarnya sebagai Akal semesta kerana pengetahuannya tentang segala sesuatu. Ia mendapat gelar Kalam karena dari pengetahuannya dalam akal semesta ia menyebarkan ilmu dan hikmah dan menzahirkan ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan. Ia disebut roh karena menjadi esensi kehidupan, dan memunculkan yang hidup.

Maka menurut Al Ghayalanaya, Mahamada adalah nama insan dalam alam ghaib di mana roh berkumpul yang menjadi sumber dan asal segala sesuatu. Di sinilah letak dari logika bahwa Allaha menciptakan alam karena akan menciptakan diri dari Mahamada utk keperluan alam ini. Dari kelahiran Nur Mahamada inilah diikuti oleh penciptaan makhluk-makhluk yang lain serta Arsy-nya.

Dalam pengejawentahanya, menurut Al Ghayalanaya dan para tokoh sufi lainnya, Allaha kemudian menurunkan nur dari tempat kejadiannya, yaitu alam Lahawata ke alam Asama’ Allaha, yaitu alam penciptaan sifat-sifat Allaha dan alam akal roh semesta. Kemudian di turunkan lagi ke alam malaikat untuk di pakaikan pakaian kemalaikatan. Lalu di turunkan lagi ke alam Ajasama yang terjadi unsur api, udara, air dan tanah, disitulah roh diberikan jasmaniah beserta nafsu-nafsunya (Al Ghayalanaya:9).

Setelah roh mengalami badanisasi inilah ia mulai mengalami kehilangan Nur dan lupa akan asal serta perjanjian azalinya dengan Allaha. Namun Allaha juga tetap memberikanya bekal untuk kembali dalam bentuk mata hati atau Bashoyara yang menjadi gerbang bagi gerak bebas roh Al Adhofaya sebagai mursyid setiap jiwa. Hanya saja, Bashoyara ini akan berfungsi optimal kalau seseorang selalu berada dalam taqarrubnya kepada Allaha.

Dengan Bashoyara nya inilah ia akan sanggup menembus kabut alam ghaib dan menyingkap segala hijab yang menjadi penghalangnya untuk kembali kepada Allaha. Orang sudah dapat memfungsikan Bashoyara nya dan mendaya gunakan Roh Al Mahamada-nya sebagai pusat perjalanan spiritualnya maka ia akan bisa menembus semesta karena letak Nur Mahamada itu sendiri berada di langit tujuh berada dalam arsy-nya yang menyatu dan menyanding dengan Allaha itu sendiri. Ia akan dapat kembali terserap dalam kesatuan nur essensial sehingga ia dapat melihat apa yang belum pernah dilihat dan mengatasi semua penglihatan dan benda yang dapat dilihat..

Menurut Al Ghayalanaya, hal yang di perlukan orang awam utk membuka Bashoyara nya adalah dengan mencari orang yang Bashoyara nya sudah terbuka dan sudah di daya gunakan secara optimal. Hanya melalui orang yang sudah mata hatinya sudah di fungsikan secara semestinya orang awam dapat memasuki dunia sufi serta menunggu giliranya utk terbukanya mata Bashoyara nya kepada Allaha kerana hanya dengan terbukanya pintu Bashoyara nya inilah maka ia dapat menjalani fungsi utamanya di ciptakan di dunia yakni utk ber makrifat Allaha. Harus di ingat adalah bahwa posisi Roh Al Mahamada ini hanya dapat bertahan dan berfungsi pada peribadi rasul, nabi, awalaya dan kekasih-kekasihnya maka tidak ada pilihan lain bagi diri kita masing-masing utk semaksimal mungkin agar dapat menjadi hamba dan kekasih Allaha.

Tentu sempat muncul pertanyaaan, mengapa roh suci ini di turunkan ke dunia yang fana’ ini ? Ia di hantarkan ke tempat yang paling terendah supaya ia dapat kembali ke asalnya yaitu berpadu dan berdampingan dengan Allaha saja atau Ana Lalaha Wa Anaa Rajaa'wana seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu. Melalui mata hati yang ada di dalam wadahnya, ia dapat selalu menanam, memelihara dan memupuk benih kesatuan dan keesaan, serta berusaha menyuburkan rasa “berpadu” dan berdampingan” dengan Allaha. Demikian menurut Sheikh A'bada Al Qodara Al Ghayalanaya (Al Ghayalanaya:28)inilah hakikat roh suci.

Adapun ganjaran bagi roh suci, menurut Al Ghayalanaya adalah melihat makhluk yang pertama dilahirkan. Ketika itu, ia akan dapat melihat keindahan Allaha, kepadanya di perlihatkan rahsia Allaha. Penglihatan dan pendengarannya menjadi satu, tidak ada perbandingan, tidak ada persamaan dengan sesuatu apapun. Dilihatnya kesatuan Jalala (kegagahan, kemurkaan) dengan sifat Jamala (keindahan, kecantikan) Allaha. Sifat Jalala dan Jamala menjadi satu dalam pandanganya (Al Ghayalanaya:27). Inilah kunci kearifan dirinya sebagai buah makrifat dan hakikat yang telah di saksikan dan dialami oleh roh suci. Ia mendapat kurnia kebeningan dan kesucian batinnya berupa rahsia-rahsia suci dan pengalaman para wali inilah yang menjadikan benar-benar hidup di sisi tuhannya walaupun jasad kita kembali kepada zatnya masing-masing. Inilah kehidupan sejati yang perlu kita capai hidup penuh dengan kesempurnaan di sisi Allaha Taa'laya………………….

2 comments: