Basama Allaha Al Rahamana Al Rahayama
Adapun
Yusuf anak nabi Yaaqub itu terlalu mahsyur wartanya dengan segala
mukjizatnya dan nubuatnya maka barang siapa yang di tentukan Allaha
Taa’laya akan seseorang dengan kelebihan dan kemuliaan nescaya
mahsyurlah namanya dan wartanya pada segala alam seperti firman
Allaha Taa’laya Nahana
Naqosho A’layaka Ahasana Al Qoshosho Bamaa Awahayanaa Alayaka Hazaa
Al Qoraana Wa Ana Kanata Mana Qobalaha Lamana Al Ghoafalawana
ertinya bahawasanya kami hikayatkan kepadamu ya Mahamada dengan
sebaik-baik hikayat pada barang yang kami turunkan wahaya kepadamu
membawa Qoraana ini ertinya kami suruh ceritakan pada Jibril akan
dikau ya Mahamada hikayat Yusuf. Jika tiada engkau mengetahui
daripada hikayatnya yang dahulu kala itu sekalipun maka kami
hikayatkan ia kepadamu ya Mahamada supaya kau ceritakan umatmu.
Adapun
pada suatu cerita sebab di turunkan Allaha Taa’laya hikayat Yusuf
kepada nabi kita Mahamada Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama sekali
persetua datang segala pendita yahudi kepada nabi Allaha maka
duduklah ia dalam majlis rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa
Salama di dalam antara mereka itu ada yang tahu akan hikayat Yusuf
A’layaha Al Salama. Maka ceritalah ia kepada segala sahabat rasul
Allaha maka adalah hikayatnya itu amat bersalahan daripada asal
hikayat yang di ceritakan akan nabi Musa A’layaha Al Salama kepada
datuk neneknya mereka itu. Maka sembah seorang sahabat “Ya rasul
Allaha adakah di sebutkan Allaha Taa’laya di dalam kitab Taurat
cerita Yusuf A’layaha Al Salama ini” maka sabda rasul Allaha
Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama “Inilah di sebutkan Allaha
Taa’laya sedikit jua hikayatnya di dalam kitab Taurat tetapi
terbanyak di hikayatkan Allaha Taa’laya kepadanya tatkala munajat
ia ke bukit Thursina itu”.
Maka
adalah pada ketika itu bercita di dalam hati nabi Allaha hendak
mendengar hikayat yang sahih maka pada malamnya itu maka di turunkan
Allaha Taa’laya ayat ini di bawa Jibril A’layaha Al Salama Basama
Allaha Al Rahamana Al Rahayama Alif Lam Ra Talaka Ayaata Al Kataba Al
Mabayana Anaa Nazalanaaha Qoraanaa A’rabayaa Laa’lakama
Taa’qolawana
ertinya Akulah Allaha Taa’laya yang amat tahu yang menurunkan
Qoraana dengan bahasa A’rab supaya fahamkan segala maknanya hai
segala yang berakal. Adapun erti Alif
Lam Ra itu
akulah tuhan yang bernama Allaha yang amat tahu akan segala sesuatu
lagi yang amat mengetahui akan yang tersembunyi daripada segala yang
tersembunyi dan pada suatu qaul sebab turun ayat telah berkata segala
kafir daripada orang kaya di dalam negeri Makah akan nabi kita
Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama “Apa Qoraana yang di baca
Mahamada itu maka datang orang banyak berhimpun-himpun kepadanya akan
mendengar akan dia. Mari kita pun berbuat seperti Qoraana yang di
baca Mahamada itu maka kita baca akan dia pagi dan petang supaya
segala makhluk mendengar akan dia maka tiadalah orang berhimpun
kepada Mahamada itu lagi”.
Hataya
maka di karangnya suatu kitab seperti karangan Qoraana di suruhnya
hantarkan suatu jilid ke benua Yaman dan suatu jilid ke benua Sham
dan suatu di bacanya pada Kaabah Allaha dengan di nyaringkannya
suaranya pada membaca dia. Maka tiadalah seorang pun datang pada
mendengar akan dia melainkan samanya kafir jua maka di turunkan
Allaha Taa’laya surat Yusuf ini Nahana
Naqosho A’layaka Ahasana Al Qoshosho Bamaa Awahayanaa Alayaka Hazaa
Al Qoraana Wa Ana Kanata Mana Qobalaha Lamana Al Ghoafalayana
ertinya kami turunkan kepadamu ya Mahamada Qoraana ini pada
menyatakan hikayat Yusuf yang sebaik-baik cerita akan padamu.
Bahawasanya
tiada seorang jua pun dapat mengarang suatu kitab seperti karangan
Qoraana pada fashohatnya badhoa’tnya dan mahatashora
perkataannya seperti firman Allaha Taa’laya Qola
Lamana Ajatamaa’ta Al Anasa Wa Al Jana A’laya Ana Yaatawaa Ba
Matsala Hazaa Al Qoraana Laa Yaatawata Banatsalaha Walawa Kaana
Baa’dho Hama Labaa’dho Zhohayaraa
ertinya kata olehmu ya Mahamada jikalau kiranya berhimpun segala
manusia dan jin akan mengarang surat seperti Qoraana ini pada
bilangannya dan fashohatnya pada hal mahatashora
nya. Maka tiadalah dapat seseorang jua pun berbuat dia dan jikalau
mereka itu berhimpun setengah mereka itu kepada setengahnya
bertemu-temu belakang dari Masyrik ke Maghrib sekalipun tiada akan di
peroleh mereka itu.
Adapun
di ceritakan Maqoatala anak Sulaiman bahawasanya akan Yusuf itu
terlalu kasih bapanya Yaaqub akan dia daripada segala anaknya yang
lain. Adapun ranting zaitun yang kering-kering tatkala di beri Jibril
A’layaha Al Salam tanam pada puteri Sara akan alamatnya beranak itu
pun membuahlah lalu berdahan sepuluh cawangnya maka tatkala besarlah
anak Yaaqub sepuluh orang itu maka di perbuat Yaaqub segala cawang
zaitun akan tongkat segala anaknya. Maka tatkala besarlah Yusuf
A’layaha Al Salama maka di ambilnya bapanya Yaaqub daripada
saudaranya A’shoya dengan muslihatnya maka marahlah A’shoya akan
nabi Allaha Yaaqub A’layaha Al Salama. Pada ketika itu adalah umur
Yusuf lima tahun maka pergilah ia bermain-main kepada segala
saudaranya maka di lihat Yusuf segala saudaranya bertongkat seorang
suatu tongkat pada tangannya maka Yusuf berkata “Beri apalah akan
daku suatu tongkat seperi tongkat kamu itu”. Maka kata segala
saudaranya “Bahawa tongkat kami ini pun di beri bapa kami. Jika
engkau berkehendak akan tongkat pintalah olehmu kepada bapamu”.
Setelah
di dengar Yusuf kata segala saudaranya demikian itu maka iapun
berlari-lari pergi kepada bapanya Yaaqub katanya “Hai bapaku,
berilah akan daku suatu tongkat seperti tongkat segala saudaraku itu”
maka kata Yaaqub “Nantilah bapa cari kayu yang baik sahaja kuberi
jua akan dikau suatu tongkatseperti tongkat segala saudaramu itu”.
Maka Yusuf pun menangis minta tongkat kepada bapanya katanya “Berilah
akan daku suatu tongkat sekarang supaya aku pergi bermain-main dengan
segala saudaraku” maka Yaaqub pun dukacitalah hatinya oleh
mendengar kata Yusuf itu. maka Jibril pun dating kepada Yaaqub
membawa suatu tongkat kayu syurga daripada zabarjad yang hijau maka
katanya “Ya nabi Allaha, inilah tongkat kurnia Allaha Taa’laya
akan anakmu Yusuf kayu dari dalam syurga. Berilah olehmu akan dia”
maka nabi Yaaqub pun terlalu sukacitanya maka di ambilnya tongkat itu
lalu di berikan akan Yusuf A’layaha Al Salama.
Maka
di ambil Yusuf tongkat itu di permainnya maka kata Jibril “Hai
Yusuf, hunjamkan olehmu tongkat ke bumi” maka di hunjamkan oleh
Yusuf tongkatnya ke bumi dengan kudrat Allaha Taa’laya yang amat
kuasa maka tongkat itupun bercawang empat, satu cawangnya kurma,
kedua cawangnya delima, ketiga cawangnya buah bidara, keempat
cawangnya anjir. Maka pada ketika itu jua berdaun dan berbuah terlalu
amat lebat maka kata Jibril “Hai kanak-kanak, makanlah olehmu buah
kayu itu” maka Yusuf pun terlalu amat sukacita lalu di makannya
buah kayu itu. setelah kenyanglah ia maka di ambilnya tongkat itu
maka tongkat itupun kembali seperti dahulukala maka Jibril pun
naiklah ke langit.
Setelah
itu maka pada suatu hari pergilah Yusuf bermain-main serta segala
saudaranya setelah di rasainya dirinya lapar maka di perhunjamkan
tongkatnya itu ke bumi. Maka tumbuhlah empat cawang daripada segala
buah-buahan maka makanlah oleh Yusuf dan di ajaknya segala saudaranya
itu. Akan hairanlah mereka itu melihat kemuliaan mukjizat tongkat
Yusuf itu maka dengkilah mereka itu akan Yusuf dan berkata mereka itu
sama sendirinya “Bahawa Yusuf ini di kasih oleh bapa kita daripada
kita sekelian tetapi kiranya kita sekelian itupun anak juga kepadanya
dan adalah bapa kita ini di dalam sesat yang amat nyata” maka
berdendamlah hati mereka itu dengki akan Yusuf.
Bermula
pada suatu qaul segala pendita tatkala sudahlah di peroleh Yusuf
tongkat di dalam syurga itu maka pada suatu malam bermimpi Yusuf. Di
dalam mimpinya bermain-main ia dengan segala saudaranya maka
masing-masing mereka itu menghunjamkan tongkatnya ke bumi seperti
segala saudaranya. Maka tiba-tiba pada rasa Yusuf tongkatnya itu
bercawang empat cawing dan berbuah maka makanlah Yusuf dengan segala
saudaranya itu. tiba-tiba dating angin yang amat keras lagi amat
besar maka di terbangkannya oleh angin itu segala tongkat saudaranya
ke laut dan tongkatnya tetap jua di bumi makin tinggi hingga sampai
ke langit pada rasa Yusuf. Setelah itu maka iapun terkejut daripada
tidurnya lalu gementar segala tubuhnya oleh di lihatnya taufan yang
amat besar di dalam mimpi itu.
Maka
nabi Yaaqub pun segera mendakap anaknya serta katanya “Apa mulanya
maka engkau ketakutan itu” kerana Yusuf tiada pernah bercerai
tidurnya daripada sisi bapanya. Maka kata Yusuf “Aku bermimpi”
maka ujar Yaaqub “Hai cahaya mataku, apa jua mimpimu itu” maka di
katakan Yusuf seperti mimpinya dan barang yang di lihatnya di dalam
mimpinya itu. Kemudian maka di sampaikan oleh gundiknya Yaaqub segala
mimpi Yusuf yang di ceritakannya kepada bapanya kepada segala saudara
Yusuf. Maka pada suatu hari berkata mereka itu kepada Yusuf “Hai
anak Rahil, sanya telah kulihat di dalam mimpimu itu yang ajaib-ajaib
alamatnya lagi akan dating kepadamu. Dusta sekali engkau ini telah
kamu dan kami sekelian ini jadi hambamu”. Maka pada ketika itulah
juga pertama-tama dengki mereka itu akan Yusuf adalah tatkala itu
umur Yusuf lima tahun.
Kata
Wahaba tatkala Yusuf bermimpi melihat matahari dan bulan dengan
sebelas bintang sujud kepadanya itu adalah umur tujuh tahun dan
adalah mimpinya itu di ceritakan Allaha Taa’laya di dalam Qoraana
demikian bunyinya Aza
Qoala Yawasafa Laabayaha Yaa Abata Anaya Raayata Ahada A’shara
Kawakabaa Wa Al Shamasa Wa Al Qomara Raayata Hama Laya Saajadayana.
Tatkala berkata Yusuf akan bapanya Yaaqub “Hai bapaku, bahawasanya
kulihat di dalam mimpiku sebelas bintang dan matahari dan bulan
kulihat sekelian mereka itu sujud ia kepada aku”. Adapun kata
Maqoatala adalah pada ketika malam Yusuf tidur di sisi bapanya maka
tidurkannya Yusuf pada lambungnya kanan dan adalah malam Yusuf
bermimpi itu malam Jumaat. Maka pada waktu dinihari terjagalah Yusuf
daripada tidurnya dengan gementar segala tubuhnya maka segera di
peluk oleh Yaaqub dan di dakapnya anaknya itu. Maka di ciumnya antara
kedua matanya maka kata Yaaqub akan anaknya “Hai cahaya mataku, apa
yang kau lihat di dalam tidurmu itu katakan apalah padaku”.
Maka
sahut Yusuf “Hai bapaku, telah kulihat di dalam mimpiku segala
pintu langit semuanya terbuka dan keluar cahaya daripadanya kepada
segala bukit dan segala pohon kayu. Maka berombaklah segala laut
dengan ombak yang akahari dan mengucap tasbih segala ikan di dalamnya
dengan berbagai-bagai bahasanya dan tatkala itu rasanya aku memakai
pakaian cahaya yang amat baik warnanya dan di dalam tanganku suatu
anak kunci perbendaharaan muka bumi terpegang pada tanganku. Maka
kulihat pula sebelas bintang dan matahari dan bulan turun dari langit
sujud ia kepada aku lalu terjagalah aku”. Maka kata bapanya nabi
Yaaqub “Hai cahaya mataku dan buah hatiku bahawa yang mimpimu itu
adalah ia sebenarnya daripada tuhanmu maka jangan kau kata-katakan
dia kalau di dengar oleh segala saudaramu akan mimpimu yang baik itu.
Bahawa
syaitan itu bagi segala manusia seteru yang amat nyata dan demikian
lagi telah di pilihnya adalah tuhanmu akan dikau dengan nubuah dan di
ajarkan dikau segala takbir mimpi dan di sempurnakannya anugerahkan
dikau dan segala anak cucu Yaaqub seperti di anugerahkannya atas
nenek moyang dahulukala itu daripada Ibrahim dan Ishaq. Ana
Rabaka A’layama Hakayama
Bahawasanya tuhanmu jua tuhan yang amat tahu akan segala makhluknya
lagi amat hakim pada segala perbuatannya kata Yaaqub akan anaknya
seperti firman Allaha Taa’laya Qoala
Yaa Banaya Laa Taqoshosho Rawayaaka A’laya Akhowataka Faya
Kayadawaa Laka Kayadaa Ana Al Shayathoana Lalaanasaana A’dawa
Mabayana
ertinya kata Yaaqub janganlah kau ceritakan mimpimu itu seorang
juapun kalau terdengar kepada saudaramu nescaya di upayakannya akan
dikau dengan beberapa upaya. Bahawasanya syaitan itu seteru yang amat
nyata bagi segala manusia”.
Adapun
tatkala Yusuf berkata-kata dengan bapanya itu di dengar oleh
gundiknya Yaaqub segala kata Yusuf itu maka berkata Yaaqub akan
gundiknya “Janganlah kau katakana mimpi anakku Yusuf ini pada
seorang jua pun dan pada segala saudaranya pun. Hataya kemudian dari
itu maka oleh gundik Yaaqub di ceritakannya segala mimpi Yusuf itu
dan kata bapanya itu pada segala anaknya. Setelah di ketahui oleh
segala saudara Yusuf akan Yusuf menceritakan mimpinya pada bapanya
itu maka makin sangatlah dengki mereka itu akan Yusuf dan bicaralah
mereka itu sama sendirinya hendak membunuh Yusuf dan menceraikan
Yusuf daripada bapanya Yaaqub.
Maka
kata setengah mereka itu kepada setengahnya “Adalah kamu ketahui
oleh mimpi Yusuf itu bahawa matahari dan bulan dan sebelas bintang
sujud kepadanya itu. kehendak yang matahari itu bapa kita dan bulan
itu ibu kita dan yang sebelas bintang itu kita sekelianlah ertinya.
Ialah jadi tuan kita dan kita sekelian ini jadi hambanya. Bukankah
daripada dusta yang demikian itu baik kita perceraikan ia daripada
bapanya seperti firman Allaha Taa’laya Laqoda
Kaana Faya Yawasafa Wa Akhowanaha Ayaata Lalasaalayana
Bahawasanya telah adalah pada khabar Yusuf dan segala saudaranya itu
ya Mahamada akan alamat nubuatmu jua maka ceritakan olehmu bagi
segala mereka yang bertanyakan hikayatnya.
Aza
Qoalawaa Layawasafa Wa Akhowaha Ahaba Alaya Abayanaa
Maka hikayatkan olehmu ya Mahamada akan mereka itu tatkala berkata
segala saudara Yusuf sama sendirinya “Bahawasanya Yusuf dan
Bunyamin itu sangat di kasih bapa kitalah daripada kita sekelian.
Bahawa kita sekelian ini saudara jua baginya bahawasanya bapa kita
ini adalah ia di dalam sesat yang amat nyata. Mari kita bunuh akan
Yusuf itu atau kita buangkan ia kepada bumi yang jauh supaya jadi
samalah kasih bapa kita akan kita sekelian. Maka jadilah kita
sekelian kemudian daripada membunuh dia itu daripada kaum yang
sholeh”. Qoala
Qoatala Mana Hama Laa Taqotalawaa Yawasafa Wa Al Qowaha Faya
A’baabana Al Haba
maka berkata setengah mereka itu kepada setengahnya iaitu Yahudi
ialah yang tertuha daripada segala saudaranya itu “Janganlah kita
bunuh akan Yusuf itu mari kita buangkan dia ke dalam telaga supaya di
dapat orang akan dia. jika ada kamu kehendaki pada menceraikan Yusuf
itu daripada bapanya apatah kita bunuh akan dia”.
Maka
kata setengah daripada mereka itu akan Yahudi iaitu Sameon “Benar
juga katamu itu tetapi akan Yusuf itu terlalu baik rupanya jika di
dapat orang akan dia maka di katanya dirinya anak bapa kita Yaaqub
nescaya di sungguhkan oranglah katanya itu. Maka di kembalikan orang
ia kepada bapanya nescaya di ketahuinyalah oleh bapa kita segala
pekerjaan kita akan Yusuf itu. Maka di sumpahnya akan kita nescaya di
kabulkan Allaha Taa’laya sumpahnya kerana ia nabi”. Maka Yahudi
pun amarah mendengar kata Sameon itu serta katanya “Jika kamu
kehendaki juga pada membunuh Yusuf itu nescaya kuberi tahu bapamu
kamu atau akulah akan lawan kamu”. Maka diamlah Sameon mendengar
kata Yahudi maka berkata Lawi “Tatkala sudahlah kita buangkan Yusuf
ke dalam telaga itu apa jua kita jawab tatkala di tanya akan kita di
mana Yusuf itu oleh bapa kita”.
Sahut
setengah daripada mereka itu iaitu Rubil “Tiadalah apa jawab kita
lagi akan dia maka jika kita layat-layat daging Yusuf maka kita
buangkanlah akan dia kepada bumi yang jauh atau ke dalam telaga
kemudian maka kita bawa kain baju Yusuf yang berlumur dengan darah
itu kepada bapa kita. Maka kita katakan bahawa Yusuf telah di makan
harimau akan dia nescaya percayalah bapa kita akan kita sekelian”.
Setelah di dengar mereka itu kata Rubil maka semuanya mereka itu
membenarkan dia dan Yahudi jua yang berdiam dirinya tiada berkenan ia
akan kata Rubil itu maka masing-masing mereka itu pun pulanglah ke
rumahnya.
Setelah
pada hari lain maka berhimpun pula mereka itu kepada tempat mereka
itu berhimpun dahulu itu maka bicaralah mereka itu akan menjauhkan
Yusuf daripada bapanya. Maka kata seorang daripada mereka itu “Mari
kita bunuh akan Yusuf itu setelah itu kita buangkan ia kepada bumi
yang tiada di lihat bapa kita”. Maka dengan takdir Allaha Taa’laya
Yaaqub tidur maka mimpinya Yusuf berjalan pada suatu bukit maka
dating sepuluh ekor serigala mengusir Yusuf maka di kelilingnya
hendak menangkap Yusuf. Maka bumi pun belah maka dating seekor
harimau maka di tangkapnya akan Yusuf maka di masukkannya pada bumi
yang belah itu. Maka nabi Allaha Yaaqub pun terkejut daripada
tidurnya di sangkanya sungguh seperti mimpinya maka anaknya Yusuf pun
tiadalah di berinya bercerai daripada sisinya. Akan mimpinya itu di
katakannya pada anaknya sekelian maka segala anaknya pun tiadalah
kholi daripada membicarakan Yusuf oleh kerana di dengarnya kata
bapanya Yusuf mimpinya di tangkap harimau itu.
Maka
suatu masa segala anak Yaaqub yang sepuluh orang itu mesyuarat
katanya “Apa upaya kita menjauhkan Yusuf itu daripada bapa kita”
dan pada suatu cerita segala a’lama dan kata Abana A’baasa
radhoya Allaha a’nahama ajamaa’yana tatkala Yusuf menceritakan
mimpinya itu akan bapanya dan berkata bapanya dengan dia maka di
dengar oleh seorang perempuan di dalam rumah Yaaqub. Maka kata Yaaqub
kepada perempuan “Hai Gholaama
jangan kau ceritakan mimpi anakku ini kepada segala saudaranya kalau
di upayakan oleh mereka itu akan anakku Yusuf ini dengan beberapa
upayanya” maka sahut perempuan itu “Baiklah”. Kata setengah
ahli al a’lama akan perempuan itu gundik Yaaqub pada suatu qaul
gundik Yaaqub yang bernama Dalafaha.
Hataya
kemudian dari itu maka di ceritakan oleh perempuan itu akan mimpi
Yusuf itu pada segala saudaranya dan barang yang di kata Yaaqub akan
Yusuf itupun semuanya di ceritakannya. Maka mereka itu pun amarahlah
akan Yusuf dan besarlah urat zahir mereka itu dan gementarlah kulit
mereka itu. Maka kata mereka itu “Adalah Yusuf hendak berbesar
dirinya daripada kita oleh sangat di kasih oleh bapa kita akan dia”.
Berkata seorang pula “Apa kehendak katanya itu adalah yang matahari
itu bapa kita dan bulan itu ibu tiri kita dan segala bintang itu
kita sekelianlah sujud akan dia”. Maka kata seorang daripada mereka
itu adalah anak Rahil ini hendak jadi tuhan kita dan kita sekelian
ini hambanya. Betapa ia takbur atas kita sekelian kerana adalah ia
sangat di kasih bapa kita akan dia. maka kata Rubil sungguhlah
seperti katamu itu betapa ia tiada takburlah di peroleh olehnya baju
dan serban nenek kita Ibrahim makin sangat di besarkan dirinya
daripada kita”. Hataya maka dengkilah mereka itu akan Yusuf dari
kerana itulah berkata setenga hakama “Jangan percaya engkau akan
pari yang membaca kitab dan jangan percaya engkau akan laki-laki yang
muda kepada perempuan samanya muda dan jangan percaya engkau pada
menggugur rahsiamu kepada perempuan”.
Kata
Abana A’baasa datang seorang Yahudi kepada rasul Allaha Sholaya
Allaha A’layaha Wa Salama katanya “Ya rasul Allaha, apa-apa nama
segala bintang yang di lihat oleh Yusuf di dalam mimpinya” maka
berdiam rasul Allaha seketika hingga dating Jibril kepadanya maka di
katakan Jibril kepadanya rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa
Salama nama segala bintang itu. maka sabdanya rasul Allaha Sholaya
Allaha A’layaha Wa Salama “Adapun nama segala bintang itu pertama
Harayaana dan kedua Thoaraqo, ketiga Rayaana, keempat Zawa Al
Kafatayana, kelima Qoraa’, keenam Watsaba, ketujuh A’mawa,
kedelapan Qoalasa, kesembilan Shorawaa’, kesepuluh Mashobaha,
kesebelas A’layaqo”. Mak kata Yahudi itu “Demi Allaha, inilah
nama segala bintang yang tersebut di dalam kitab”. Nama demikianlah
yang tersebut di dalam Kashaafa
Al A’lawama.
Kata
yang empunya cerita adalah di dalam cerita Yusuf ini dan barang yang
berhubung dengan demikian itu oleh kerana sangat kasih Yaaqub akan
Yusuf A’layaha Al Salama maka dengkilah segala saudaranya akan dia.
hataya maka bicaralah ia segala saudara Yusuf sama sendirinya pada
pekerjaan hendak menceraikan Yusuf daripada bapanya Yaaqub A’layaha
Al Salama seperti yang di ceritakan Allaha Taa’laya di dalam
Qoraana Aza
Qoalawaa Layawasafa Wa Akhowaha Ahaba Alaya Abayanaa Manaa Wa Nahana
A’shobata Ana Abaanaa Laghoya Dholaala Mabayana
ertinya dan tatkala berkata segala saudara Yusuf sama sendirinya
“Bahawa adalah Yusuf dan saudaranya Bunyamin itu sangat di kasih
oleh bapa kita daripada kita sekelian dan adalah kita saudara
kepadanya jua dan adalah bapa kita ini di dalam sesat yang amat
nyata. Kata Abana A’baasa adapun erti A’shobata
itu daripada sepuluh hingga dating kepada empat puluh yakni adalah
mereka itu amat banyak dan Yusuf itu hanya dua bersaudara.
Aqotalawaa
Yawasafa Awa Athorahawaha Aradhoa Yakhola Lakama Wajaha Abaya Kama Wa
Nakawanawa Amayana Baa’daha Qowamaa Shoalahayana
maka berkata seorang daripada mereka itu mari kita bunuh akan Yusuf
itu kita buangkan kepada bumi yang jauh nescaya samalah kasih bapa
kita akan kita dan adalah kita kemudian daripada membunuh Yusuf itu
jadi kaum yang amat sholeh. Qoala
Qoatala Mana Hama Laa Taqotalawaa Yawasafa Wa Al Qowaha Faya
Ghoyaabata Al Jaba Yalataqothoha Baa’dho Al Sayaarata Ana Kanatama
Faaa’layana
maka kata setengah mereka itu iaitu Yahudi “Jangan kamu bunuh akan
Yusuf itu kerana membunuh seorang nafsu itu dosanya yang amat besar.
Jika kamu hendak menceraikan dia pun daripada bapanya marilah kita
buangkan ia ke dalam telaga supaya di dapat setengah orang akan dia”.
kata yang empunya cerita adalah Yahudi itu orang aqil ialah yang
kasih akan Yusuf daripada mereka itu sekelian dan telah tersebut di
dalam kitab Kashaafa namanya mereka itu pertama Rubil, kedua Sameon,
ketiga Lawi, keempat Yahudi, kelima Laqim, keenam Naqoba, ketujuh
Sajadah, kedelapan Rayawan, kesembilan Maa’d, kesepuluh Asan.
Hataya
maka mereka itupun hendak membuangkan Yusuf ke dalam telaga maka
datanglah mereka itu mendapatkan Yusuf lalu bermain-main mereka itu
dengan dia di hadapan bapa mereka itu dan di ceritakan mereka itu
kepada Yusuf peri kesukaan tempat bermain-main mereka itu
memeliharakan kambing di tengah padang hampir suatu pihak bukit
terlalu amat jernih airnya turun dari atas bukit. Di sanalah mereka
itu bermain-main yang amat indah-indah dan kami bermain
berlumba-lumba di tengah padang. Maka Yusuf pun amat sukacita
mendengar kata mereka itu maka kata seorang lagi daripada mereka itu
“Adalah di sana daripada buah-buahan yang amat banyak dan air yang
mengalir daripada pihak bukit demikian-demikian kesukaan”.
Maka
inginlah Yusuf hendak pergi bermain-main serta mereka itu maka kata
Yusuf “Bawalah aku pergi bermain-main serta kamu ke sana” maka
sahut mereka itu “Pintalah izin kepada bapa kita supaya kami bawa
akan dikau bermain-main pada tempat itu”. maka kata Yusuf pada
bapanya “Hai bapaku, berilah olehmu aku pergi bermain-main serta
saudaraku ketengah padang supaya kulihat mereka itu berlumba-lumba”
maka sahut Yaaqub “Tiada aku beri engkau pergi serta mereka itu
kerana padang itu amat luas banyak binatang yang buas-buas di sana
pada hal mereka itu bersuka-sukaan dengan permainan mereka itu
nescaya lupalah mereka itu akan dikau”.
Qoalawaa
Yaa Abaanaa Maalaka Laa Taamanaa A’laya Yawasafa Wa Anaa Laha
Lanaashohawana
maka kata mereka itu “Hai bapa kami suruhlah Yusuf itu pergi serta
kami bermain-main pada tempat gembala lembu ke tengah padang supaya
di lihat temasya makan buah-buahan di sana dan mandi ia pada air yang
keluar di atas bukit itu. tiadakah percaya bapa akan kami yang amat
patut memelihara Yusuf.
Arasalaha Maa’naa Ghodaa Yarataa’ Wa Anaa Laha Lahafazhowana
maka suruhkan ia pergi esok hari serta kami dan kamilah memelihara
akan dia. Kata Sayadaya dan Mahaahada maka tatkala di lihat oleh
Yusuf tiadalah di beri bapanya akan dia pergi serta segala saudaranya
itu maka Yusuf pun menangislah di hadapan bapanya. Maka kata mereka
itu “Hai bapa, berilah olehmu akan dia izin pergi serta kami.
Tiadakah percaya engkau akan kami. Adalah kami akan memelihara
saudara kami sekelian ini saudara kepadanya”.
Qoala
Anaya Laya Hazananaya Ana Tazahabawaa Baha Wa Akhoafa Ana Yaakalaha
Al Zaaba Wa Anatama A’naha Ghoafalawana
maka sahut Yaaqub “Bahawasanya amat dukacitalah hatiku menyuruhkan
dia pergi serta kamu sekelian. Takut akan dia di makan oleh harimau
pada hal kamu lali dengan permainan kamu”. Kata Sayadaya maka
mereka itu pun masing-masing kembali ke rumahnya kerana tiada di
izinkan Yaaqub Yusuf pergi serta mereka itu pada sehari itu maka
Yusuf pun menangislah dengan dukacitanya tiadalah mahu ia bermain
seperti adat sedia kala dating kepada hari yang lain. Maka datanglah
pula segala anak Yaaqub kepada bapanya dan Yusuf pun duduk di hadapan
bapanya. Hataya telah di lihat Yusuf segala saudaranya dating itu
maka sukacitalah hatinya serta berkata ia kepada bapanya “Hai
bapaku, berilah aku pergi serta mereka itu. tiadakah bapa percaya
akan saudaraku adalah mereka itu amat gagah berani”.
Qoalawaa
Laana Akalaha Al Zaaba Wa Nahana A’shobata Anaa Aza Al Khoasarayana
maka
kata mereka itu “Hai bapa kami, tiadalah engkau percaya akan kami.
Jikalau di makannya oleh harimau binatang yang buas akan saudara kami
Yusuf ini nescaya adalah bagiku kerugian saudara pada kholi adalah
kami amat banyak lagipun kamilah yang memelihara akan dia”. Setelah
di dengar Yaaqub kata mereka itu maka lembutlah hatinya pada
memberikan Yusuf pergi serta saudaranya maka Yaaqub serta
perlahan-lahan ia mengeluarkan suaranya katanya “Hai anakku,
kuberilah Yusuf pergi serta kamu tetapi hendaklah jangan kamu
tinggalkan dia pada sesuatu tempat dan jangan kamu pelupai akan dia.
bahawasanya kusumpah akan kamu dengan nama Allaha Taa’laya hendak
jangan kamu kiranya lupai akan dia saudara kamu Yusuf itu dan
pelihara oleh kamu akan dia dan bawa oleh kamu akan dia kepada aku
dengan sejahteranya”.
Maka
sahut mereka itu “Bahkan janganlah tuan hamba serahkan ia kepada
kami. Esok hari kamilah yang memelihara akan saudara kami itu” maka
kata Yaaqub “Demi Allaha, takutlah di makannya oleh binatang yang
buas akan dia pada hal kamu lali dengan permainan kamu”. cerita
daripada Naafaa’ ia mendengar daripada Abana A’mara katanya sabda
rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama “Jangan kamu
ajarkan manusia dengan berdusta maka berdustalah segala anak Yaaqub
tiada di ketahui mereka itu harimau makan orang dari kerana adalah
Sameon itu jika ia bertempik nescaya keluar anak di dalam perut
ibunya perempuan yang bunting dan adalah Yahudi itu apabila ia
bertempik nescaya putuslah tangkai hati segala binatang yang
mendengar suaranya sebab itulah maka di beri Yaaqub Yusuf pergi serta
mereka itu”. Telah di dengar oleh mereka itu kata bapanya takut
akan Yusuf di makan oleh harimau maka ikutnyalah seperti kata bapa
mereka itu di katanya “Bahawa Yusuf sudah di makan oleh harimau”.
Hataya
maka tatkala lembutlah hati Yaaqub memberi anaknya Yusuf pergi serta
mereka itu maka kata Yaaqub “Ambillah oleh kamu talam nenekmu Ishaq
ke dalam rumahku. Talam itulah yang di hantarkan orang akan dia pada
masa tatkalanya lagi kecil mengambil berkatlah aku dengan dia”.
hataya maka di bawa oranglah talam itu hadapan Yaaqub maka lalu di
basuhnya ikat pinggang Yusuf ke dalam telaga itu katanya “Inilah
talam di hantarkan orang akan neneknya kamu Ishaq dalamnya”.
Kemudian dari itu maka di suruhnya jemur ikat pinggang itu katanya
“Kembalilah kamu dahulu, esok hari marilah kamu mengambil saudara
kamu Yusuf ini hataya kembalilah mereka itu dengan sukacitanya.
Setelah
dating kepada esok hari maka mereka itu pun datanglah dari pagi-pagi
mendapatkan bapa mereka itu kerana mengambil Yusuf A’layaha Al
Salama maka dapat mereka itu Yusuf lagi duduk di sisi bapanya Yaaqub
dan di minyakinya kepala Yusuf dan di pakaikannya dan ikat pinggang
dan memakai baju kamis di luar dan baju yang halus dari dalamnya dan
di kenakannya kopiah atas kepala anaknya Yusuf maka terlalu amat elok
rupanya. Setelah sudah memakai maka di tilik Yaaqub akan anaknya itu
lalu ia menangis katanya “Pergilah engkau serta saudaramu” maka
kata Yusuf “Inilah segala saudaraku pun sudahlah datang”.
Maka
kata Yaaqub pada mereka itu “Hai segala anakku, berjanjilah kamu
dengan daku hendaklah kamu bawa Yusuf ini kembali kepada aku dan jika
ia lapar beri oleh kamu makan dan jika ia dahaga beri oleh kamu air
akan dia. Inilah bekas makanannya dan tempat minum” lalu di
unjukkan Yaaqub kepada tangan Shaajara dan suatu sumpit kulit dan
suatu kendi berisi air maka di ambil oleh Shaajara akan dia. Maka
kata Yaaqub “Bawalah saudara kamu ini dan aku pun pergi serta kamu
menghantarkan dia. Hataya maka di sambut Sameonlah akan Yusuf lalu di
tanggungnya ke atas bahunya maka berjalanlah mereka itu dan Yaaqub
pun berjalan serta mereka itu sambil menangis hingga dating kepada
suatu pohon kayu tempat perhentian orang.
Maka
berhentilah Yaaqub lalu di ambilnya anaknya Yusuf itu serta di
ciumnya antara kedua matanya maka katanya “Hai Yusuf, kuserahkanlah
engkau kepada tuhanmu dan tuhan bapamu Ibrahim dan Ishaq dan ia jua
tuhan yang sebaik-baik memeliharakan dikau”. Hataya setelah itu
maka segeralah di ambil Sameon akan Yusuf lalu di bawanya berjalan
dan Yaaqub pun tinggallah berdiri di bawah pohon kayu itu serta
menangis adalah seolah-olah menyesal ia memberikan Yusuf pergi serta
mereka itu. Maka tatkala sudahlah jauh segala anaknya maka Yaaqub pun
kembalilah sambil menyapu air matanya hingga sampailah ke rumahnya.
Falamaa
Zahabawaa Baha Wa Ajamaa’waa Ana Yajaa’lawaha Faya Ghoyaabata Al
Jaba Wa Awahayanaa Alayaha Latanabata Hama Ba Amara Hama Hazaa Wa
Hama Laa Yashaa’rawana
maka tatkala di bawa mereka itu akan Yusuf ke tengah padang hingga
tiadalah kelihatan bapa mereka itu maka berkehendaklah mereka itu
akan membunuh Yusuf itu membuangkan akan dia ke dalam telaga kemudian
daripada sudah di persakit mereka itu hatinya. Maka turunkan wahaya
kepadanya kerana menentukan hatinya supaya di ketahuinya akan
kesalahan pekerjaan bahawasanya adalah pada ketika itu jadi nabi.
kata Abana A’baasa radhoya Allaha a’naha tatkala di lihat mereka
itu jauhlah Yaaqub daripada mereka itu maka di buangkan Sameon lah
Yusuf dari atas bahunya serta katanya “Hai anak Rahil, janganlah
engkau berjalan serta kami”. Maka berjalanlah mereka itu dengan
bersegara dan Yusuf pun berjalanlah dari belakang mereka itu.
Hataya
maka berseru-seru Yusuf kepada mereka itu katanya “Beri apalah akan
daku air” maka tiada di beri mereka itu akan dia maka makin
sangatlah mereka itu berjalan pantas-pantas dan di berikan mereka itu
segala juadah yang di bekal Yaaqub akan anaknya Yusuf itu kepada
anjing. Setelah sampai mereka itu kepada suatu perhentian maka
berhentilah mereka itu di sana dan Yusuf pun sampailah kepada mereka
itu. maka kata Yusuf “Kamu hendak di bunuhkah akan daku maka tiada
kamu beri akan aku air dan tiada kamu nanti akan daku” maka di
tamparnya oleh seorang daripada mereka itu akan Yusuf serta katanya
“Jangan engkau berjalan dengan kami”. Maka kata Yusuf “Apalah
salah aku pada kamu” maka di tampar oleh seorang pula akan dia
serta katanya “Hai anak Rahil, minta tolonglah engkau kepada bulan
dan matahari yang sujud kepadamu”.
Hataya
maka tahulah Yusuf dirinya hendak di bunuh oleh mereka itu maka lalu
ia menangis serta katanya “Jika kamu hendak bunuh pun aku beri
apalah kepada aku air dahulu”. Maka kata mereka itu “Pinta olehmu
air kepada bulan dan matahari dan sebelas bintang itu kerana ia sujud
akan dikau” lalu di tampar seorang pula akan mulut Yusuf. Maka
pergi ia kepada seorang saudaranya maka iapun menampar muka Yusuf
juga akan dia hingga di kata Yusuf A’layaha Al Salama dengan suara
yang nyaring serta ia menangis “Tiadakah di pesan oleh bapa kamu
peliharakan akan Yusuf mengapa maka kamu perbuatkan daku demikian
ini”. Maka Yusuf pun pergi kepada Yahudi maka kata Yahudi “Hai
anak Yaaqub, hendak kamu bunuhkah akan Yusuf ini tiada sekali rahim
di dalam hati kamu. Jikalau kamu hendak membunuh dia tiadalah aku
serta kamu”.
Setelah
di lihat mereka itu Yahuda kasihan akan Yusuf maka kata mereka itu
hendak engkau kembalikanlah Yusuf kepada bapamu kemudian daripada
sedikit perbuat akan dia yang demikian itu. bahawasanya sejahat-jahat
perbuatanlah bangkit perbuat akan akan dia ini”. Maka kata Yahuda
“Tiadakah sudah kita bicarakan hendak membuangkan dia ke dalam
telaga. Mengapa maka kamu perbuat akan dia demikian ini”. Hataya
maka di diamlah mereka itu dan muafakatlah mereka itu seperti bicara
mereka itu hendak membuangkan Yusuf ke dalam telaga. Hataya maka
berjalanlah mereka itu kepada tempat mereka itu gembala kambing dan
Yusuf A’layaha Al Salama pun mengikut dari belakang mereka itu maka
Yusuf berkata “Beri apalah akan daku air jika kamu hendak bunuh
sekalipun akan daku” maka kata mereka itu
“Hai anak Rahil, tiadakah sudah kami kata pintalah olehmu kepada
bulan dan matahari kerana keduanya berbuat khidmat akan dikau”. Di
tangislah Yusuf serta katanya “Hai bapaku, jika kau lihat kiranya
akan anakmu di perbuat orang demikian ini nescaya dukacitalah
hatimu”.
Hataya
maka sampailah mereka itu kepada tempat gembala kambing maka di lihat
oleh gembala kambing itu akan hal Yusuf sangat menangis serta dengan
lapar dahaganya maka kata gembala kambing itu “Apa perbuatan ini
tiada sekali kasihan kamu akan dia kanak-kanak ini” maka sahut
mereka itu “Adalah ia ini dusta. Katanya kami sekelian ini
hambanya” maka diamlah mereka itu kemudian dari itu maka mereka
itupun berbicaralah akan membuangkan Yusuf ke dalam telaga. Maka kata
Rubil “Mari kita bunuhlah akan Yusuf ini jika hidup ia nescaya di
ketahui oleh bapa kita akan peri perbuatan kita ini akan dia” dan
berkata seorang pula “Mari kita ikat akan dia pada leher lembu maka
kita lepaskan pula lembu itu nescaya matilah ia di dalam padang ini.
Maka kita katakan ia di makan oleh harimau” dan berkata seorang
lagi “Jika demikian tiadalah kita peroleh darahnya jika kita bunuh
akan dia maka kita ambil darahnya lumurkan pada kain bajunya dan kita
katakan ia sudah mati di tangkap harimau nescaya tiadalah kita kena
sumpah bapa kita”.
Setelah
di dengar oleh Yahuda kata mereka itu demikian itu maka kata Yahuda
“Demi Allaha, jika ada bicara kamu demikian itu akulah akan lawan
kamu dan lagi akan kuceritakan segala perbuatan kamu itu kepada bapa
kamu kerana kamu hendak membunuh nafas yang amat suci. Tiada dapat
tiada akan seksa Allaha Taa’laya juga akan kita seperti di seksa
akan Qabil oleh kerana membunuh Habil dan jika kamu kehendaki juga
akan menceraikan daripada bapa kita marilah kita buangkan akan dia ke
dalam telaga seperti bicara kita dahulu itu” seperti kata Wahaba
abana Manabaha tatkala mereka itu berkata-kata itu maka Yusuf pun
menangis dan di dengarnya segala perkataan mereka itu makin sangat ia
menangis hingga bengkaklah kedua matanya serta dengan lapar
dahaganya. Maka kata Rubil kepada Yahuda “Lihatlah olehmu akan anak
Rahil ini takutlah ia akan mati” maka Yahuda pun kasihan melihat
hal Yusuf itu lalu di panggilnya akan dia hampir ke sisinya katanya
“Jangan engkau takut akulah yang menegahkan mereka itu daripada
membunuh dikau”.
Hataya
maka di cari mereka itulah telaga hingga bertemulah mereka itu dengan
suatu telaga di tepi bukit hampir jalan orang pergi ke negeri Mesir
dan adalah telaga itu di perbuat oleh Saama anak Nuh A’layaha Al
Salama di namakan orang telaga itu Haba Al Ahabaara terlalu dalam
telaga itu luas ke bawahnya dan sempit ke atasnya dan tiada kelihatan
airnya daripada sangat dalamnya. Kata Abana A’baasa maka tatkala
sudahlah mereka itu bertemu dengan telaga itu maka di hela mereka itu
akan Yusuf A’layaha Al Salama hampir kepada telaga itu. Maka Yusuf
pun menangis serta memandang kepada Yahuda katanya “Tiadakah takut
kamu akan sumpah bapa kami akan dikau”. Maka tatkala itu airmatanya
Yahuda mengalir sampai ke janggutnya oleh mendengar kata Yusuf itu
katanya “Hai anak Yaaqub, kamu hendak bunuhkan nafas yang amat suci
tiada sekali kasihan hati kamu akan dia” maka kata Sameon “Hai
Yahuda, betapa pula engkau berkata demikian kerana sudah putus bicara
kita dan lagi akan kita kembalilah ia ini kepada bapamu” maka
Yahuda pun berdiam dirinya.
Kata
Abana A’baasa dan Kaa’ba Al Ahabaara maka di buangkan mereka itu
baju Yusuf daripada tubuhnya dan di ambil oleh mereka itulah kopiah
dari atas kepala Yusuf maka lalu di ikat mereka itu kedua tangannya
Yusuf kepada tengkuknya. Maka kata Yusuf “Jangan kamu ikat kedua
tanganku supaya mudah aku minum air atau kubunuh binatang yang hendak
membinasakan daku dan jangan kamu buangkan bajuku selapis ini. Jika
aku matipun dapatlah ia akan kapanku”. Maka menangislah Yahuda
mendengar kata Yusuf itu lalu katanya “Benarlah seperti kata Yusuf
itu. Jangan kamu ikat kedua tangannya dan jangan kamu buangkan baju
pada tubuhnya itu”. Kemudian seolah-olah menyesal Yahuda daripada
masuk bicara dengan mereka itu maka diamlah ia hingga airmatanya juga
bercucuran.
Kelakian
maka di huraikan mereka itu pula ikatnya Yusuf dan hendak di buangkan
mereka itu hamail yang tergantung pada leher Yusuf itu maka di
tegahkan oleh Yahuda akan dia maka tiadalah jadi di ambil mereka itu
ke atas dia. Adalah hamail itu baju yang amat halus daripada kain
sutera dari dalam syurga di kurnia Allaha Taa’laya akan Ibrahim
A’layaha Al Salama tatkala ia dalam api di buangkan oleh Namrut
a’layaha laa’nata. Maka di lipat oleh Yaaqub lalu di buangkan
dengan kain maka di gantungnya pada leher anaknya Yusuf A’layaha Al
Salama terpelihara ia daripada bahaya dunia dengan berkatnya.
Arakian
maka di ikat mereka itulah pinggang Yusuf dengan tali daripada kulit
lembu lalu di perhulurkan mereka itu akan Yusuf ke dalam telaga itu
maka Yusuf pun memberi salam kepada Yahuda. Setelah di jawab oleh
Yahuda akan salam Yusuf itu maka Yusuf pun makin jauhlah ke dalam
telaga itu. Setelah sampailah Yusuf pada sama tengah telaga itu maka
di putuskan mereka itulah tali itu supaya mati Yusuf di dalamnya.
Maka di titahkan Allaha Taa’laya Jibril A’layaha Al Salama
menyambut Yusuf maka di keluarkan Jibril suatu batu putih dari dalam
telaga itu hingga duduklah Yusuf di atasnya. Maka turunlah batu itu
ke dalam telaga itu serta Yusuf A’layaha Al Salama maka kata Jibril
“Hai Shodayaqo, jangan engkau takut bahawa tuhanmu ada yang
memelihara akan dikau daripada kejahatan mereka itu. Akulah Jibril
mendapatkan engkau dengan titah tuhanmu”.
Maka
sukacitalah hati Yusuf mendengar kata Jibril itu di lihatnya amat
terang di dalam telaga itu lalu di minumnya air di dalamnya hingga
puaslah dahaganya. Maka datang Malaka
Radhowaana
di dalam syurga membawa sehelai baju lalu di pakaikan Jibril kepada
Yusuf A’layaha Al Salama. Maka Jibril pun hendak naik ke langit
maka dukacitalah hati Yusuf maka kata Jibril “Baca olehmu doa
nescaya di tetapkan Allaha Taa’laya akan dikau di dalamnya dan di
segerakannya akan dikau keluar daripadanya. Allahama
Yaa Shoanaa’ Kala Mashonawaa’ Wa Yaa Jaabara Kala Kasayara Wa Yaa
Matholaqo Kala Asayara Wa Yaa Mawanasa Kala Wahayada Wa Yaa Shoahaba
Kala Ghorayaba Wa Yaa Qorayaba Kala Baa’yada Ajaa’la Laya Mana
Amaraya Farahaa Wa Makhorajaa Anaka A’zayaza Hakayama
Hai tuhanku yang menjadikan tiap-tiap segala kejadian dan yang
membaiki tiap-tiap segala hati yang binasa dan yang melepaskan
tiap-tiap yang di dalam penjara dan hai yang menjaga hati yang
dukacita dan hai yang jadi taulan tiap-tiap pada orang yang dagang
dan hai yang amat hampir daripada tiap-tiap yang jadikan olehmu oleh
keluasan di dalam pekerjaanku ini dengan sentosa. Bahawasanya engkau
jua tuhan yang amat mulia lagi penyayang bagi orang yang teraniaya”.
Setelah sudah di ajarkan oleh Jibril A’layaha Al Salama akan Yusuf
doa itu maka iapun naiklah ke langit dan senantiasalah di baca-baca
Yusuf doa itu.
Kata
Kaa’ba radhoya Allaha a’naha pada suatu riwayat “Kudengar
adalah doa yang di ajarkan Jibril kepada Yusuf itu demikian bunyinya
Yaa
Shorayakho Al Masatashora Khoyana Wa Yaa Ghoyaatsa Al
Masataghoyatsayana Wa Yaa Mafaraja Karaba Al Makarawabayana Qoda
Taraya Makaanaya Wa Taa’laya Haalaya Laa Yakhofaya A’layaka Shaya
Mana Amaraya
Hai yang tempat mengadap segala orang yang mengadu dan hai yang
menyampaikan pinta segala orang yang meminta dan meluaskan tempat
yang picak lagi yang amat hampir. Sanya telah kulihat halku”.
Kata
yang empunya cerita maka di turunkan Allaha Taa’laya suatu cahaya
dari langit hingga jadi teranglah di dalam telaga itu dan turun
segala malaikat akan teman Yusuf berkata-kata di dalamnya maka
tiadalah Yusuf sunyi di dalam telaga itu seperti firman Allaha
Taa’laya Wa
Awahayanaa Alayaha Latanabana Hama Ba Amara Hama Hazaa Wa Hama Laa
Yashaa’rawana
ertinya telah kami turunkan wahaya kepada Yusuf dalam telaga ini dan
kami ceritakan padanya dengan kebajikan adalah ia pada ketika itu
jadi nabi. Kata Hasana adalah tatkala Yusuf di dalam telaga itu
umurnya tujuh belas tahun kata Abana A’baasa radhoya Allaha a’naha
empat belas tahun umurnya dan lama ia di dalam penjara tujuh tahun
dan menjadi raja Mesir delapan puluh tahun dan tatkalanya belum
menjadi raja tiga belas tahun dan adalah lama umurnya seratus dua
puluh tahun Wa
Allaha Aa’lama.
Kata
Abana A’baasa dan Sayadaya tatkala di buangkan oleh mereka itu
Yusuf ke dalam telaga maka berhimpunlah mereka itu makan dan minum
barang yang ada makanan yang di bawanya oleh mereka itu. Setelah itu
berkata seorang daripada mereka itu “Apa bicara kita dan apa yang
hendak kita katakan pada bapa kita akan perbuatan kita akan Yusuf
itu”. Maka sahut seorang daripada mereka itu “Adalah bapa kita
takut akan Yusuf di makan oleh harimau maka kata itulah kita katakan
pada bapa kita” maka kata seorang daripada mereka itu pula “Jika
di pinta oleh bapa kita manatah kain baju Yusuf bawalah kepadaku. Apa
sahut kita”. Maka kata mereka itu “Mari kita ambil darah kambing
maka kita lumurkan pada baju Yusuf dan kita katakan itulah baju Yusuf
berlumur dengan darah”.
Hataya
maka di benarkan mereka itulah seperti kata itu hataya maka di
tangkap mereka itu seekor kambing lalu di sembelihnya akan dia.
Setelah itu di ambilnya darah kambing itu lalu di lumurnya kepada
baju Yusuf hingga lekatlah bulu kambing itu tiga helai pada darahnya.
Arakian maka kembalilah mereka itu kepada bapa mereka itu seperti
firman Allaha Taa’laya Wa
Jaawa Abaa Hama A’shaa Yabakawana Qoalawaa Yaa Abaanaa Anaa
Zahabanaa Nasatabaqo Wa Tarakanaa Yawasafa A’nada Mataa’naa
Faakalaha Al Zahaba Wa Maa Anata Bamawamana Lanaa Wa Lawakanaa
Shodaqoyana.
Hataya maka datanglah mereka itu kepada bapa mereka itu pada waktu
Isyak dengan tangisnya mereka itu. Maka kata Yaaqub “Manatah anakku
Yusuf” maka sahut mereka itu “Hai bapaku, pergilah kami
bermain-main panah dan berlumba-lumba maka kami tinggalkan Yusuf pada
barang-barang apa kami maka tangkap oleh harimau akan dia tetapi
tiada bapa kami percaya akan kami jika ada benar kata kami
sekalipun”.
Kata
Abana A’baasa dan Dhohaaka dan Majaahada dan Kaa’ba Al Ahabaara
radhoya Allaha a’nahama dan tatkala hampirlah mereka itu ke rumah
Yaaqub maka berteriaklah mereka itu dengan suaranya yang nyaring dan
tangisnya mereka itu. Maka di dengar oleh Yaaqub suara mereka itu
menangis dari jauh lalu di suruh anaknya Bunyamin naik ke atas
bumbungan rumahnya melihat ke jalan orang datang siapa yang berteriak
itu. Maka di dengarnya Bunyamin orang berteriak itu terlalu amat
banyak dan di kenalnya di dalam banyak itu suara Sameon katanya “Wah
wah telah datanglah kedukaan atas kami dan kecelaan dengan kehilangan
saudara”. Maka Bunyamin pun segera ia turun memberi tahu bapanya
katanya “Hai bapaku, kudengar suara Sameon katanya wah wah apakah
mereka itu” maka berdebarlah rasa hati Yaaqub lalu katanya
“Gerangan hal mereka itu”.
Kata
Sayadaya adalah tempat mereka itu gembala kambing itu dengan rumah
Yaaqub tiga mil dan pada suatu mil itu seribu langkah yang gahari dan
tiga mil itu suatu persakho. Maka Yaaqub pun ternanti akan datang
mereka itu hingga lampau waktu Maghrib. Setelah datanglah mereka itu
kepada bapa mereka itu pada waktu Isyak serta dengan tangis mereka
itu maka terkejutlah hati Yaaqub katanya “Manatah Yusuf” maka
mereka itu “Hai bapa kami telah kedukaanlah kami dengan kehilangan
saudara kami akan Yusuf itu sudahlah di tangkap oleh harimau”.
Setelah di dengar Yaaqub kata mereka itu maka iapun mengharap lalu
rebah pengsan tiada khabarkan dirinya. Kemudian maka katanya pula
“Mana Yusuf” maka sahut Rubil “Yusuf sudah di tangkap oleh
harimau” maka mengharap pula Yaaqub sekali lagi rebah lalu pengsan
pula.
Setelah
siuman ia daripada pengsannya maka kata Yaaqub “Jangan kamu
mudahkan pekerjaan kamu ini” seperti firman Allaha Taa’laya Wa
Jaawa A’laya Qomayashoha Badama Kazaba Qoala Bala Sawalata Lakama
Anafasa Kama Amaraa Fashobara Jamayala Wa Allaha Al Masataa’ana
A’laya Maa Tashofawana
ertinya maka kata mereka itu “Bahawa inilah baju Yusuf” dusta
kata mereka itu maka kata bapa mereka itu “Betapa kiranya kamu
perbuatkan di dalam pekerjaan kamu ini. Baikkah sabar aku barang yang
kamu perikan anakku Yusuf dengan di makan harimau itu. Bahawasanya
Allaha Taa’laya jua yang menolong dia dengan barang yang kamu
perikan itu”.
Setelah
itu maka kata Yaaqub “Manatah baju anakku Yusuf itu” maka di
unjukkan Yahuda kepada bapanya baju Yusuf itu maka di ambil Yaaqub
lalu di tiliknya akan baju itu tiada carik. Maka katanya “Ajaib
sekali aku tiada carik baju anakku ini. Bahawasanya tiada sekali-kali
anakku di makan oleh harimau. Tiada harimau itu mahu makan anak
segala nabi dan lagi pula di kenalnya oleh harimau itu tanda segala
nabi itu barang yang tiada di kenalnya oleh segala manusia” lalu di
lekapkan Yaaqub baju Yusuf itu kepada mukanya itu maka menangis pula
ia serta katanya “Sabarlah aku atas barang yang di perikan mereka
itu akan anakku”. Maka Bunyamin pun berteriak berguling-guling
dirinya kerana bercinta akan saudaranya Yusuf itu maka di ambil oleh
mak mudanya akan dia maka bertambah-tambah dukacita hati Yaaqub
melihat hal Bunyamin itu lalu ia berpaling daripada mereka itu dengan
dukacitanya.
Setelah
hari siang maka datang pula segala anak Yaaqub kepadanya maka kata
Yaaqub “Jika sungguh seperti katamu sekelian ini anakku Yusuf itu
di makan oleh harimau maka tangkapkan oleh kamu akan harimau itu.
Bawa kepada aku serta mayat Yusuf anakku jikalau tiada demikian
nescaya kusumpah kamu supaya binasa kamu sebab anakku itu”. Kata
empunya cerita maka keluarlah mereka itu daripada Yaaqub dengan
dukacita mereka itu maka kata Sameon “Esok harilah kita pergi
mencari harimau itu ke dalam hutan. Jikalau tiada kita peroleh
nescaya di sumpah oleh bapa kitalah akan kita sekelian”. Maka kata
Rubil “Adapun akan harimau itu kita peroleh jua dan akan mayat
Yusuf itu di mana kita bawalah melainkan kita keluarkan ia dari dalam
telaga kita bunuh akan dia kemudian maka kita bawalah mayatnya kepada
bapa kita”. Maka sahut Yahuda “Demi Allaha, tiadalah kuberi Yusuf
itu keluarkan dari dalam telaga. Tiadakah sudah berjanji kamu dengan
daku tiadalah kita bunuh Yusuf itu maka sekarang betapa pula kamu
berkata demikian”. Maka kata mereka itu “Benar seperti kata
Yahuda itu” tetapi adalah hati mereka itu sekelian terlalu sangat
dukacita.
Setelah
sianglah hari maka mereka itupun pergilah mencari harimau dengan
bersegera lalu di tangkapnya maka di bawanya kepada bapanya. Setelah
di lihat Yaaqub harimau itu maka katanya “Inikah harimau yang makan
anakku Yusuf itu” maka sahut mereka itu “Bahkan ialah yang amat
buas menangkap kambing kami”. Maka kata Yaaqub “Uraikan oleh kamu
ikat harimau itu jikalau ia makan anakku Yusuf nescaya larilah ia
daripada aku”. Hataya maka di uraikan mereka itu ikat harimau itu
di hadapan Yaaqub maka kata Yaaqub “Maha suci tuhanku, jikalau di
kehendakinya nescaya berkata-katalah harimau itu dengan daku. Hai
binatang engkaukah makan anakku Yusuf”. Maka sahut harimau itu
dengan lidah yang fasih “Demi kemuliaanmu, tiada sekali-kali aku
makan anakmu Yusuf itu. Betapa aku seekor harimau yang gharib datang
dari Mesir hendak mengunjungi keluargaku maka tiba-tiba di tangkap
oleh segala anakmu akan daku. Demi Allaha, tiada kami makan daging
segala nabi”.
Setelah
di dengar Yaaqub kata harimau itu maka katanya “Wah sedang harimau
lagi kasih akan saudaranya betapa kiranya tiada kasih kamu akan
saudara kamu”. Maka segala anak Yaaqub pun menundukkan kepalanya
kerana malunya maka kata Rubil “Tiada kami dusta hai bapa kami
tetapi jikalau ada benar kami sekalipun tiadalah percaya bapa akan
kami”. Maka Yaaqub pun berpaling daripada mereka itu serta katanya
“Wah amat dukacitalah hatiku dengan percintaan yang amat sangat”
lalu ia menangis maka segala anak Yaaqub pun kembalilah ke rumahnya
masing-masing.
Kata
Abana A’baasa radhoya Allaha a’naha sabda nabi Sholaya Allaha
A'layaha Wa Salama “Tiada di anugerahkan Allaha Taa’laya pada
tiap-tiap segala umat nabi yang lain daripada umatku melainkan di
kata mereka itu wah wah di dalam dukacita mereka itu melainkan di
suruhkan Allaha Taa’laya pada umatku mengatakan Anaa
Lalaha Wa Anaa Alayaha Raajaa’wana.
Adalah kami di lihat di dalam tiap-tiap segala perkataan mereka itu
tatkalanya dukacita melainkan di kata mereka itu wah wah tiada
seperti umatku.
Dan
pada suatu riwayat telah di tanyai orang akan Yaaqub tatkala sudah di
pegang saudaranya Bunyamin di dalam negeri Mesir “Apa sebab hilang
penglihatan matamu ya nabi Allaha” maka sahutnya “Sebab
bercintaku akan anakku Yusuf” dan lagi di tanyai orang akan dia
“Apa sebab maka bongkok belakangmu” maka sahutnya “Sebab
bercinta aku akan saudaranya Bunyamin”. Arakian maka senantiasalah
Yaaqub dukacita dan menangis akan anaknya Yusuf A’layaha Al Salama
hingga jadi butalah kedua matanya. Kata Abana A’baasa tatkala Yusuf
di dalam telaga itu datang Yahuda adapun tiap-tiap hari membawa
makanan akan Yusuf saudaranya di hulurnya ke dalam telaga itu tiga
hari jua lamanya dan pada suatu riwayat lima hari lamanya.
Hataya
maka datang suatu kafilah dari negeri Madayana hendak ke Mesir nama
penghulu mereka itu Malaka abana Daa’ra berhenti mereka itu hampir
telaga itu maka di suruhnya orang mengambil air ke dalam telaga itu
maka di hulur orang itulah timba ke dalam telaga itu seperti firman
Allaha Taa’laya Wa
Jaata Sayaarata Faarasalawaa Wa Aradahama Faadalaya Dalawaha Qoala
Yaa Basharaya Hazaa Gholaama Wa Asarawaha Badhoa’ta Wa Allaha
A’layama Ba Maa Yaa’malawana
dan tatkala itu datang orang berniaga dari negeri Madayana hendak ke
negeri Mesir maka hulur mereka itu timba ke dalam telaga itu maka
Yusuf pun berpaut pada tali timba itu. Setelah di lihat oleh mereka
itu seorang kanak-kanak memegang tali timba mereka itu lalu di
ambilnya akan Yusuf katanya “Hai penghulu kami, lihatlah olehmu
kami dapat seorang kanak-kanak di dalam telaga ini” maka kata
mereka itu “Inilah kanak-kanak di jual orang pada kami”.
Bahawasanya Allaha Taa’laya jua tuhan yang amat tahu dengan barang
yang di perikant oleh mereka itu akan dia.
Kata
Kaa’ba dan Sayadaya maka mereka itupun berhimpunlah pada telaga itu
kerana melihat rupa Yusuf terlalu amat elok seolah-olah bulan purnama
bercahaya rupanya dan adalah pada ketika itu Yahuda pun datang hendak
memberi makanan akan Yusuf. Maka di lihatnya banyak orang yang
berhimpun pada telaga itu dan Yusuf pun ada serta mereka itu maka
Yahuda pun segera kembali memberi tahu segala saudaranya. Maka
datanglah mereka itu kepada Yusuf maka di lihat mereka itu Yusuf
duduk di sisi Maalaka abana Daaa’ra maka kata mereka itu “Inilah
budak yang lari kami tebus sahaya orang di jual temannya dan jika
kamu hendak menebus dis bahawasanya kami juallah pada kamu”. Maka
Rubil pun berkata kepada Yusuf dengan bahasa Ibrani “Mengakulah
engkau hai Yusuf daripada sahaya kami jika tiada demikian nescaya
kami bunuh akan dikau”. Maka kata Sameon “Hai Maalaka, ketahui
olehmu inilah budak yang sudah kami tebus daripada tuannya lari ia
daripada kami. Tebuslah olehmu akan dia”.
Maka
kata Maalaka abana Daaa’ra “Berapa harganya” maka kata Sameon
“Budak ini amat jahat tebuslah olehmu delapan belas dirham”.
Setelah di dengar Maalaka abana Daaa’ra harganya amat murah itu
terlalu amat sukacita hatinya menebus Yusuf dengan harga yang murah.
Maka kata Maalaka abana Daaa’ra “Engkau ini sahaya mereka itukah”
maka sahut Yusuf A’layaha Al Salama “Bahkan aku ini hamba Allaha”
lalu iapun menangis dengan tangisnya yang amat sangat. Hataya maka di
tebuslah oleh Maalaka abana Daaa’ra dengan delapan belas dirham dan
kata setengah a’lama dengan dua puluh dirham jua. Hataya maka di
ambil mereka itulah harga Yusuf lalu di bahagi-bahagi mereka itu
seorang dua dirham dari kerana mereka itu sepuluh orang dan pada
suatu riwayat bahawa akan Yahuda tiadalah mahu ia mengambil harga
Yusuf itu maka di kembalikannya pula kepada Maalaka abana Daaa’ra
yang dua dirham itu. Setelah sudah di jual mereka itu Yusuf kepada
Maalaka abana Daaa’ra pun terlalu sangat sukacita hatinya.
Kata
Abana A’baasa dan Kaa’ba dan Sayadaya adalah tatkala Yusuf duduk
bersama-sama dengan bapanya suatu hari menilik ia di dalam cermin
maka di lihatnya rupanya itu terlalu amat elok lagi bercahaya-cahaya
maka katanya “Jikalau ada kiranya aku sahaya orang nescaya tiadalah
dapat terhargakan diriku dari kerana itulah maka di beri Allaha
Taa’laya akan daku di jual orang dengan harga yang murah itu kadar
dua puluh dirham jua” seperti firman Allaha Taa’laya Wa
Sharawaha Ba Tsamana Bakhosa Daraa Hama Maa’dawadata Wa Kaanawaa
Fayaha Mana Al Zahadayana
Dan di jual mereka itulah Yusuf dengan harga yang murah dengan
delapan belas dirham jua dan adalah mereka itu daripada orang yang
tiada gemar akan dia.
Kata
Kaa’ba Al Ahabaara radhoya Allaha a’naha telah di kata mereka itu
kepada Maalaka abana Daaa’ra “Adalah budak ini pelari lagi
pencuri. Jangan kamu alpakan hendaklah kamu kawal akan dia. Jangan di
beri berjalan ke sana ke mari”. Maka kata Maalaka abana Daaa’ra
kepada Baharawara “Suratkan olehmu akan dia tanda sah jual beli
kita dengan mereka itu dan pinta olehmu cap dan tapak tangan dan
saksi maka tarikhlah olehmu akan dia”. Hataya maka di perbuat
Baharawara lah seperti kata penghulunya dan pintanya bekas tapak
tangan mereka itu dan di beri mereka itu akan dia.
Hataya
setelah putuslah bicara mereka itu maka berjalanlah Maalaka abana
Daaa’ra ke negeri Mesir maka di suruh Yusuf naik ke atas seekor
unta. Setelah sampai mereka itu hampir kepada kubur Rahil bonda Yusuf
A’layaha Al Salama tiadalah dapat di tahani oleh Yusuf dirinya
duduk di atas unta. Maka melompat dari atas unta itu pergi
berguling-guling di atas kubur ibunya serta katanya “Hai ibuku,
buka apalah olehmu tutup mukamu dan angkatkan kepalamu lihatlah akan
hal anakmu Yusuf beroleh kesukaran yang amat besar” serta ia
menangis dengan suara yang amat nyaring. Kata Kaa’ba Al Ahabaara
tatkala itu di dengar oleh Yusuf suatu suara “Sabarkan olehmu
kehendak tuhanmu tiada jua yang sabar itu melainkan di balas oleh
tuhannya akan dia dengan kebajikan yang amat besar”.
Hataya
setelah di lihat oleh Maalaka abana Daaa’ra akan Yusuf tiada di
atas untanya lalu ia berseru “Hai segala kamu telah tiadalah
kulihat akan Yusuf serta kamu”. Hataya maka di carin mereka itulah
akan dia maka di dapat mereka itu ia berguling-guling di atas suatu
kubur serta dengan tangisnya. Maka kata seorang daripada mereka itu
“Hai Ghulam, adalah engkau ini di kata tuanmu pelari maka tiada
juga kami percaya akan dia”. Maka sahut Yusuf “Demi Allaha, tiada
kulari daripada kamu. Bahawasanya telah kulihat kubur ibuku maka
tiadalah dapat kutahani diriku daripadanya”. Hataya maka di
tariknya akan tangan Yusuf di tamparnya mukanya katanya “Segeralah
engkau naik ke atas unta ini. Marilah kita berjalan”. Pada suatu
riwayat di kenakan mereka itu akan dia belenggu maka kata seorang
daripada mereka itu “Adalah kulihat budak ini senantiasa menangis
juga kerjanya. Siapa tahu kalau sungguh juga katanya itu”.
Hataya
setelah Yusuf naik ke atas untanya maka berjalanlah ia serta mereka
itu maka kata Yusuf “Hai tuhanku, engkau jua tuhan yang amat
mengetahui akan hal ehwal hambamu”. Dengan takdir Allaha Taa’laya
pada ketika itu juga naiklah suatu awan yang amat hitam mengandung
hujan yang amat lebat serta angin yang amat keras lagi kelam kabut
dengan guruh maka tiadalah seorang aman hingga jadi huru haralah
mereka itu tiada berketahuan. Hataya maka berserulah Maalaka abana
Daaa’ra “Siapa jua yang berbuat dosa di dalam antara kita ini
hendaklah ia membawa taubat kepada Allaha Taa’laya” maka kata
laki-laki yang menampar muka Yusuf itu “Akulah yang berdosa
sekarang tadi kutampar muka Yusuf ini maka tiba-tiba datanglah ke
atas bala yang demikian ini”. Maka kata Maalaka abana Daaa’ra
“Segeralah engkau minta maaf kepadanya” maka laki-laki itupun
minta maaflah kepada Yusuf A’layaha Al Salama serta di ciumnya akan
tangan Yusuf itu.
Hataya
maka minta doalah Yusuf kepada Allaha Taa’laya maka pada ketika itu
juga jadi berhentilah hujan dan dengan angin yang amat besar itu dan
cerahlah segala tepi langit dengan kemuliaan Yusuf A’layaha Al
Salama. Hataya maka datanglah Maalaka abana Daaa’ra kepada Yusuf
lalu di lepaskannya belenggu daripada kaki Yusuf itu dan suruhnya ia
berjalan di hadapan. Hataya maka berjalanlah mereka itu ke negeri
Mesir antara beberapa hari maka kata Maalaka abana Daaa’ra “Tiada
juga aku sangka pada suatu tempat melainkan nyatalah kulihat berkat
Yusuf ini dan kudengar tiap-tiap segala sesuatu memberi salam
kepadanya pada tiap-tiap pagi dan petang dan lagi pula aku pandang
suatu awan yang putih menaung atas kepalanya. Barang kemana ia
berhenti maka berhentilah awan jika Yusuf berjalan maka awan itupun
berjalanlah mengikut dia. Bahawasanya tiada pernah kulihat seorang
juapun sepertinya”. Maka di permulia mereka itulah akan Yusuf
A’layaha Al Salama.
Setelah
sampai mereka itu ke negeri Mesir maka mandilah mereka itu di dalam
sungai Nil. Maka kata Maalaka abana Daaa’ra “Hai rupa yang anat
elok, marilah engkau mandi serta kami” maka Yusuf pun mandilah
serta mereka itu maka lalu di gosok oleh Maalaka abana Daaa’ra akan
Yusuf dan di limaunya kepalanya. Setelah sudah mandi maka di berinya
memakai pakaian yang mulia-mulia dan yang baik-baik melainkan ikat
pinggang jua daripada ikat pinggang Yusuf sendirinya dan bajunya itu
di pakainya dari dalam dan baju yang di beri oleh Maalaka abana
Daaa’ra tiada mahu ia tanggalkan dia.
Hataya
maka di jajakan oleh Maalaka abana Daaa’ra akan Yusuf di dalam
pasar Mesir terlalu amat elok rupanya. Segala rupanya Yusuf A’layaha
Al Salama bercahaya-cahaya warna mukanya mengalahkan cahaya bulan dan
matahari. Bahawa seolah-olah daging di dalam kulit Yusuf itu seperti
warna api di dalam kaca yang amat putih. Setelah di lihat oleh segala
saudagar dan segala orang banyak akan Yusuf maka tercenganglah mereka
itu melihatkan elok rupa Yusuf A’layaha Al Salama itu. Maka
bertanyalah saudagar di dalam Mesir itu katanya “Siapa budak ini
dan anak siapa ia” maka kata mereka itu “Inilah budak yang di
jual tuannya di dalam negeri Kanaa’na kepada Maalaka abana
Daaa’ra”. Maka kata segala saudagar itu “Mahukah Maalaka abana
Daaa’ra itu jual budak itu kepada kami” maka sahut mereka itu
“Bahkan”.
Hataya
maka Maalaka abana Daaa’ra pun masuklah ke dalam negeri Mesir Yusuf
di suruhnya berjalan di belakang. Setelah di lihat oleh segala
saudagar di dalam pasar itu maka tercenganglah mereka itu serta
katanya “Siapa ini” maka sahut Maalaka abana Daaa’ra “Ialah
sahayaku yang kutebus akan dia di dalam negeri Kanaa’na”. Hataya
maka berhimpunlah mereka itu kecil besar, kaya dan miskin kerana
hendak melihat rupa Yusuf A’layaha Al Salama maka kata segala
saudagar yang besar-besar “Kau jualkah budak Abana Daaa’ra”
“Bahkan kujualkan akan dia tetapi marilah kita berhimpun pada pintu
Maalaka Rayaana di sanalah baik berniaga beranilah memutuskan harga
budak ini” hataya maka haripun malamlah. Setelah datang keesokan
harinya maka Maalaka abana Daaa’ra pun menghiasi Yusuf dengan
pakaian yang keemasan terlalu sekali indah rupanya.
Hataya
maka berjalanlah ia ke medan pengadapan Maalaka Rayaana abana
Walayada abana A’rawaana abana Araasata abana Faaraana abana A’mara
abana A’malaaqo abana Laawa abana Saama abana Nuh A’layaha Al
Salama. Kata Abana A’baasa radhoya Allaha a’naha di dalam
setengah riwayat tiada mati Maalaka Rayaana hingga membawa iman ia
kepada Yusuf A’layaha Al Salama. Maka tinggallah Yusuf serta
Qoabawasa abana Mashoa’ba hataya maka Yusuf pun di suruh Maalaka
abana Daaa’ra duduk di atas suatu kerusi yang amat indah. Maka
berhimpunlah segala isi negeri Mesir penuh sesak oleh segala manusia
kerana hendak melihat rupa Yusuf dan A’ziz Mesir pun datang serta
segala saudagar yang banyak.Adalah yang memegang perbendaharaan
Maalaka Rayaana namanya Qothofayara dan pada suatu qaul setengah
a’lama namanya Thofayara anak Maalaka anak Zaa’wana terlalu amat
kaya daripada segala saudagar di dalam negeri Mesir.
Hataya
maka di tawar oleh Qothofayara akan Yusuf dengan dua puluh dinar dan
dua perenggu kaus yang keemasan dan dua kayu kain putih. Kata Wahaba
anak Manabaha maka di naik oleh segala saudagar masing-masing hingga
sampai kepada setimbang dirinya daripada kasturi dan setimbang
daripada perak dan setimbang daripada emas dan setimbang daripada
permata yang besar-besar harganya dan setimbang daripada kain sutera.
Hataya maka di tebusnyalah oleh Qothofayara seperti yang di belikan
oleh mereka itu dan tiadalah siapa mahu melebih pada demikian itu.
Setelah
sudah di bayar oleh Qothofayara harga Yusuf kepada Maalaka abana
Daaa’ra maka sukacitalah hatinya lalu di bawanya pulang ke rumahnya
seperti firman Allaha Taa’laya Wa
Qoala Alazaya Ashataraaha Mana Mashora Laamaraataha Akaramaya
Matsawaaha A’saya Ana Yanafaa’naa Awa Natakhozaha Waladaa Wa
Kazalaka Makanaa Layawasafa Faya Al Aradho Wa Lanaa’lamaha Mana
Taawayala Al Ahaadayatsa Wa Allaha Ghoalaba A’laya Amaraha Wa
Lakana Akatsara Al Naasa Laa Yaa’lamawana
Dan telah berkata yang menebus dia iaitu A’ziz Mesir kepada
isterinya iaitu Zalayakhoa
(Zulaikha)
“Permulia olehmu akan orang muda ini mudah mudahan kalau ada jua
memberi manafaat akan kita. Ambil akan dia seperti anak kepada kita
kerana aku pun tiada beranak”. Seperti demikian itulah kami
tetapkan hati Yusuf di dalam negeri Mesir dengan sukacitanya kemudian
daripada sudah di rasainya dukacita dan telah kami ajar akan dia
mengetahui takbir mimpi. Bermula Allaha Taa’laya jua tuhan yang
amat mengetahui gholib atas pekerjaannya dan tetapi kebanyakan
daripada segala manusia tiada di ketahui mereka itu adalah ia yang
terlebih mulia kepada tuhannya.
Kata
Kaa’ba Al Ahabaara maka tatkala sudah di tebus oleh A’ziz Mesir
Yusuf kepada Maalaka abana Daaa’rapun pergi kepada Yusuf A’layaha
Al Salama katanya “Hai rupa yang amat elok, ajaib sekali aku
melihat rupa yang amat elok itu dan mendengar perkataanmu yang amat
manis itu kerana sebab apa jua maka senantiasa engkau menangis dan
selamanya itupun kami tanya kepadamu tiada jua engkau mahu berkata
benar kepada kami. Demi Allaha, anak siapa engkau ini hai anakku”.
Setelah Yusuf mendengar kata Maalaka abana Daaa’ra itu maka Yusuf
pun menangis katanya “Hai Maalaka, sekarang kukatakan kepadamu
bahawa akulah Yusuf anak Yaaqub anak Ishaq anak Ibrahim Kholil
Allaha. Yang berjual aku itu segala saudaraku kerana dengkinya mereka
itu akan daku sebab di kasih oleh bapaku Yaaqub akan daku. Maka
mereka itulah yang membuangkan aku ke dalam telaga itu”.
Maka
Maalaka abana Daaa’ra pun mengharap menabuh dadanya katanya “Demi
Allaha, tiada sekali aku mengetahui akan dikau segala nabi baharulah
sekarang kuketahui engkau anak cucu Kholil Al Rahman” lalu menangis
lalu di kucupnya tangan Yusuf A’layaha Al Salama katanya “Apa
bicaramu sekarang kerana sudah putus aku berjual akan dikau kepada
A’ziz Mesir hai yang di permulia Allaha Taa’laya akan dikau”.
Maka sahut Yusuf “Hai Maalaka, demi Allaha janganlah engkau
ceritakan kepada orang bangsaku ini seseorang juapun kerana sudahlah
berlaku dengan hukum Allaha atasku. Bahawasanya adalah engkau itu aku
dan aku itu engkau kerana engkau pun daripada anak cucu Ibrahim jua”.
Maka Maalaka pun menangis mendengar kata Yusuf itu lalu di ciumnya
muka Yusuf katanya “Hai anakku, minta doa apalah engkau kepada
tuhanmu supaya di anugerahi Allaha Taa’laya akan daku anak yang
mempusakai hartaku dan halalkan harga dirimu itu kepada aku dengan
beroleh berkat daripadamu”.
Maka
sahut Yusuf “Bahkan di halalkan Allaha Taa’laya harta itu
kepadamu kerana aku orang merdeka bukan sahaya kepadamu lagipun
patutlah kita ambil hak segala kafir” lalu Yusuf pun minta doa akan
Maalaka abana Daaa’ra dan adalah di sangka oleh segala manusia pada
ketika itu menyesallah Maalaka abana Daaa’ra berjual Yusuf kerana
di lihat mereka itu akan kelakuan Maalaka abana Daaa’ra dengan
Yusuf itu keduanya sama menangis. Hataya maka Maalaka abana Daaa’ra
pun kembalilah ke negeri Madayana kemudian daripada itu dengan berkat
doa Yusuf maka di peroleh Maalaka abana Daaa’ra lah dua puluh empat
orang anak laki-laki dan hartanya pun jadi ganda berganda daripada
setahun kepada setahun makin banyak jua. Kata yang empunya cerita
hingga dua belas kali hamil isteri Maalaka abana Daaa’ra maka di
perolehnyalah anak dua puluh empat anak laki-laki dan ajaiblah ia
akan mistajab doa Yusuf itu lagi umurnya pun amat lanjut.
Kata
yang empunya cerita adalah Qothofayara itu tiada kepadanya anak dan
tiada setubuh ia dengan isterinya Raaa’yala anak A’nakaa ibunya
bernama Raqoayala dan adalah Qothofayara itu tahu ia akan ilmu
firasat dari kerana itulah maka di katanya kepada isterinya “Permulia
olehmu orang muda ini mudah mudahan memberi manafaat ia akan kita
kerana kita pun tiada beranak. Ia inilah kita ambil akan anak kita”
dan lagi pula seorang perempuan yang tahu akan ilmu firasat iaitu
anak nabi Shuib tatkala di katanya kepada bapanya kemudian daripada
sudah bertemu dengan Musa A’layaha Al Salama pada telaga itu iaitu
Al Shaa Jawata “Hai bapaku, permulia olehmu laki-laki itu iaitu
Musa A’layaha Al Salama dan ketika Abaya Bakara Al Shodayaqo
radhoya Allaha a’naha tatkala sudah wafat rasul Allaha Sholaya
Allaha A’layaha Wa Salama di katanya kepada A’mara bana Al
Hathoba “Engkau yang lebih patut akan ganti rasul Allaha jadi
khalifah”.
Kata
ahli al kitab tatkala sampai umur Yusuf kepada tiga puluh tahun maka
hendaklah di jadikan oleh Maalaka Rayaana akan Yusuf itu wazirnya
seperti firman Allaha Taa’laya Wa
Kazalaka Makanaa Layawasafa Faya Al Aradho.
Kata Abana Masaa’wada maka tatkala sudah di lihat Zulaikha akan
rupa Yusuf itu terlalu amat elok daripada segala manusia maka
jatuhlah kasih di dalam hatinya akan Yusuf maka makin bertambahlah
kasih Zulaikha akan Yusuf dengan kasih berahinya akan dia. Maka di
lihat oleh Qothofayara akan Yusuf itu terlalu amat elok rupanya dan
baik akalnya maka di sindir-sindirnya dengan perkatannya akan Yusuf
“Engkaulah yang terlebih patut akan gantiku menjadi A’ziz Mesir
ini”. Bahawasanya telah di anugerahkan Allaha Taa’laya akan Yusuf
seperti kata Qothofayara itu ialah yang menjadi raja di dalam negeri
Mesir itu.
Kata
Abana A’baasa adalah Zulaikha itu perempuan yang amat elok daripada
segala perempuan pada masa itu lagi bugar tiada pernah setubuh dengan
laki-laki makin bertambah-tambahlah sangat berahinya akan Yusuf
A’layaha Al Salama. Maka pada suatu hari berkata Zulaikha kepada
Yusuf “Hai orang muda, anak jinkah engkau ini, anak parikah kerana
kulihat rupamu ini daripada sehari kepada sehari maka makin
bertambah-tambah sekali eloknya dan pada sangkaku adalah engkau ini
daripada anak segala raja-raja jua”. Maka Yusuf pun tunduk tiada
menyahut kata Zulaikha itu kemudian maka Yusuf menyahut Sabahaana
Mana Badala Asamaha Alaya Al Harayata Baa’da Al A’bawadayata Wa
Hawa Qoadara A’laya Ana Laa Yaradaha Alaya Al Harayata ertinya
maha suci yang menggantikan pada nama merdeka itu dengan nama sahaya
dan iaitu yang amat kuasa mengembalikan pada nama merdeka pula
kemudian dari itu”. Maka kata Zulaikha kepada Yusuf “Amat elok
sekali rupamu hai Yusuf dan amat merdu sekali suaramu dan tetapi
perkataanmu itu tiada kami ketahui akan dia berkata-kata apalah
engkau dengan bahasa Qibtiah”.
Kata
Kaa’ba Al Ahabaara kemudian daripada itu berapa antaranya maka di
suruh Zulaikha perbuat sebuah rumah akan tempat perhimpunan segala
perempuan Qibtiah dan A’malaqoha mengadap dia maka di perbuat
oranglah seperti kehendak Zulaikha itu. Setelah sudah rumah itu maka
di hiasinya di dalam majlis itu daripada perhiasan yang indah-indah
dan hamparinya daripada hamparan yang keemasan. Hataya maka di suruh
Zulaikha bawa segala pakaian yang berbagai-bagai jenis pakaian yang
mulia yang ada di dalam khazanahnya hendak di hiasi akan Yusuf
A’layaha Al Salama dengan pakaian itu. Hataya setelah di bawa orang
segala pakaian itu maka di pilih Zulaikha daripada segala pakaian itu
di suruhnya pakai kepada Yusuf dan di suruhnya buka buangkan kain
baju pada tubuh Yusuf itu.
Maka
kata Yusuf pada Zulaikha “Adapun semuanya katamu itu kuturut akan
dia tetapi yang kau suruh tanggalkan baju daripada tubuhku itu
tiadalah mahu aku menanggalkan dia kerana baju itu di pakaikan oleh
tuhanku tiada buruk baginya dan tiada lata ia adalah ia mengikut
badanku jua. Apabila besar tubuhku maka besarlah ia pun dan tiada
pernah kubasuh akan dia. Jikalau pada masa hari panas sekalipun”.
Kata Kaa’ba Al Ahabaara adalah baju itu bercahaya-cahaya di pandang
orang akan dia. Maka kata Zulaikha “Siapa tuhanmu yang amat
bermulia akan dikau lain daripada aku hai Yusuf” maka sahut Yusuf
A’layaha Al Salama “Adalah tuhanku itu tuhan yang menjadikan
daku. Ialah tuhan tujuh petala langit dan tujun petala bumi dan
barang yang antara keduanya itu lagi amat kuasa atas tiap-tiap
sesuatu”. Kata Wahaba abana Manabaha adalah tubuh Yusuf itu gilang
gemilang seperti cahaya pelita di dalam kaca yang amat putih. Apabila
ia tertawa kelihatan manis sekali cahaya mukanya berkilat-kilat
daripada giginya.
Setelah
di dengar Zulaikha kata Yusuf itu maka katanya “Hai Yusuf, jika
tiada pun mahu engkau memakai pakaianku ini berilah aku berbuat
khidmatmu. Jikalau kiranya berbuat khidmat aku kepadamu nescaya makin
bertambah-tambahlah cahaya mukamu dan hilanglah dukacita di dalam
hatimu”. Maka kata Yusuf “Akulah yang terlebih patut berbuat
khidmat kepadamu dengan kehendak tuhanku yang amat kuasa”. Maka
kata Zulaikha “Adalah engkau memperikan tuhanmu yang amat kuasa
lagi amat besar kebesarannya maka betapa dapat di jual orang akan
dikau pada kami hai Yusuf”. Maka sahut Yusuf “Bahkan amat kuasa
ia lagi amat besar kebesarannya ialah tuhan yang menjadikan dikau dan
rupakan dikau dengan sebaik-baik rupa ini”.
Maka
kata Zulaikha “Hai Yusuf, siapa ibubapamu dan di mana negerimu”
maka sahut Yusuf “Adalah bapaku itu ada di dalam negeri Kanaa’na
dan namanya Yaaqub dan akan nama ibu Rahil. Maka tatkala sudah mati
ibuku adalah aku di dalam ribaan bapaku” basah bajunya dengan air
matanya maka menangislah segala orang yang hadir melihat kelakuan
keelokkan itu daripada belas hati mereka itu. Maka Zulaikha pun
menangis katanya “Hai Yusuf, dengan bahasa apa jua engkau
berkata-kata itu terlalu amat manis suaramu” maka sahut Yusuf
“Inilah bahasa bapaku Yaaqub dan Ishaq dan Ibrahim. Jikalau kiranya
tiada haram atasku mengajarkan dikau nescaya kuajarkan akan dikau
ilmu tauhid tetapi adalah engkau itu kafir”.
Kata
yang empunya cerita maka di tilik Zulaikha akan Yusuf berkata itu
dengan tilik berahinya. Katanya “Memakailah engkau hai rupa yang
amat elok” lalu di tanggalkan oleh Zulaikha pakaian yang pada tubuh
Yusuf itu. Maka di pakaikannya daripada pakaian yang indah-indah
melainkan baju dan ikat pinggang jua tiada mahu Yusuf menanggalkan
dia daripada tubuhnya. Setelah sudah Yusuf memakai maka di suruh
Zulaikha akan dia duduk di belakangnya maka katanya “Hai Yusuf,
mengapa maka tiada mahu engkau menanggalkan bajumu itu dan tiada mahu
engkau memakai baju kami. Tiada mahu engkau olehmu bajumu itu supaya
kupakaikan baju yang keemasan ini” maka tiada di sahut Yusuf dengan
sesuatu jua pun akan turut Zulaikha itu. Maka kata Zulaikha “Hai
Yusuf, ada padaku suatu tanaman daripada segala bunga-bungaan yang
serba jenis maka peliharakan olehmu akan dia” kata Yusuf “Bahkan
biarlah aku memeliharakan dia”.
Hataya
maka pergilah Yusuf ke dalam tanaman itu lalu di buangkan oleh Yusuf
rumput di dalamnya. Maka sebagailah rumput tanaman itu hingga di
peliharakan Allaha Taa’laya barang yang dalamnya dan makin
bertambah lebat segala buah-buahan yang dalam tanaman itu daripada
buah delima dan zaitun dan anggur dan kurma dan bagus sebagainya
daripada segala buah-buahan dengan berkat kemuliaan Yusuf A’layaha
Al Salama dan adapun apabila berhenti Yusuf daripada merumput itu
maka berdirilah ia sembahyang. Adalah kerjaan itu di bahagi tiga,
sebahagi ia sembahyang dan sebahagi ia merumput dan sebahagi ia
menangis demikianlah kerjanya pada tiap-tiap hari dan apabila hangat
panas matahari maka bernaunglah ia di bawah naung daun kayu itu. Maka
hairanlah Zulaikha melihat kerjaan Yusuf terlalu amat baik.
Hataya
maka daripada sehari kepada sehari makin bertambah-tambah jua berahi
Zulaikha kepada Yusuf A’layaha Al Salama. Maka Yusuf pun merumput
tanaman itu gilang gemilang cahaya pipinya oleh sinar matahari itu
makin menambahi elok rupanya jua bercahaya-cahaya warna mukanya
tetapi adalah berahi Zulaikha akan Yusuf itu terlalu sangat maka di
sembunyinya melainkan di pandang oleh inang pengasuhnya tubuhnya jua
makin sangat kurus dan lakunya bersalahan daripada sediakala. Maka
kata inang pengasuhnya “Hai tuan puteri, adakah suatu penyakit pada
tubuh tuan hamba kerana kulihat tiada seperti sediakala manakah tubuh
yang halus jadi latalah ia dan manakah rambut yang ikal jadi kusutlah
ia dan tubuh yang sederhana pun menjadi kurus. Oleh apalah maka jadi
demikian ini katakanlah kepada ibu kiranya”.
Maka
sahut Zulaikha “Ibuku sekaranglah kukatakan ia kepada ibuku.
Bahawasanya tiada harus kusembunyikan barang yang di dalam hatiku
melainkan kuceritakan ia kepada ibuku. Adapun akan penyakitku ini
kerana berahiku melainkan kuceritakan Yusuflah tetapi adalah ia
kepada aku hingga jadi berselisihlah dalam hatiku seperti kelompong
tatkalanya sudah masak”. Maka kata inang pengasuhnya “Hai
penghulu segala perempuan, mengapa selamanya ini tiada mahu tuan
berkata benar kepada ibu. Sungguhpun tuan bersuami akan A’ziz Mesir
itu tiada seperti adat orang berlaki isteri”. Maka sahut Zulaikha
“Sebab pun selamanya tiada mahu aku berkata benar kepadamu kerana
adalah kamu sekelian orang muda. Takut aku bahawasanya Yusuf berahi
akan kamu kerana segala perdira aku ini baik-baik belaka rupanya.
Siapa tahu kamu sekelian pun berahi akan dia seperti berahiku ini”.
Maka inang pengasuhnya pun menebah dadanya sambil tertawa katanya
“Wahai jika kami berahi akan dia sekalipun masakan ia mahu akan
kami kerana kulihat akan Yusuf itu seperti orang menaruh dukacita di
dalam hatinya lagi pun amat betul perangainya”.
Maka
kata Zulaikha “Hai ibuku, adalah suatu bicaraku hendak kusuruh
perbuat sebuah mahligai empat persegi daripada marjan yang merah dan
hijau dan kuning, tiangnya daripada kayu cendana dan gaharu dan
dindingnya daripada kaca yang berbagai-bagai warna”. Hataya maka di
suruh inang segala utas-utas perbuat sebuah mahligai empat persegi
seperti kehendak Zulaikha itu. Antara berapa hari di kerjakan orang
maka istana itupun sudahlah. Maka di suruh Zulaika perbuat diwala
mahligai itu daripada batu rawakhom dan adalah rupa dinding mahligai
itu seperti cermin yang sudah terupam. Apabila kena sinar matahari
gemerlapan rupanya di pandang orang dan adalah pegawainya daripada
emas dan perak dan atapnya daripada gada yang di sendi dengan tulang
gajah meta dan dindingnya daripada marjan dan yaakut yang berbagai
warnanya dan di dalamnya suatu geta yang keemasan di dalam suatu
bilik dindingnya daripada kaca. Maka di perbuatnya di atas geta itu
suatu kubah daripada perak dan pintu bilik itu daripada emas. Maka di
hamparinya di atas geta itu daripada hamparan zibaj yang amat halus
di tambunnya pada penjuru bilik itu emas dan perak dan permata
bertambun-tambun.
Hataya
maka Zulaikha pun berhiaslah dengan pakaian yang indah-indah seperti
perhiasan perempuan yang hendak kahwin rupanya. Maka duduklah ia di
atas geta itu lalu di suruhnya panggil Yusuf A’layaha Al Salama
maka Yusuf pun datang lalu duduk di hadapan Zulaikha. Setelah di
lihatnya akan Yusuf lalu Zulaikha berbangkit menutup segala pintu
mahligai dan adalah mahligai itu beberapa puluh dian dan pelita yang
terpasang maka di timpanya oleh cahaya dian dan pendil itu pada
dinding bilik. Maka kenalah sinar itu kepada tubuh Zulaikha maka
makin bertambah-tambah rupa Zulaikha. Hataya maka duduklah Zulaikha
di atas geta itu lalu di serunya akan Yusuf maka Yusuf pun datang
hampir kepadanya.
Maka
di lihat Zulaikha berhias memakai daripada pakaian yang indah-indah
maka kata Yusuf “Kerana apa tuan hamba hias mahligai ini tiada
kulihat A’ziz di dalamnya” maka sahut Zulaikha “Akan apa
gunanya A’ziz itu kau sebut di sini. Bahawa adalah engkau terlebih
patut daripadanya duduk sertaku di dalam mahligai ini dan di dalam
perhiasan ini engkau kekasihku” seperti firman Allaha Taa’laya Wa
Waawadataha Alataya Hawa Faya Bayanahaa A’na Nafasaha Wa Gholaqota
Al Abawaaba Wa Qoalata Hayata Laka Qoala Maa’ada Allaha Anaha
Rabaya Ahasana Matsawaaya Anaha Laa Yafalaha Al Zhoalamawana Tatkala
di kehendaki Zulaikha akan Yusuf maka di tutupinya oleh Zulaikha
segala pintu mahligai maka kata Zulaikha “Hai Yusuf marilah engkau
hampir kepada aku kerana kita bersuka-sukaan”.
Maka
sahut Yusuf “Berlindung aku kepada Allaha Taa’laya daripada
demikian itu. Bahawa tuanku A’ziz tebus daku adalah janjinya hendak
bermulia daku. Betapa kuberbuat khianat pada isi rumahnya. Tiadalah
aku daripada orang yang setiawan bahawasanya tiada berbahagia orang
yang berbuat baik kepadanya”. Kata Kaa’ba Al Ahabaara adalah
makna hayata
lagi
dikata Zulaikha itu “Marilah engkau kepada aku kerana sudah berhias
jabatlah olehmu tubuhku”. Setelah di dengar Yusuf kata Zulaikha itu
baharulah ia tahu akan kehendak hati Zulaikha itu lalu gementar
segala sendi tulangnya pada ketika itu seperti firman Allaha Taa’laya
Wa
Lamaa Balagho Ashadaha Atayanaaha Hakamaa Wa A’lamaa.
Adapun Ashadaha itu antara delapan belas tahun hingga sampai kepada
tiga puluh tahun dan adalah umur Yusuf pada ketika itu delapan belas
tahun.
Setelah
Yusuf mendengar Zulaikha maka sahutnya “Tiada mahu kumengikut
kehendakmu itu kerana takut akan tuhan yang meluputkan daku daripada
kejahatan segala saudaraku”. Kata yang empunya cerita di dalam
Yusuf berkata-kata dengan Zulaikha itu sebagai di simpul rambut
kepalanya dengan berapa simpul. Zulaikha pun berkata kepada Yusuf
dengan perkataan yang lemah lembut dan haraplah ia di ikut oleh Yusuf
seperti kehendaknya itu dari kerana sangat berahinya. Maka kata
Zulaikha “Hai Yusuf terlalu elok kedua matamu itu. Tilik apalah
olehmu akan daku” maka sahut Yusuf “Adalah kedua mataku ini
terdahulu hancur ia di dalam kuburku”. Maka kata Zulaikha “Hai
Yusuf amat elok segala antara keningmu” maka sahut Yusuf “Ialah
yang pertama buruk di dalam kuburku”. Maka kata Zulaikha “Sebab
apa maka amat elok rupamu itu. Bahawasanya ialah yang memberi binasa
hatiku. Hai Yusuf, hingga jadi kuruslah tubuhku sebab berahi akan
dikau” maka sahut Yusuf “Syaitanlah yang memberi was was akan
dikau maka daripada demikian itu”.
Maka
kata Zulaikha “Mari apalah engkau hampir kepada aku supaya
sukacitalah di dalam hatiku” maka sahut Yusuf “A’ziz lah yang
terlebih patut hampir kepadamu”. Maka kata Zulaikha “Jikalau mahu
engkau bersenda gurau dengan daku biarlah aku di bunuh akan A’ziz
Mesir itu” maka sahut Yusuf “Takut aku luput daripada pahala
akhirat”. Maka kata Zulaikha “Hai Yusuf, hantarkan apalah
tanganmu atas dadaku supaya hilang penyakit berahiku di dalam hatiku”
maka sahut Yusuf “Takut aku kekang di dalam neraka”. Maka sahut
Zulaikha “Jika mahu kiranya engkau menjabat tubuhku nescaya
kuberilah akan dikau daripada emas dan perak yang ada pada aku itu
maka belanjakanlah olehmu akan dia supaya di ampuni oleh tuhanmu yang
di langit akan dikau” maka sahut Yusuf “Bahawasanya yang demikian
itu terlebih banyaklah ia daripada tuhanku di dalam syurga lagi amat
kekal adanya”. Maka kata Zulaikha “Telah sunyikan ia daripada
segala manusia marilah engkau hampir kepadaku supaya nyaman hatiku
dengan dia” maka sahut Yusuf “Siapa menutupi kecelaanku lain
daripada tuhanku”.
Kata
yang empunya cerita setelah di lihat Zulaikha tiada mahu Yusuf
mengikut katanya maka iapun berbangkit lalu di tariknya tangan Yusuf
naik ke atas geta duduk sertanya. Maka katanya “Perbuatlah olehmu
seperti laki-laki atas perempuan” maka sahut Yusuf “Takut aku di
perbuat Allaha Taa’laya dengan seksa yang amat pedih di dalam
akhirat jua”. Kata Abana Masaa’wada sabda rasul Allaha Sholaya
Allaha A’layaha Wa Salama adalah pada ketika itu di buangkan oleh
Zulaikha segala pakaian hingga timbullah berahi di dalam hati Yusuf
A’layaha Al Salama kerana melihat keelokkan rupa Zulaikha itu
seperti firman Allaha Taa’laya Wa
Laqoda Hamata Baha Wa Hama Bahaa Lawalaa Ana Raaya Barahaana Rabaha
Kazalaka Lanashorafa A’naha Al Sawaa Wa Al Fahashaa Anaha Mana
A’baadanaa Al Makholashoyana
Telah di cita oleh Zulaikha akan Yusuf dan cita oleh Yusuf pula akan
Zulaikha dengan jimak. Jikalau tiada di lihat tanda daripada tuhannya
nescaya di perbuatnyalah yang demikian itu maka kami palingkan ia
daripada berbuat khianat akan tuannya dan akan kejahatan zina dan
adalah ia daripada hamba kami yang amat ikhlas akan kebesarannya
kudrat kami.
Kata
Kaa’ba Al Ahabaara radhoya Allaha a’naha jikalau di kerjakannya
oleh Yusuf perbuatan zina itu nescaya gugurlah ia pada pangkat
nubuatnya tetapi bahawasanya adalah ia daripada orang yang takut akan
Allaha Taa’laya dan sangat ikhlas daripada kebesarannya tuhan alam
sekelian dan yakin ia akan kemuliaan negeri akhirat maka
terpeliharalah ia daripada kejahatan zina. Kata Sheikh Najama Al
Dayana Rahamata Allaha A’layaha ialah yang empunya kitab tafsir
Kashaf tersebut di dalamnya dari kerana bahawasanya adalah Yusuf itu
amat tulus hatinya akan keadaan zat Allaha Taa’laya dan akan
seksanya dan ialah yang sebenar-benar anbia lagi anak segala nabi
yang turun temurun daripada seorang nabi kepada seorang nabi maka
terpeliharalah ia daripada kejahatan zina. Kata Wahaba dan Maqoatala
adalah tanda yang di lihat oleh Yusuf daripada tuhannya itu bahawa di
lihat rupa bapanya Yaaqub dan kata setengah a’lama di lihatnya
segala rupa saudaranya.
Kata
Abana A’baasa telah di lihat Yusuf tersurat pada tangannya Asama
Al Aa’zhoma
maka tatkala di lihatnya akan tanda itu lalu iapun segera bangkit
lari ke pintu hendak keluar seperti firman Allaha Taa’laya Wa
Asatabaqoa Al Baaba Wa Qodata Qomayashoha Mana Dabara Wa Al Fayaa
Sayadahaa Ladaya Al Baaba
Dan berdahulu-dahuluanlah keduanya seorang hendak membuka pintu dan
seorang hendak mengatup dia maka terdahululah Yusuf daripada Zulaikha
maka lalu di pegangnya oleh Zulaikha baju Yusuf daripada pihak
belakangnya maka jadi cariklah baju Yusuf dari belakangnya. Maka pada
ketika itu berdampaklah keduanya dengan A’ziz Mesir hendak masuk ke
dalam mahligainya. Maka kata Zulaikha pada suaminya Qothofayara
seperti firman Allaha Taa’laya menceritakan akan dia kepada nabi
Mahamada Qoalata
Maa Jazaa Mana Araada Baahalaka Sawaa Alaa Ana Yasajana Awa A’zaaba
Alayama ertinya
kata Zulaikha akan suaminya “Apa balasnya orang yang hendak berbuat
khianat pada isi rumahmu itu melainkan di penjarakan akan dia atau di
seksa dengan seksa yang amat pedih”.
Maka
berkata Yusuf “Tiada aku menghendaki dia dan tetapi adalah ia jua
yang menghendaki daku dan di suruhnya panggil akan daku. Adakah
pernah kau lihat selama aku diam di dalam Mesir ini aku berbuat kerja
jahat”. Hataya maka marahlah Qothofayara akan Yusuf lalu di
hunusnya pedang hendak membunuh Yusuf katanya “Apa kebenaranmu hai
Yusuf engkau katakan tiada salahmu itu” maka sahut Yusuf seperti
firman Allaha Taa’laya Qoala
Haya Raawa Datanaya A’na Nafasaya Wa Shahada Shaahada Mana Ahalahaa
Ana Kaana Qomayashoha Qoda Mana Qobala Fashodaqota Wa Hawa Mana Al
Kaazabayana ertinya
kata Yusuf “Apa jua yang hendaki daku tanya olehmu kepada yang di
dalam rumahnya. Ialaha yang jadi saksi bagiku”. Maka kata
Qothofayara “Siapa yang di dalam rumah itu” maka sahut Yusuf
“Seorang kanak-kanak yang di dalam buaiannya”.
Hataya
maka ajaiblah Qothofayara mendengar kata Yusuf itu lalu di suruhnya
bawa kanak-kanak itu ke hadapan Qothofayara. Maka Qothofayara berkata
kepada kanak-kanak itu “Hai Gholaama, bahawa engkau di dirikan
Yusuf akan jadi saksi antara Yusuf dengan Zulaikha”. Hataya setelah
di dengar oleh kanak-kanak itu kata Qothofayara maka di buangkan oleh
kanak-kanak itu susu ibunya daripada mulut katanya “Jika carik baju
Yusuf dari hadapannya Zulaikha dan berdustalah Yusuf dan jika carik
baju Yusuf dari belakang benarlah Yusuf dan berdustalah Zulaikha”.
Maka tatkala di dengar oleh Qothofayara kata kanak-kanak itu maka
tiadalah jadi di bunuhnya akan Yusuf serta ia menggelengkan kepalanya
kerana hairannya kanak-kanak yang tiada patut berkata-kata tiba-tiba
tahu berkata-kata dengan lidahnya yang fasih.
Kata
Abana A’baasa adalah akan kanak-kanak yang berkata-kata itu empat
orang, suatu anak saudara Zulaikha jadi saksi Yusuf A’layaha Al
Salama. Kedua Maasathoha anak Firaun, ketiga sahabat Jarayaja seorang
rahib, keempat A’yasaya anak Mariam A’layaha Al Salama.
Falamaa
Raaya Qomayashoha Qoda Mana Dabara Qoala Anaha Mana Kayada Kana Ana
Kayada Kana A’zhoyama
Maka tatkala di lihat Qothofayara baju Yusuf carik dari belakangnya
maka berpalinglah ia kepada Zulaikha katanya “Yaa Rasa, sekali lagi
membunuh Yusuf dengan upayamu jua. Bahawasanya adalah upaya perempuan
itu amat besar tipunya dan dayanya”. Maka kata Qothofayara kepada
Yusuf seperti firman Allaha Taa’laya Yawasafa
Aa’radho A’na Hazaa Wa Asataghofaraya Lazanabaka Anaka Kanata
Mana Al Khoathoyana
“Hai Yusuf berpalinglah engkau daripada perkataan ini. Jangan kau
katakan pada seorang juapun” dan katanya “Hai Zulaikha, minta
ampunlah kepada aku daripada dosamu itu. Bahawasanya adalah engkau
daripada orang yang berdosa”.
Hataya
sudah Qothofayara berkata demikian itu maka ia keluarlah daripada
tempat itu maka datang pula Zulaika kepada Yusuf katanya “Sebagaimana
kuperbuat akan dikau hai Yusuf. Jikalau tiada mahu engkau menurut
kataku nescaya kusuruh bunuh akan dikau pada A’ziz”. Maka sahut
Yusuf A’layaha Al Salama “Tiadakah kau lihat betapa di luputkan
Allaha Taa’laya akan daku daripada kejahatanmu. Naik saksi atasku
kanak-kanak yang baharu jadi”. Kata Kaa’ba dan Sayadaya maka di
kehendaki Zulaikha pula akan Yusuf sekali lagi di suruhnya panggil ke
mahligainya maka tiada mahu Yusuf mengikut katanya.
Maka
kata Zulaikha “Hai Yusuf, jikalau tiada mahu engkau mengikut kataku
nescaya kusuruh penjarakan akan dikau pada A’ziz maka jadilah
engkau itu daripada orang yang terhina”. Tatkala di dengar oleh
Yusuf kata Zulaikha demikian itu maka katanyan”Hai tuhanku, penjara
itu bahawasanya terbaiklah ia kepadaku daripada di serunya oleh
Zulaikha akan daku kepadanya”. Maka di kabulkan Allaha Taa’laya
pinta Yusuf A’layaha Al Salama dan peliharanya akan dia daripada
berbuat kerja yang fasik. Bahawasanya ia jua tuhan yang amat
memeliharakan bagi barang siapa yang di kehendakinya.
Al
kisah peri menyatakan segala perempuan yang bersiat jari tangannya.
Kata Kaa’ba Al Ahabaara radhoya Allaha a’naha maka tatkala di
dengar oleh segala perempuan daripada isteri Qibtiah dan A’malaqoha
akan perbuatan Zulaikha berahi akan hambanya Yusuf itu. Maka di cerca
oleh mereka itulah akan dia dan kata mereka itu “Adalah isteri
A’ziz Mesir berahi akan hambanya lain daripada suaminya A’ziz
Mesir itu. Bahawa kita lihatlah apa kesudahannya demikian itu”.
Maka segala kata mereka itu pun terdengar kepada Zulaikha seperti
firman Allaha Taa’laya Wa
Qoala Nasawata Faya Al Madayanata Amaraata Al A’zayaza Taraawada
Fataahaa A’na Nafasaha Qoda Shaghofahaa Habaa Anaa Lanaraahaa Faya
Dholaala Mabayana Dan
berkatalah segala perempuan itu sama sendirinya daripada perempuan
isi negeri itu “Bahawa adalah perempuan A’ziz itu berahi akan
hambanya Yusuf belahlah hatinya daripada sangat berahinya akan dia.
Kita lihatlah apa sudahnya yang amat nyata”.
Telah
di dengar Zulaikha akan katanya mereka itu lalu di suruhnya panggil
mereka itu sekeliannya seperti firman Allaha Taa’laya Falamaa
Samaa’ta Bamakara Hana Arasalata Alayahana Wa Aa’tadata Lahana
Matakaa Wa Atata Kala Waahadata Manahana Sakayanaa Wa Qoalata
Akhoraja A’laya Hana Falamaa Raayanaha Akabaranaha Wa Qothoa’na
Ayadaya Hana Wa Qolana Haasha Lalaha Maa Hazaa Basharaa Ana Hazaa
Alaa Malaka Karayama
Maka tatkala di dengar oleh Zulaikha kata segala perempuan itu maka
lalu di suruhnya panggil mereka itu kepada majlis maka di berinya
akan mereka itu seorang sebiji limau manis dan sebilah sakayana. Maka
mereka itupun masing-masing mengupas limau manis hendak di makannya
maka kata Zulaikha kepada Yusuf “Keluarlah engkau kepada mereka
itu”. Maka Yusuf pun keluarlah maka mereka itupun memandang kepada
Yusuf maka tatakala di lihatnya oleh segala perempuan itu rupa Yusuf
A’layaha Al Salama maka kata mereka itu “Haasha
Lalaha Kajawaala Allaha Taa’laya
Bukannya ia ini manusia melainkan malaikat yang amat mulia jua itu”
maka tersiatlah tangannya mereka itu sekelian.
Kata
Abana A’baasa adalah adat mereka itu di dalam negeri Mesir apabila
hendak berjamu segala jamunya makan pertama di berinya mereka itu
akan jamunya makan limau manis dengan air madu. Maka tatkala mereka
itu di dalam mengupas limau manis itu kata Zulaikha “Hai Yusuf,
keluarlah engkau kepada mereka itu dengan suka tertawa atas mereka
itu” maka Yusuf keluar serta ia tersenyum. Maka tatkala di lihat
mereka itu akan rupa Yusuf itu maka lupalah mereka itu akan dirinya
hingga tersiatlah jari mereka itu dan mata mereka itu masih memandang
kepada Yusuf jua hingga berdarahlah tangan mereka itu dan kata mereka
itu jua “Kajawaala
Allaha
bukannya ia ini manusia melainkan malaikat yang amat mulia jua”.
Maka
kata Zulaikha mendapatkan kata mereka itu “Adalah kamu cerca akan
daku betapa sekarang kamu lihat rupa Yusuf itu” maka sahut mereka
itu “Sungguhlah seperti katamu hai penghulu kami. Tiadalah dapat
kami permudahkan hatimu pada mengasih dia”. Maka terpeliharalah
Zulaikha daripada kata mereka itu dari kerana inilah kehendak
Zulaikha daripada yang demikian itu kerana mendapat kata mereka itu
jua seperti firman Allaha Taa’laya Qoalata
Fazalakana Alazaya Lamatananaya Fayaha Wa Laqoda Raawadataha A’na
Nafasaha Faasataa’shoma Wa Lana Lama Yafaa’la Maa Amaraha
Layasajanana Wa Layakawanaa Mana Al Shoaghorayana
ertinya kata Zulaikha pada mendapat kata mereka “Itulah sahayaku
yang kamu cerca akan daku sangat kasih akan dia” maka sahut mereka
itu “Tiadalah kami mudahkan hatimu hai penghulu kami terlalu elok
sekali rupa Yusuf ini”.
Arakian
setelah di dengar Qothofayara akan perbuatan Zulaikha demikian maka
lalulah ia katanya “Jikalau tiada daku penjarakan akan Yusuf ini
nescaya besarlah pekerjaannya tiada dapat tiada beroleh kecelaanlah
aku dengn dia dan adalah ia pada ketika itu daripada orang yang
hina”. Maka tatkala di dengar Yusuf kata Qothofayara itu maka
sembahyanglah ia “Ya tuhanku, bahawasanya kasihlah ia aku di
masukkan orang akan daku ke dalam penjara daripada akan di serunya
akan daku kepadanya” firman Allaha Taa’laya Qoala
Raba Al Sajana Ahaba Alaya Mamaa Yadaa’wa Nanaya Alayaha Wa Alaa
Tashorafa A’naya Kayada Hana Ashoba Alaya Hana Wa Akana Mana Al
Jaahalayana
Maka sembah Yusuf “Hai tuhanku, penjara itu terbaik kepadaku
daripada di serunya akan daku kepadanya. Jikalau tiada kau penjarakan
akan daku pun palingkanlah olehmu akan daku daripada mengikut katanya
dan jika kuikut katanya nescaya adalah aku daripada orang yang jahil.
Kata
Wahaba dan Maqoatayala tatkala sudah kembali segala perempuan yang
bersiat tangannya itu ke rumahnya maka di panggil Zulaikha akan Yusuf
A’layaha Al Salama katanya “Hai Yusuf, mahukah engkau mengikut
kataku atau mahukah kuseksa di dalam penjara serta segala orang yang
di dalamnya”. Maka Yusuf tunduk seketika kemudian sahutnya “Mahulah
aku masuk ke dalam penjara daripada aku mengikut katamu”. Setelah
di dengar Zulaikha kata Yusuf itu maka iapun terlalu amat marah akan
Yusuf lalu ia berkata kepada Qothofayara “Hai A’ziz, telah kita
tebus seorang kanak-kanak yang tiada memberi manafaat pada kita.
Suatu juapun telah kusuruh akan dia menunggu tanamanku pada suatu
pekerjaan tiada mahu di ikutnya kataku dan tiada mahu makan segala
makanan kita melainkan kerjanya duduk berdiri dan sujud jua kerjanya.
Tiada ia makan dan minum hingga kuruslah tubuhnya baiklah A’ziz
suruh penjarakan akan dia”.
Maka
kata Qothofayara “Benarlah katamu itu” lalu di suruh bawa Yusuf
ke dalam penjara seperti firman Allaha Faasatajaaba
Laha Rabaha Fashorafa A’naha Kayada Hana Anaha Al Samayaa’ Al
A’layama. Tsama Badaa Lahama Mana Baa’da Maa Raawaa Al Ayaata
Layasajananaha Hataya Hayana Maka
di kabulkan Allaha Taa’laya doa Yusuf dan di palingkannya daripada
upaya mereka itu. Bahawasanya ia tuhan yang amat mendengar pinta
hambanya lagi amat tahu akan ehwal mereka itu. Kelakian maka Yusuf
pun di bawa oranglah ke dalam penjara maka di suruh oleh Zulaikha
orang pergi pada penghulu penjara itu mengatakan “Hendaklah jangan
kau berkata-kata dengan Yusuf itu dan kenakan oleh kamu rantai dan
belenggu akan dia dan dudukkan oleh kamu akan dia pada tempat yang
picak”. Hataya maka mereka itu di perbuatlah seperti suruh Zulaikha
dan di hantarnya pada tiap-tiap hari sebuah roti dan suatu bekas air
akan Yusuf A’layaha Al Salama.
Hataya
maka warit yang demikian itupun kedengaranlah kepada Qothofayara akan
Yusuf di kenakan orang rantai dan belenggu akan dia maka marahlah
Qothofayara akan Zulaikha lalu di suruhnya lepaskan Yusuf daripada
rantai dan belenggunya. Maka di lepas oranglah akan dia dan di suruh
Qothofayara “Dudukkan Yusuf pada tempat yang luas dan hampari
olehmu dengan hamparan yang mulia. Jikalau jangan kiranya takut akan
jauh hati Zulaikha nescaya kusuruh kepaskan Yusuf dari dalam penjara
itu”.
Hataya
maka Jibril A’layaha Al Salama pun datang kepada Yusuf dengan titah
Allaha Taa’laya maka di kenal Yusuf akan dia itu Jibril. Maka
katanya “Hai saudaraku orang memberi takut, apa sebabnya maka
datang engkau kepada tempat orang yang berdosa ini” maka sahut
Jibril “Hai anak orang yang amat suci, bahawasanya tuhanmu berkirim
salam kepadamu. Firmannya telah kuanugerahi akan dikau ilmu dan
hikmat dan mengetahui akan takbir mimpi maka sabarkan olehmu atas
qodha Allaha Taa’laya. Firmannya adalah bapakau itu daripada orang
yang shidiq”. Setelah sudah Jibril mengajarkan Yusuf takbir mimpi
itu maka ia naiklah ke langit hataya maka Yusuf pun tahulah akan
takbir mimpi dan ilmu dan hikmat yang amat sempurna. Maka Qothofayara
pun sebagai jua menyuruhkan orang menghantarkan makanan akan Yusuf
A’layaha Al Salama ke dalam penjara maka makanlah Yusuf serta
mereka itu maka amat kasihlah segala orang yang di dalam isi penjara
itu akan Yusuf A’layaha Al Salama.
Kisah
tatkala di masukkan orang Saaqoya dan Habaaza ke dalam penjara itu
dengan surat Maalaka Al Rayaana abana Walayada seperti firman Allaha
Taa’laya Wa
Dakhola Maa’ha Al Sajana Fatayaana Qoala Ahada Hamaa Anaya Araanaya
Aa’shora Khomaraa Wa Qoala Al Akhora Anaya Araanaya Ahamala Fawaqo
Raasaya Khobazaa Taakala Al Thoyara Manaha Nabaanaa Ba Taawayalaha
Anaa Naraaka Mana Al Mahasanayana. Qoala Laa Yaataya Kamaa Thoa’ama
Tarazaqoa Naha Alaa Nabataa Takamaa Ba Taawayalaha Qobala Ana Yaataya
Kamaa Zalakamaa Mamaa A’lamanaya Rabaya Anaya Tarakata Malata
Qowama Laa Yawamanawana Ba Allaha Wa Hama Ba Al Akhorata Hana
Kaafarawana
ertinya maka di masukkan oranglah Yusuf ke dalam penjara serta dua
orang laki-laki yang muda masuk sertanya. Maka kata salah seorang
daripada keduanya kepada Yusuf “Telah kulihat di dalam mimpiku
seolah-olah adalah aku berbuat tuak” dan kata yang kedua
“Bahawasanya telah kulihat di dalam mimpiku seolah-olah kujunjung
suatu tabak berisi roti atas kepalaku. Tiba-tiba di sambarnya oleh
burung akan dia. Ceritai olehmu akan daku apa takbirnya hai orang
yang muda muka yang amat elok”.
Maka
sahut Yusuf kepada keduanya “Tiada jua datang atas kamu kedua
sesuatu makanan yang kamu makan akan dia melainkan kuberi tahu akan
kamu dahulu daripada datang takbirnya atas kamu kedua barang yang di
anugerahkan Allaha Taa’laya akan daku dengan wahaya dan ilham.
Bahawasanya kulihat beberapa kaum tiada percaya mereka itu akan
Allaha Taa’laya mereka itu kafir akan dia di dalam akhirat”. Wa
Atabaa’ta Malata Abaaya Abaraahayama Wa Asahaqo Wa Yaa’qowaba Maa
Kaana Lanaa Ana Nasharaka Ba Allaha Mana Shaya Zalaka Mana Fadhola
Allaha A’layanaa Wa A’laya Al Naasa Wa Lakana Akatsara Al Naasa
Laa Yashakarawana
“Dan telah kuikutlah agama bapa Ibrahim dan Ishaq dan Yaaqub. Tiada
segianya bagi kami menyengutukan Allaha Taa’laya dengan sesuatu
juapun demikian itulah yang dianugerahkan Allaha Taa’laya akan kami
dan atas segala manusia dan tetapi kebanyakan daripada mereka itu
tiada syukur akan segala nikmatnya”.
Yaa
Shoahabaya Al Sajana Arabaaba Matafaraqowana Khoyara Ama Allaha Al
Waahada Al Qohaara. Maa Taa’badawana Mana Dawanaha Alaa Asamaa
Samayatamawahaa Anatama Wa Abaawa Kamaa Maa Anazala Allaha Bahaa Mana
Salathoana Ana Al Hakama Alaa Allaha Amara Alaa Taa’badawaa Alaa
Ayaaha Zalaka Al Dayana Al Qoyama Wa Lakana Akatsara Al Naasa Laa
Yaa’lamawana “Hai
yang sama dengan daku di dalam penjara bahawasanya tuhan yang
terbilang-bilang itukah baik atau Allaha Sabahaanaha Wa Taa’laya
tuhan yang esa keesaannya pada zatnya dan segala sifatnya dan segala
afa’alnya lagi amat qohar itukah baik. Bahawasanya ia jua tuhan
yang kamu sembah tiada lain daripadanya maka adalah berhala yang kamu
sembah itu nama yang kamu namakan akan dia dengan sangka kamu itu jua
maka kamu ikutlah sangka ibubapa kamu yang dahulu kala itu tiada di
turunkan Allaha Taa’laya atas kamu hujah dengan dia tiada ada hukum
pekerjaan segala hamba itu melainkan bagi Allaha Taa’laya jua”.
Yaa
Shoahabaya Al Sajana Amaa Ahada Kamaa Fayasaqoya Rabaha Khomaraa Wa
Amaa Al Akhora Fayasholaba Fataakala Al Thoyara Mana Raasaha Qodhoya
Al Amara Alazaya Fayaha Tasatafatayaana. Wa Qoala Lalazaya Zhona
Anaha Naaja Mana Hamaa Azakaranaya A’nada Rabaka Faanasaaha Al
Shayathoana Zakara Rabaha Falabatsa Faya Al Sajana Badhoa’ Sanayana
“Hai
yang sama dengan daku di dalam penjara adapun akan Saaqoya itu lagi
akan kembali engkau pada pekerjaanmu memegang minuman raja seperti
adatmu dahulu jua lagi di tambahi raja kemuliaan akan dikau dan
adapun akan Khobaaza itu lagi akan di sulakan orang akan dikau maka
di pagut oleh burunglah kepalamu”. Kata Khobaaza “Berdustalah aku
mimpiku itu” maka sahut Yusuf “Putuslah hukum barang yang telah
kukatakan ia atas kamu kedua itu”. Kemudian maka kata Yusuf kepada
Saaqoya “Persembahkan olehmu kepada Maalaka Rayaana adalah aku
niayai oleh oranglah akan daku ke dalam penjara dengan tiada dosaku”.
Hataya maka di lupakan oleh syaitan akan Saaqoya daripada
menyampaikan pesan Yusuf kepada Maalaka Rayaana itu maka adalah umur
Yusuf di dalam penjara tujuh tahun.
Kata
Kaa’ba Al Ahabaara radhoya Allaha a’naha adalah Saaqoya itu
Sharahayaa dan Khobaaza itu namanya Sharahayaa. Pada suatu hari
muafakat Saaqoya dengan Khobaaza hendak meracun Maalaka Rayaana
hataya maka di angkatnya persantapan raja yang sudah di bubuhnya
racun di dalamnya ke hadapan Maalaka Rayaana. Maka Maalaka Rayaana
pun hendak makanlah akan makanan itu maka sembah Saaqoya “Jangan
tuanku santap makanan itu kerana ada dalamnya racun di bubuh oleh
Khobaaza akan dia”. Setelah Maalaka Rayaana mendengar sembah
Saaqoya itu maka tiadalah jadi di makannya akan makanan itu maka
titah Maalaka Rayaana “Dusta engkau ini” maka sembah Saaqoya
“Sungguh tuanku jika tiada percaya tuanku berilah makanan itu
kepada anjing”. Hataya maka di suruh Maalaka Rayaana beri makanan
itu kepada anjing maka pada ketika itu jua anjing itupun matilah.
Hataya
maka murkalah Maalaka Rayaana akan keduanya lalu di suruhnya masukkan
keduanya ke dalam penjara. Maka Saaqoya pun bermimpi pada malam itu
lalu di ceritakannya kepada segala orang isi penjara itu maka kata
mereka itu “Adalah kepada kami seorang laki-laki terlalu amat elok
rupanya baharu di masukkan orang ke dalam penjara. Ialah yang amat
tahu akan takbir mimpi”. Hataya maka Saaqoya pun pergi kepada Yusuf
maka di lihatnya Khobaaza pun ada hadir di sana maka kata Saaqoya
“Hai orang muda yang amat elok, adalah aku bermimpi semalam itu
tetapi setengahnya itu lupalah aku akan dia. Takbirkan olehmu hai
orang muda yang amat elok”. Maka sahut Yusuf “Katakanlah olehmu
barang yang kau ingat akan dia itu” maka kata Saaqoya “Telah
kulihat di dalam mimpiku seolah-olah adalah aku di dalam suatu
tanaman yang ada di dalamnya banyak pohon anggur sekadar inilah yang
kuingat hai orang muda”.
Maka
kata Yusuf “Tiadakah kau ambil tiga ranting buah anggur itu maka
kau perah di dalam suatu bekas maka adalah kau lihat seolah-olah raja
pun ada duduk di atas geta di dalam tanaman itu jua. Maka lalu kau
unjukkan piala itu kepada tangan raja maka ambil raja lalu di
minumnya akan dia maka sukacitalah yang demikian itu”. Maka kata
Saaqoya “Demi Allaha, tiadalah bersalahan mimpiku itu seperti yang
kau katakan itu maka takbirkan olehmu akan dia”. Maka kata Khobaaza
kepada Yusuf “Hai orang muda, aku pun bermimpi pada suatu malam
seperti demikian jua” maka sahut Yusuf “Katalah olehmu akan dia”.
Maka kata Khobaaza “Seolah-olah kulihat di dalam mimpiku adalah
bermasak santapan raja di dalam tiga buah ganahawara maka pada suatu
ganahawara merah warnanya maka kedua ganahawara kuning warnanya pada
ketiga buah ganahawara hitam warnanya. Maka seolah-olah kujunjung
roti itu kepada raja tiba-tiba seekor burung lalu di sambarnya di
atas kepalaku serta katanya “Hai Khobaaza akulah burung dari atas
langit”. Maka adalah pada ketika itu banyak segala manusia melihat
kepadanya. Inilah mimpiku hai orang muda yang amat elok”.Maka kata
Yusuf “Sejahat-jahat mimpi yang kau lihat itu” maka lalu Yusuf
pun memberi nasihat akan mereka itu seperti yang di ceritakan akan
Allaha Taa’laya di dalam Qoraana yang maha mulia itu.
Hataya
setelah itu maka kata Yusuf kepada Saaqoya “Adapun tanaman yang kau
lihat itulah perbendaharaan raja lagi akan di serahkan raja ia
kepadamu dan yang kau perah anggur pada suatu bekas itu iaitu
tetaplah engkau pada jabatanmu memegang persantapan raja seperti yang
dahulu lagi jadi penghulu perbandaharaan dan raja tiga hari lagi di
keluarkan oranglah akan dikau dan di persalin rajalah akan dikau
dengan pakaian yang mulia dan di serahkannya perbandaharaan raja di
dalam tanganmu dan adapun akan Khobaaza itu adalah ia diam tiga hari
di dalam penjara maka pada hari yang keempat di keluarkan oranglah
akan dikau dan di cincang oleh oranglah batang lehermu kemudian di
sulakan orang pula kepalamu dan ketika itu di lihat oleh segala
manusialah akan dikau dan pagut burunglah kepalamu demikian itu
takbirnya”.
Maka
kata Khobaaza “Berdustalah aku tiada aku melihat sesuatu jua pun di
dalam tidurku. Jangan apalah sempena daku akan dengan kejahatan”maka
kata Yusuf A’layaha Al Salama “Qodhoya Al Amara Alazaya Fayaha
Tasatafatayaana Maka benar dan jika berdusta pun kamu kedua demikian
itulah qodha Allaha Taa’laya atas kamu kedua demikian itulah”.
Maka apabila di dengar Saaqoya kata Yusuf itu maka katanya “Hai
orang yang amat elok rupa, jikalau ada engkau mengetahui akan takbir
mimpi nescaya tiadalah engkau di masukkan orang ke dalam penjara”.
Maka sahut Yusuf “Bahkan hai Saaqoya adalah aku teraniaya di
penjarakan oleh Qothofayara akan daku tiada berdosa melainkan dengan
di suruh isterinya jua. Maka ceritakan olehmu kepada tuanmu Maalaka
Rayaana akan peri ehwalku ini”. Maka kata Saaqoya “Bahkan lagi
akan kupersembahkan pada Maalaka Rayaana seperti katamu ini hingga di
keluarkan oranglah akan dikau di dalam penjara ini”.
Hataya
tatkala datang kepada hari yang keempat maka di keluarkan oranglah
Saaqoya dan Khobaaza di dalam penjara lalu di persalin raja akan
Saaqoya dan di jadikan ia penghulu orang memegang perbendaharaan
raja. Adapun akan Khobaaza itu di suruh raja pancung batang lehernya
maka di sulakan oranglah kepalanya pada pintu juga. Kata Abana
A’baasa radhoya Allaha a’naha tatkala itu maka Jibril A’layaha
Al Salama datang kepada Yusuf katanya “Hai Shodayaqo, siapa
menjadikan dikau” maka sahut Yusuf “Tuhanku”. “Dan siapa
menjadikan sebaik-baik rupanya yang amat elok itu” maka sahut Yusuf
“Bahkan tuhanku” maka kata Jibril “Siapa yang mengeluarkan
dikau di dalam telaga Jaba” maka sahut Yusuf A’layaha Al Salama
“Tuhanku juga”. Maka kata Jibril “Siapa menyuruhkan kanak-kanak
menjadi saksi pada tatkala engkau hendak di bunuh oleh Qothofayara
akan dikau” maka sahut Yusuf “Tuhanku juga”.
Maka
kata Jibril “Jikalau demikian betapa juga engkau minta tolong
kepada makhluk lain daripadanya. Tiadakah kau ketahui tatkala di
buangkan orang bapamu Ibrahim ke dalam api Namrut adakah ia minta
tolong kepada seorang juapun lain pada tuhannya Allaha Sabahaanaha Wa
Taa’laya demikian katanya “Hasabaya
Allaha Wa Naa’ma Al Wakayala.
Maka betapa engkau minta tolong kepada Saaqoya suruh sampaikan kepada
Maalaka Rayaana dan adalah keduanya kafir. Mungkirkah engkau akan
segala nikmat tuhanmu firmannya jikalau kiranya tiada tilikku dan
rahmatku akan bapamu Ibrahim dan Ishaq dan Yaaqub nescaya kugugurkan
ia daripada martabat segala nabi dan pangkat mursalin”.
Hataya
setelah di dengar Yusuf kata Jibril A’layaha Al Salama demikian itu
maka iapun mengharap dengan sekali harap lalu rebah pengsan tiada
khabarkan dirinya beberapa sahut hingga terkejutlah segala isi
penjara habis datang melihat hal Yusuf itu. Antara berapa saat
lamanya maka Yusuf siumanlah daripada pengsan lalu ia menangis dengan
tangis yang amat sangat tiada berhenti memohonkan ampun dan rahmat
kepada tuhannya katanya “Al
Amana Al Amana”.
Setelah di lihat mereka itu Yusuf amat dukacitanya dan menangis tiada
mahu ia berkata-kata dengan segala manusia dan tiada makan dan minum
maka mereka itu pun turut dukacita dan menangis sertanya pada tiada
di ketahui oleh mereka itu akan sebabnya. Antara berapa hari yang
demikian itu hingga seperti matilah kelakuan Yusuf A’layaha Al
Salama. Kata Kaa’ba Al Ahabaara radhoya Allaha a’naha adalah yang
demikian itu tujuh hari dan kata Majaahada dan Maqoatala rahamata
Allaha A’laya Hamaa sepuluh hari.
Hataya
maka Jibril pun turun kepada Yusuf A’layaha Al Salama maka kata
Jibril “Hai Shodayaqo, bahawa tuhanmu itu berkirim salam kepadamu
firmannya “Telahku ampun dosa hambaku Yusuf dan lagi akan
kukeluarkan ia dari dalam penjara kemudian daripada tujuh tahun dan
lagi akan kupertemukan ia dengan bapanya Yaaqub dan saudaranya
sekelian””. Setelah di dengar Yusuf firman Allaha Taa’laya
demikian itu maka iapun sujud kepada tuhannya dan baharulah ia
sukacita. Maka di lihat oleh segala isi penjara itu Yusuf sukacita
dan mahulah ia berkata-kata dengan mereka itu maka mereka itupun
sukacita sertanya. Kata Abana A’baasa kemudian daripada itu dan
maka sukacitalah Yusuf A’layaha Al Salama di dalam penjara itu
tiadalah merasai dukacita kesukaran hingga di keluarkan Allaha
Taa’laya dari dalam penjara itu.
Al
kisah pada menyatakan Maalaka Rayaana tatkala bermimpi seperti firman
Allaha Taa’laya Wa
Qoala Al Malaka Anaya Araya Sabaa’ Baqoraata Samaana Yaa Kalahana
Sabaa’ A’jaafa Wa Sabaa’ Sanabalaata Khodhora Wa Akhora Yaa
Basaata Yaa Ayahaa Al Malaa Afatawa Naya Faya Rawayaaya Ana Kanatama
Lalarawayaa Taa’barawana
Maka tatkala Maalaka Rayaana pada segala ahli al takbir “Bahawasanya
kulihat di dalam mimpiku tujuh ekor lembu yang tambun di makan oleh
tujuh ekor lembu yang kurus dan tujuh tangkai gandum yang hijau
belitnya oleh tujuh tangkai gandum yang kering hingga di alahkannya
akan dia. Hai balatenteraku takbirkan olehmu akan mimpiku itu jika
ada kamu daripada orang yang mengetahui takbir mimpi”. Maka sembah
mereka itu seperti firman Allaha Taa’laya Qoalawaa
Adhoghoafa Ahalaama Wa Maa Nahana Ba Taawayala Al Ahalaama Ba
A’alamayana Maka
sembah mereka itu “Tiada kami ketahui akan takbir mimpi raja itu.
Inilah yang sia-sia lagi di cita-cita di dalamnya”.
Wa
Qoala Alazaya Najaa Mana Hamaa Wa Adakara Baa’da Amataa Anaa Anaba
Kama Ba Taawayalaha Faarasalawana. Yawasafa Ayahaa Al Shodayaqo
Afatanaa Faya Sabaa’ Baqoraata Samaana Yaa Kalahana Sabaa’
A’jaafa Wa Sabaa’ Sanabalaata Khodhora Wa Akhora Yaa Basaaata
Laa’laya Arajaa’ Alaya Al Naasa Laa’lahama Yaa’lamawana
Setelah di dengar Saaqoya mimpi Maalaka Rayaana itu maka baharulah ia
ingat akan pesan Yusuf padanya tatkala di dalam penjara itu. Maka
sembahnya “Hai raja, adalah orang yang terlebih tahu akan takbir
mimpi raja itu maka ujar Maalaka Rayaana “Segeralah engkau pergi
kepadanya”. Hataya maka Saaqoya pun pergilah mendapatkan Yusuf ke
dalam penjara maka katanya “Hai orang yang shidiq, takbirkan olehmu
mimpi raja telah di lihatnya tujuh ekor lembu yang tambun di makan
oleh tujuh ekor lembu yang kurus dan tujuh tangkai gandum yang hijau
di belitnya oleh tujuh tangkai gandum yang kering hingga di
alahkannya akan dia. Kata olehmu takbir supaya kembali aku mengadap
raja dan aku ceritakan ia di hadapan segala balatenteranya.
Qoala
Tazaraa’wana Sabaa’ Sanayana Daabaa Famaa Hashodatama Fazarawaha
Faya Sanabalaha Alaa Qolayalaa Mamaa Tahashonawana. Tsama Yaataya
Mana Baa’da Zalaka A’ama Fayaha Baghoatsa Al Naasa Wa Fayaha
Yaa’shorawana Maka
kata Yusuf “Hendaklah kamu perbuat huma dan bendang tujuh tahun
dengan sehabis-habis usaha kamu mengerjakan dia. Apabila kamu ketam
maka kamu taruh akan dia dengan tangkainya supaya jangan ia buruk
melainkan sedikit juga yang kamu makan akan dia. Kemudian daripada
itu tujuh tahun itu tiadalah turun hujan atas kamu tujuh tahun pula
lamanya dan tiadalah jadi pada ketika itu segala perhumaan kamu di
dalam tujuh tahun itu”. Telah sudah Yusuf A’layaha Al Salama
mengatakan takbir mimpi raja kepada Saaqoya maka Saaqoya pun
kembalilah kepada raja.
Kata
Abana Masaa’wada radhoya Allaha a’naha adapun tatkala nabi
Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama menceritakan hikayat Yusuf
A’layaha Al Salama ini maka sabdanya “Bahawasanya ajaib sekali
aku khabar saudaraku Yusuf di ampuni Allaha baginya. Jikalau kiranya
di tanyai orang kepada aku akan takbir mimpi raja itu nescaya
tiadalah kutakbirkan akan dia hingga di keluarkan orang akan daku
dari dalam penjara dan lagi pula ajaiblah aku akan sabarnya dan
kemuliaannya”. Tatkala datang pesuruh raja memanggil dia maka
katanya “Kembalilah engkau dahulu kepada raja hendaklah di periksai
oleh raja segala perempuan tersiat tangan mereka itu. Akukah yang
salah itu atau Zulaikha yang salah”. Jikalau kiranya aku di
suruhkan orang keluar dari dalam penjara itu nescaya bersegeralah aku
keluar daripadanya kerana lamanya masa di dalam penjara itu dan
kujadikanlah diriku segera keluar daripadanya”.
Kata
Kaa’ba Al Ahabaara radhoya Allaha a’naha dan lain daripadanya pun
segala a’lama tatkala sudah Maalaka Rayaana bermimpi itu maka
dukacitalah hatinya lalu di suruhnya panggil segala ahli al takbir
maka di ceritakan oleh Maalaka Rayaana lah mimpinya itu kepada mereka
itu. Maka tiadalah seorang juapun daripada mereka itu tahu takbir
mimpi raja itu maka sembah mereka itu “Inilah mimpi yang sia-sia
lagi jahat-jahat. Kami tiada tahu akan takbirnya”. Maka bahawasanya
di hilangkan Allaha Taa’laya pengetahuan mereka itu maka Maalaka
Rayaana pun murkalah akan mereka itu katanya “Sia-sialah aku
memberi sara akan kamu sekelian. Mimpiku sekian tiada dapat kamu
takbirkan akan dia”.
Maka
tatkala itu di dengar oleh Saaqoya titah raja itu maka pada ketika
itulah ia teringat akan Yusuf maka sembahnya “Ya tuanku, ada
seorang laki-laki muda teruna terlalu amat elok rupanya. Adalah ia
sekarang di dalam penjara ialah yang tahu akan takbir mimpi itu”.
Setelah di dengar Maalaka Rayaana kata Saaqoya itu mama katanya
“Apakah dosanya di penjarakan orang akan dia siapa itu” maka
sembah Saaqoya “Iaitu Yusuf anak Yaaqub adalah ia minta maklumkan
ke bawah duli syah alam katanya adalah aku di aniaya oleh
Qothofayara. Maka lalu lupalah aku memberi tahu syah alam selama
ini”. Maka kata Maalaka Rayaana “Segeralah engkau pergi kepadanya
itu”. Kata Abana A’baasa adalah lama antara Yusuf berpesan pada
Saaqoya dengan tatkala berdatang sembah Saaqoya kepada Maalaka
Rayaana itu tujuh tahun dan tujuh bulan dan tujuh hari lamanya
seperti firman Allaha Taa’laya Falabatsa
Faya Al Sajana Badhoa’ Sanayana.
Hataya
maka Saaqoya pun pergilah kepada Yusuf A’layaha Al Salama ke dalam
penjara di lihatnya Yusuf duduk serta mereka itu. Maka tercenganglah
Saaqoya melihat dia kerana di lihatnya berubahlah tubuh Yusuf dan
berjanggut dan bermisai seperti umur laki-laki tiga puluh tahun. Maka
kata Saaqoya “Engkaukah Yusuf Shodayaqo yang metakbirkan mimpiku
pada masa dahulu itu” maka sahut Yusuf “Bahkan akulah Yusuf anak
Yaaqub yang metakbirkan mimpimu itu”. Maka Saaqoya pun minta maaf
kepada Yusuf A’layaha Al Salama katanya “Hai Shodayaqo, maafkan
olehmu akan daku. Telah lupalah aku selama ini menyampaikan amanatmu
kepada raja” maka kata Yusuf “Hai Saaqoya, sanya telah di
luputkan Allaha Taa’laya akan daku daripadanya. Sekarang apa pula
kehendakmu datang kepada kami ini”. Maka sahut Saaqoya “Bahawa
datang aku kepadamu ini bertanyakan takbir mimpi raja dan adalah
mimpi oleh raja itu demikian maka tiada siapa mengetahui ia akan
takbirnya daripada segala ahli al takbir”. Maka sahut Yusuf
“Hendaklah kamu perbuat huma dan bendang di dalam tujuh tahun ini
kemudian daripada tujuh tahun itu pula tiadalah turun hujan atas kamu
dan tiada jadi segala tumbuh-tumbuhan di dalam bumi ini. Inilah
takbir mimpi raja kamu”.
Hataya
maka Saaqoya pun kembalilah mengadap raja lalu di persembahkanlah
seperti barang yang di kata Yusuf itu. Maka titah Maalaka Rayaana
“Bawalah ia kepada aku supaya minta ikhlas aku kepadanya dan
berkata-kata aku dengan dia”. Maka Saaqoya pun pergi kepada Yusuf
katanya “Bahawasanya engkau di panggil raja kerana hendak
berkata-kata ia dengan dikau dan minta ikhlas ia kepada mu”. Maka
sahut Yusuf “Tiada aku mahu keluar dari dalam penjara ini hingga di
periksai oleh raja antara aku dan antara orang yang tersiat tangan
mereka itu. Akukah yang salah atau Zulaikha kah yang salah”. Kata
Kaa’ba Al Ahabaara dan Sayadaya pada ketika itu berkata Jibril
A’layaha Al Salama “Engkau pun sedikit lagi mengikut kata
Zulaikha itu” maka sahut Yusuf seperti firman Allaha Taa’laya Wa
Maa Abaraya Nafasaya Ana Al Nafasa Laa Maarata Ba Al Sawaa “Tiada
aku menyucikan diriku. Bahawasanya yang nafsu itu amat menyuruh
dengan kejahatan melainkan barang yang di kasihi oleh tuhanku jua”.
Kata
yang empunya cerita setelah di dengar oleh Saaqoya kata Yusuf itu
maka iapun kembalilah mengadap raja lalu di sampaikan seperti kata
Yusuf itu maka titah Maalaka Rayaana “Bawalah kepada aku segala
perempuan yang siat jari tangannya”. Hataya maka di himpunkan
oranglah segala perempuan itu mengadap Maalaka Rayaana dan Zulaikha
pun datang serta mereka itu. Setelah di lihat Maalaka Rayaana mereka
itu datang sekeliannya maka katanya “Apa halmu tatkala itu maka
jadi tersiat segala jari tangannya kamu”. Sembah mereka itu “Kerana
kami lihat rupa Yusuflah maka jadi tersiat jari tangan kami demikian
ehwalnya” lalu di ceritakan segala perempuan itulah seperti
kelakuan Zulaikha dengan Yusuf itu pada masa dahulu kala. Maka kata
Maalaka Rayaana “Jikalau demikian benarlah Yusuf dan jahatlah
Zulaikha. Mengapa orang yang benar di penjarakan”.
Hataya
maka takutlah Zulaikha mendengar kata Maalaka Rayaana itu maka
sembahnya “Hai raja, bahawasanya benarlah Yusuf itu dan akulah yang
salah yang berbuat aniaya akan dia. Telah kukehendaki akan dia bagi
diriku dan adalah ia daripada orang yang benar”. Hataya setelah di
dengar Maalaka Rayaana akan ikrar Zulaikha demikian itu dan membawa
a’zarlah ia dengan dia maka kata Maalaka Rayaana kepada Saaqoya
“Pergilah engkau bawa Yusuf itu kepada aku supaya minta ikhlas aku
kepadanya”. Setelah sudah Saaqoya pergilah kepada Yusuf A’layaha
Al Salama maka Zulaikha pun berdatang sembah kepada Maalaka Rayaana
katanya “Hai syah alam, adakah kau ampuni segala dosa kami yang
telah lalu itu”.
Maka
titah Maalaka Rayaana “Bahkan telah lalulah pekerjaan itu. Sekarang
mahukah engkau kahwinkan dengan Yusuf itu” maka sembah Zulaikha
“Mohonlah hambamu kerana hambamu pun sudah tuha lagi pun tiadalah
ia mahu akan daku selang muda belia lagi ia tiada mahu akan daku.
Istimewa pula sudah tuha ini tetapi suatu geta kusuruh perbuat di
dalam tanaman itu seperti rupa lembu. Baik di suruh raja ambil akan
dia akan tempat kedudukan Yusuf tatkalanya keluar di dalam penjara”.
Maka Maalaka Rayaana pun tersenyum mendengar kata Zulaikha itu lalu
di suruhkan ambil geta itu ke dalam tanaman Zulaikha.
Kata
Kaa’ba Al Ahabaara radhoya Allaha a’naha adalah cerita ini amat
lanjut. Adapun Zulaikha itu maka di ambil maka di sebut orang akan
dia Zulaikha kerana terlalu sangat elok rupanya. Adalah ia daripada
kaum A’maalayaqo
(A’malek)
wazir yang amat besar di dalam negeri Mesir lagi amat kaya bapanya
itu. Maka tatkala sampai umur Zulaikha kepada empat belas tahun maka
pada suatu malam bermimpi Zulaikha di lihatnya seorang laki-laki
terlalu amat elok rupanya bercahaya-cahaya warna mukanya. Maka kata
Zulaikha “Siapa engkau” maka sahutnya “Akulah suamimu” lalu
terjagalah Zulaikha daripada tidurnya maka menangislah Zulaikha
dukacitanya tiada mahu makan dan minum.
Hataya
maka di tanya ibubapanya akan dia “Apa halmu demikian ini hai
anakku. Tiada mahu makan dan minum dan tiada mahu berkata-kata. Apa
sebabnya demikian ini”. Maka sahut Zulaikha “Hai ibuku, telah
bermimpi aku seolah-olah kulihat seorang laki-laki terlalu elok
rupanya. Maka kataku siapa engkau maka sahutnya akulah suamimu lalu
terkejutlah aku daripada tidurku. Dari kerana itlah maka aku dukacita
yang amat sangat tiadaku ketahui akan tempatnya”. Maka kata A’nakaa
bapa Raaa’yala “Hai anakku, janganlah engkau dukacita. Apabila
kaulihat akan dia sekali lagi di dalam tidurmu hendaklah kau tanyai
siapa engkau dan di mana negerimu”.
Hataya
berapa antara lamanya maka bermimpi pula Zulaikha pada suatu malam
seolah di lihatnya seorang laki-laki seperti dahulu juga. Maka
katanya “Siapa namamu dan di mana negerimu hai muka yang amat elok”
maka sahut laki-laki itu “Aku A’ziz Mesir”. Maka Zulaikha pun
terkejutlah daripada tidurnya lalu ia menangis. Setelah hari siang
maka di katakannyalah mimpinya itu kepada bapanya maka di kata
A’nakaa “Hai anakku, siapa laki-laki itu” maka sahut Zulaikha
“Adalah di katanya dirinya itu A’ziz Mesir tetapi rupanya tiada
seperti yang kulihat itu”. Maka di kata A’nakaa “Hai anakku
janganlah kaukata demikian itu. Bahawasanya adalah ia wazir yang amat
kaya lagi amat besar martabatnya. Patutlah ia jadi suamimu”.
Hataya
maka di suruh oleh A’nakaa seorang perempuan kepada A’ziz Mesir
mengatakan “Seorang anaknya bernama Raaa’yala patutlah ia akan
jadi isteri A’ziz. Jika kabul kiranya A’ziz nescaya kami suruh
hantarkan ia kepada raja”. Hataya maka perempuan itupun pergi
mendapatkan A’ziz Mesir lalu di katakannyalah seperti kata A’nakaa
itu. Setelah di dengar oleh A’ziz Mesir maka iapun terlalu amat
sukacita mendengar kata perempuan itu lalu di hantarkan Zulaikha
serta di hiasi daripada pakaian yang indah-indah dan lain berpetera
emas pula dan di suruh pergi terlalu banyak. Kata Kaa’ba Al
Ahabaara tatkala di hantar oleh A’nakaa anaknya kepada A’ziz maka
di lihatnya oleh Zulaikha rupa Qothofayara itu tiada seperti yang di
lihatnya di dalam mimpinya itu. Maka dukacitalah di dalam hatinya dan
adalah Qothofayara itu akan suatu penyakit maka tiadalah dapat ia
perempuan.
Kata
yang empunya cerita antara berapa lamanya maka Yusuf A’layaha Al
Salama pun datang ke negeri Mesir di bawa Maalaka abana Daaa’ra.
Maka di tebus oleh Qothofayara akan dia seperti yang sudah di
ceritakan akan Allaha Taa’laya di dalam Qoraana yang maha mulia.
Kata Abana A’baasa radhoya Allaha a’naha adalah Zulaikha jadi
isteri Qothofayara itu maka dukacitalah hatinya dan tatkala di
lihatnya pula akan rupa Yusuf A’layaha Al Salama maka teringatlah
ia akan rupa yang di lihatnya di dalam mimpinya itu tiada bersalahan.
Maka iapun terlalu amat sukacita melihat rupa Yusuf itu maka
berahilah Zulaikha akan Yusuf seolah-olah belah hatinya daripada
sangat berahinya itu. Lalu di suruhnya perbuat sebuah geta di dalam
tamannya seperti rupa lembu dan di atasnya suatu kubah daripada emas
yang bertatahkan permata yang besar harganya dan adalah pegawainya
daripada cendana dan gaharu bersendi dengan kayu orong dan gada yang
terlalu sangat indah-indah perbuatan kerana barang kehendak di
perbuat Zulaikha itu di turut oleh Qothofayara akan dia.
Maka
di taruh di atas geta itu pelbagai rupa pakaian yang indah-indah maka
kata Zulaikha pada Yusuf “Pakailah olehmu barang yang berkenan
kepadamu daripada segala pakaian itu”. Maka tiada di pakai oleh
Yusuf melainkan di kerjanya tanaman itu jua maka tatakala sudah di
masukkan oleh Qothofayara akan Yusuf ke dalam penjara lima tahun
lamanya maka Qothofayara pun matilah. Duduklah Zulaikha serta
sahayanya tiadalah ada upayanya hendak mengeluarkan Yusuf di dalam
penjara itu lalu di suruhnya orang pergi kepada Yusuf A’layaha Al
Salama “Mahukah engkau di keluarkan di dalam penjara supaya
kupohonkan engkau kepada Maalaka Rayaana”. Maka sahut Yusuf
“Tiadalah aku keluar daripadanya melainkan hingga di keluarkan
Allaha Taa’laya akan daku daripadanya.
Arakian
tatkala di dengar Maalaka Rayaana sembah Zulaikha itu maka lalu di
suruhnya orang pergi mengambil geta itu ke dalam taman Zulaikha.
Hataya maka di usung oranglah geta itu ke hadapan Maalaka Rayaana
dengan seratus orang mengusung dia. Setelah di lihat Maalaka Rayaana
akan rupa geta itu maka amat hairanlah ia melihat perbuatannya yang
indah-indah. Hataya maka di suruh Maalaka Rayaana bawa geta itu
menyambut Yusuf A’layaha Al Salama. Maka Yusuf pun di mandikan
orang setelah sudah mandi maka di kenakan orang persalin daripada
Maalaka Rayaana daripada pakaian yang keemasan. Maka Yusuf pun
duduklah di atas geta itu di usung oleh segala manusia akan dia.
Setelah ia sampai ke pintu penjara maka di suruh oleh Yusuf tutup
pintu penjara itu demikian bunyinya “Inilah kubur segala orang yang
hidup dan inilah tempat dukacita dan tempat pencuba bagi orang yang
benar dan tempat beroleh sentosa segala seteru”.
Maka
tatkala sampailah Yusuf ke pintu Maalaka Rayaana maka di bacanya ini
Hasabaya
Rabaya Mana Al Baaghoya Wa Hasabaya Rabaya Mana Kholaqoha A’za
Jaaraha Wa Jala Tsanaawaha Wa Laa Alaha Ghoyaraha
“Padalah bagiku tuhanku daripada duniaku dan padalah bagiku tuhanku
daripada kejadian yang amat mulia itu hampirlah ia kepadanya dan
kebesarannya itu puji baginya dan tiada tuhan yang lain daripadanya”.
Maka tatkala hampir Yusuf kepada Maalaka Rayaana maka di bacanya doa
ini Allahama
Anaya Asaalaka Khoyaraka Wa Khoyaraha Wa Aa’waza Baka Mana Sharaha
Wa Shara Ghoyaraha
“Hai tuhanku, kupohonkan kepadamu kebajikan dan berlindung aku
kepadamu daripada kejahatan yang lain daripadanya”.
Maka
tatkala di lihat Yusuf akan Maalaka Rayaana maka iapun memberi salam
kepadanya dengan bahasa Ibrani maka di sahut oleh Maalaka Rayaana pun
dengan bahasa itu jua serta katanya “Apa itu” maka sahut Yusuf
“Inilah bahasa ibubapaku”. Maka minta doalah Yusuf akan Maalaka
Rayaana dengan bahasa A’rab maka katanya “Apa itu” maka sahut
Yusuf “Dengan bahasa bapa tuhaku Ismail A’layaha Al Salama. Kata
Wahaba abana Manabaha rahamata Allaha a’layaha adalah berkata-kata
Maalaka Rayaana dengan Yusuf tujuh puluh bahasa maka tiap-tiap kali
Maalaka Rayaana berkata dengan Yusuf di sahutnya seperti yang
dikatakan Maalaka kepadanya itu jua.
Maka
kata Maalaka Rayaana “Ajaib sekali akan orang muda ini sedikit
umurnya seribu bahasa habis di ketahuinya dan adalah pada ketika itu
umur Yusuf tiga puluh tahun maka hairanlah raja Mesir melihatkan
akalnya dan ilmunya padahal tiada banyak negeri yang lain. Maka
jatuhlah hati Maalaka Rayaana kasih akan Yusuf A’layaha Al Salama
maka katanya “Hai Yusuf, kasihlah aku hendak mendengar takbir
mimpiku”. Kata Kaa’ba Al Ahabaara tersebut di dalam suatu riwayat
telah berkata Yusuf kepada pesuruh raja “Tiada aku mahu keluar di
dalam penjara hingga di keluarkan oleh raja segala orang isi penjara
ini sertaku”. Maka di sampaikan oleh Saaqoya seperti kata Yusuf itu
keoada Maalaka Rayaana “Jangankan segala isi penjara itu di pinta
oleh Yusuf jikalau setengah kerajaanku ini sekalipun nescaya kuberi
akan dia”.
Kata
Mashonafa rahamata Allaha a’layaha telah kami ulangi pula
perkataannya seperti yang di ceritakan Allaha Taa’laya di dalam
Qoraana yang amat besar Laqowalaha
Taa’laya
Wa Qoala Al Malaka Atawanaya Baha Falamaa Jaaha Al Rasawala Qoala
Arajaa’ Alaya Rabaka Fasalaha Maa Baala Al Nasawata Alataya
Qothoa’na Ayadaya Hana Ana Rabaya Ba Kayada Hana A’layama. Qoala
Maa Khothoba Kana Aza Raawadatana Yawasafa A’na Nafasaha Qolana
Haasha Lalaha Maa A’lamanaa A’layaha Mana Sawaa Qoalata Amaraata
Al A’zayaza Al Ana Hashohasho Al Haqo Anaa Raawadataha A’na
Nafasaha Wa Anaha Al Shoadaqoyana. Zalaka Layaa’lama Anaya Lama
Akhonaha Ba Al Ghoyaba Wa Ana Allaha Laa Yahadaya Kayada Al
Khoanayana. Wa Maa Abaraya Nafasaya Ana Al Nafasa Laa Maarata Ba Al
Sawaa Alaa Maa Rahayama.
Maka
Maalaka Rayaana kemudian daripada sudah di dengarnya kata Saaqoya itu
maka kata Maalaka Rayaana “Bawalah oleh kamu Yusuf itu kepada aku”.
Maka tatkala datang penyuruh raja kepada Yusuf A’layaha Al Salama
kerana mengeluarkan dia di dalam penjara maka kata Yusuf “Kembalilah
kamu kepada Maalaka Rayaana hendak di periksai oleh raja kepada
segala perempuan yang tersiat tangan mereka itu. Apa hal mereka itu
maka tersiat segala jari tangan mereka itu. Bahawasanya tuhanku jua
tuhan yang amat tahu akan fitnah segala perempuan itu”. Maka di
tanya oleh raja Mesir kepada segala perempuan “Apa perbuatan kamu
pada masa itu akan Yusuf tatkala berahi kamu akan dia” maka berkata
Zulaikha “Khoasha
Allaha
tiadakah kamu ketahui kejahatan Yusuf di dalamnya”. Maka sembah
mereka itu “Sekarang telah nyatalah kebenaran Yusuf dan salah
Zulaikha” maka sembah Zulaikha “Akulah yang salah menghendaki dia
kepada diriku dan adalah Yusuf itu daripada orang yang benar”.
Maka
kata Maalaka Rayaana pada Saaqoya “Pergilah engkau kepada Yusuf
kata olehmu seperti kata Zulaikha itu”. Setelah datang kepada Yusuf
lalu di ceritakannya seperti kata Zulaikha itu maka kata Yusuf
“Seperti demikian itulah yang kukehendaki pun supaya di ketahui
raja bahawasanya tiada aku perbuat khianat akan Qothofayara tetapi di
tunjuk Allaha Taa’laya bagi orang yang khianat itu dan tiada aku
menyucikan diriku daripada gelincir. Bahawasanya yang nafsu itu
menyuruhkan dengan kejahatan melainkan barang siapa yang di kehendaki
oleh tuhanku. Bahawasanya tuhanku itu amat mengampuni lagi
mengasihani”.
Wa
Qoala Al Malaka Atawanaya Baha Asatakholashoha Lanafasaya Falamaa
Kalamaha Qoala Anaka Al Yawama Ladayanaa Makayana Amayana. Qoala
Ajaa’lanaya A’laya Khozaana Al Aradho Anaya Hafayazho A’layama.
Wa Kazalaka Makanaa Layawasafa Faya Al Aradho Yatabawaa Manahaa
Hayatsa Yashaa Nashoyaba Ba Rahamatanaa Mana Nashaa Wa Laa Nadhoyaa’
Ajara Al Mahasanayana. Wa Laajara Al Akhorata Khoyara Lalazayana
Amanawaa Wa Kaanawaa Yataqowana.
Maka kata raja Mesir kepada Saaqoya “Bawalah Yusuf itu kepada aku
supaya aku berkata-kata dengan dia dan minta ikhlas aku kepadanya”.
Maka tatkala datang Yusuf A’layaha Al Salama kepada Maalaka Rayaana
berkata kepada Yusuf “Adalah engkau sekarang daripada orang yang
beroleh kemuliaan dan martabat yang amat besar”. Maka sahut Yusuf
“Jadikan olehmu akan daku memegang perbendaharaanmu. Bahawasanya
aku amat tahu mengiringi dia”.
Seperti
demikian itulah kami anugerahi akan Yusuf kerajaannya di dalam bumi
Mesir maka di perintahkannyalah barang yang di kehendakinya dan kami
anugerahi akan dia dengan beroleh untung dan rahmat bagi barang siapa
yang kami kehendaki beroleh untung di dalam dunia dan tiada kami
mensiakan bagi barang siapa berbuat kebajikan pada kami dan tetapi
pahala di dalam negeri itu lebih baik daripada pahala di dalam dunia
ini akan balas segala orang yang percaya akan kami dan yang berbuat
kebajikan mereka itu pada kami.
Kata
Abana A’baasa kudengar sabda rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha
Wa Salama “Jikalau tiada dikata oleh saudaraku Yusuf “Jadikan
olehmu akan daku memegang pada bendaharaan isi bumi Mesir ini”
nescaya di rajakan Maalaka Rayaana akan dia pada ketika itu jua dan
tetapi adalah yang demikian itu atau kemudian daripada tahun itu jadi
rajalah Yusuf A’layaha Al Salama”.
Kata
Wahaba tatkala sudah Maalaka Rayaana duduk bersama Yusuf di atas geta
seperti rupa lembu itu maka berkata-katalah keduanya dengan bahasa
yang berlainan. Maka kata Maalaka Rayaana “Apa namamu hai laki-laki
yang amat elok rupa, tiada pernah kulihat seorang juapun seperti
rupamu ini” maka sahut Yusuf A’layaha Al Salama “Akulah Yusuf
anak Yaaqub anak Ishaq anak Ibrahim Kholil Allaha”. Maka kata
Maalaka Rayaana “Apa sebabnya engkau datang ke negeri kami ini hai
Yusuf” maka di ceritakan Yusuf lah akan segala perihal ehwalnya
daripada tatkala di buangkan oleh segala saudaranya ke dalam telaga
Jaba itu dan peri mengatakan di jual mereka itu kepada Maalaka abana
Daaa’ra dan tatkala di bawa Maalaka abana Daaa’ra ke negeri
Mesir. Maka di tebus oleh Qothofayara akan dia dan perinya di sakit
oleh Zulaikha kerana berahinya ia akan dia itu maka selama Yusuf
menceritakan hal dirinya kepada Maalaka Rayaana itu serta ia menangis
sebagailah ada air matanya. Setelah di dengar Maalaka Rayaana khabar
Yusuf itu maka iapun terlalulah amat kasihan akan Yusuf A’layaha Al
Salama.
Setelah
itu maka kata Maalaka Rayaana “Hai Yusuf, telah bermimpi aku
mengenderai kuda maka kulihat tujuh ekor lembu yang tambun ada
baginya tiap-tiap seekor lembu itu beberapa tanduk. Maka datang pula
seekor lembu lalu di tanduknya akan dia dan di buangkannya kepada
tanduk seekor lembu maka adalah aku daripada tanduk seekor lembu
kepada tanduk seekor lembu di dalam antara itu. Tiba-tiba kulihat
datang tujuh ekor lembu yang kurus kempis lalu di tanduknya lembu
yang tambun itu hingga di alahkannyalah akan dia. Kemudian maka
terbanglah segala lembu yang kurus itu tiga ekor pada pihak Masyrik
dan tiga ekor pada pihak Maghrib dan seekor tinggal pada tempatnya
itu jua. Maka tiba-tiba kulihat pula tujuh tangkai gandum yang hijau
dan tujuh tangkai tangkai gandum yang kering lalu berbelah-belah ia
hingga di alahkannyalah akan gandum yang hijau itu. Demikian hai
Yusuf”.
Maka
kata Yusuf “Tiadakah di lihat oleh raja air sungai itu kering”
maka sahut Maalaka Rayaana “Bahkan kulihat tanahnya di dalam sungai
itu lumpur yang hitam daripada sangat keringnya. Hai yang amat tahu
akan takbirnya, takbirkan apalah olehmu akan mimpiku itu” maka kata
Yusuf “Hai raja, adapun yang di lihat raja tujuh ekor lembu yang
tambun itu menunjukkan tahun yang murah dan tujuh ekor lembu yang
kurus itu menunjukkan tahun yang mahal. Tiada jadi tumbuh-tumbuhan
hingga picaklah muka bumi ini dengan kelaparan. Adapun yang kau lihat
tujuh tangkai gandum yang kering itu iaitu menunjukkan tanda alamat
makmurnya jua yang demikian itu dan adapun yang di lihat raja air
sungai Nil kering itu alamat tiada turun hujan tujuh tahun lamanya”.
Maka
kata Maalaka Rayaana “Jikalau seperti katamu ini apa juga pekerjaan
kita” maka sahut Yusuf “Hendaklah di suruh raja segala manusia
berhuma dan bendang di dalam tujuh tahun ini. Apabila masak di ketam
dengan tangkainya lambat buruk”. Maka kata Maalaka Rayaana “Siapa
dapat berbuat demikian itu” maka sahut Yusuf “Kepada barang siapa
yang kau kehendaki suruhlah olehmu akan dia”. Maka kata Maalaka
Rayaana “Engkaulah yang dapat mengerjakan dia” hataya maka kata
Yusuf pada ketika itu “Jadikan olehmu aku memegang
perbendaharaanmu. Akulah yang amat tahu mengirai dia”. Kata Kaa’ba
Al Ahabaara maka pada ketika itu jua di hunus Maalaka Rayaana
cincinnya daripada jarinya lalu di masukkannya kepada jari Yusuf
A’layaha Al Salama maka kata Maalaka Rayaana “Hai segala
tenteraku, inilah A’ziz Mesir akan gantiku. Hendaklah kamu ikut
barang katanya dan permulia oleh kamu akan dia”. Maalaka Rayaana
pun masuklah agama Asalama serta Yusuf A’layaha Al Salama kerana di
lihatnya kemuliaan Yusuf dan sangatlah di permulianya akan Yusuf
A’layaha Al Salama maka Yusuf pun sukacitalah daripada demikian
itu.
Kata
Abana A’baasa apabila sudah Yusuf jadi A’ziz Mesir maka jadi
Asalamalah segala isi negeri Mesir itu dan Maalaka Rayaana pun serta
mereka itu di dalam agama Asalama. Hataya maka di persalin Maalaka
Rayaana akan Yusuf A’layaha Al Salama dengan pakaian yang kemuliaan
kemudian daripada itu maka A’ziz Mesir pun menyuruh orang berbuat
suatu kubah daripada kain di baja yang keemasan maka duduklah ia di
dalam himat itu mengajar segala manusia berhuma dan bendang bertanam
jagung dan kacang dan kadali. Hataya maka A’ziz pun berjalan pada
tiap-tiap hari menatapi pekerjaan mereka itu dan memberi sara akan
mereka itu dan segala laskar. Apabila masak padi mereka itu di
suruhnya taruh dengan tangkainya dan di suruhnya perbuat beratus
jelapang akan bekas gandum dan sayur dan kacang dan jagung
masing-masing dengan jelapangnya demikian lagi pada segala wazir yang
besar-besar pun masing-masing dengan jelapangnya jua di suruh A’ziz
perbuat maka di patuhlah mereka itu dengan makanan melainkan sedikit
jua yang di makan mereka itu.
Genaplah
tujuh tahun maka tiadalah turun hujan atas mereka itu. Setelah
datanglah kepada tahun yang kemarau itu maka tiadalah jadi perhumaan
mereka itu dan tiadalah tumbuh-tumbuhan mereka itu di dalam bumi.
Maka suruh A’ziz menegahkanlah mereka itu berhuma dan bertanam
tanaman di dalam itupun di kerjakan mereka itu juga. Maka tiadalah
jadi seperti adatnya dan tiadalah berbuat segala perhumaan mereka itu
maka tiadalah di peroleh mereka itu suatu juapun dan tiadalah memberi
manafaat akan mereka itu segala tanam tanaman mereka itu.
Kata
yang empunya cerita pada tahun yang pertama di makan mereka itulah
barang yang ada dalam rumah mereka itu hingga habislah pada tahun itu
dan pada tahun yang kedua setengah tiadalah kepada mereka itu
makanan. Maka mengadap mereka itu kepada Maalaka Rayaana sembah
mereka itu “Tiadalah pada kami makanan hai raja” maka kata
Maalaka Rayaana “Pergilah kamu kepada A’ziz pada ialah
bendaharaan makanan”. Hataya maka pergilah mereka itu kepada A’ziz
sembah mereka itu “Tiadalah makanan pada kami hai A’ziz” maka
di jual A’ziz Mesirlah makanan pada mereka itu dan setengah di
berinya setara akan mereka itu. Di dalam tahun yang ketiga di beli
mereka itu kepada A’ziz gandum dengan dinar dan dirham dan setengah
di tukar mereka itu makanan hidup-hidupannya mereka itu daripada
lembu dan kambing dan unta hingga habislah harta mereka itu berhimpun
kepada A’ziz Mesir.
Hataya
maka pada tahun yang keempat di jual mereka itu segala permata yang
besar-besar harganya dan segala yang berdusun maka di jual mereka
itulah dusunnya akan pembeli makan mereka itu dan setengah segala
yang tiada di dalam diri mereka itu maka tubuh sendirinya mereka
itulah jadi hamba kepada A’ziz Mesir. Maka jadilah mereka itu
sahaya kepada A’ziz dan pada tahun yang kelima di jual mereka
itulah sahaya mereka itu daripada laki-laki dan perempuan tetapi
terbanyak daripada mereka itu berjual dirinya kepada A’ziz Mesir
A’layaha Al Salama melainkan sedikit jua mereka itu tiada berjual
dirinya dan terbanyaklah pada tahun yang keenam itu di jual anak
mereka itu dan diri mereka itu hingga datang kepada yang ketujuh.
Hataya maka di beri A’zizlah mereka itu sekelian makan tadahan pagi
dan petang hingga jadilah sekelian mereka itu milik bagi A’ziz
A’layaha Al Salama.
Kata
Abana A’baasa radhoya Allaha a’naha adalah Zulaikha pada tahun
yang keempat itu habislah segala hambanya sahaya berjual diri kepada
Yusuf A’layaha Al Salama kerana makanan maka datanglah kesukaraan
makanan atas Zulaikha hingga jadilah ia seperti kebanyakan mereka itu
mencari makan sendirinya. Segala hartanya dan hamba sahayanya habis
beroleh akan A’ziz Mesir A’layaha Al Salama dan adalah segala
harta mereka itu dan segala hamba sahayanya mereka itu dan hidupannya
mereka itu sekelian di suruh A’ziz hantarkan pada katab-katab dan
di taruhnya pada suatu tempat berpuluh jelapang berisi segala harta
mereka itu.
Kata
yang empunya cerita maka tinggallah Zulaikha seorang dirinya dan
bapanya A’nakaa pun sudah tuha tiadalah upaya lagi kepadanya maka
Zulaikha sangat hendak bertemu dengan A’ziz Mesir. Maka pada suatu
hari di nanti oleh Zulaikha akan A’ziz Mesir pada tepi jalan orang
maka pada hari itu A’ziz Mesir pun berjalanlah kerana suatu
hajatnya dengan alat senjatanya beberapa ratus laskar mengiringkan
dia. Setelah di lihat Zulaikha akan A’ziz Mesir berjalan di dalam
pasar maka ia berseru-seru katanya Sabahaana
Mana Aa’za Al A’bada Ba Al Thoa’ta Wa Azala Al Malaka Ba Al
Maa’shoyata Sabahaana Mana Jaa’la Al A’bayada Malawakaa Wa
Jaa’la Al Malawaka A’bayadaa
ertinya barang siapa bermulia hambanya yang berbuat taat dan
menghinakan segala raja-raja yang berbuat derhaka. Maha suci barang
siapa menjadikan hamba itu dengan beroleh kerajaan dan menjadikan
segala raja kemuliaan.
Maka
di terbang oleh angin kata Zulaikha itu kepada A’ziz pun berhenti
kerana mendengar suara itu. Katanya “Dengarkan oleh kamu suara apa
itu aku dengar seperti suara perempuan yang berseru-seru itu”. Maka
tiba-tiba Zulaikha datang hampir A’ziz Mesir serta katanya Laa
Alaha Alaa Allaha Wahadaha Laa Sharayaka Laha Wa Ashahada Ana
Abaraahayama Rasawala Allaha Wa Anaka Awalaada Al Nabaya Abana
Yaa’qowaba Bana Asahaqo Bana Abaraahayama Kholayala Allaha.
Tercenganglah A’ziz Mesir melihat Zulaikha itu tiada di kenalnya
akan dia maka kata A’ziz Mesir “Siapa engkau hai hamba Allaha”
maka sahut Zulaikha “Tiadakah kau kenal akan daku”. Maka kata
A’ziz Mesir “Tiada kukenal apa kesukaranmu” maka kata Zulaikha
“Hai A’ziz, akulah daripada A’malaqoha yang Qothofayara
penghulumu dahulu itu. Tiadakah kau kenal akan daku”.
Hataya
maka baharulah di kenal Yusuf akan dia maka katanya “Apa halmu
sekarang” maka sahut Zulaikha “Hai Amayara
Al Mawamanayana,
amat kesukaranlah aku kerana makanan. Bahawasanya habislah segala
hartaku dan sahayaku jadi hambamu berjual dirinya mereka itu
kepadamu”. Setelah di dengar A’ziz Mesir kata Zulaikha demikian
itu maka katanya “Kembalilah engkau lagi akan kukembalikan segala
hartamu itu kepadamu lagi kutambahi pula dengan yang lain daripada
itu”. Hataya maka di suruh A’ziz Mesir sukat makanan akan
Zulaikha serta kembalikan kepadanya segala hartanya dan segala hamba
sahayanya.
Kisah
pada menyatakan kahwin Yusuf dengan Zulaikha. Kata Abana A’baasa
dan Kaa’ba Al Ahabaara radhoya Allaha a’naha maka tatkala Yusuf
sudah bertemu dengan Zulaikha itu maka di hantarkan oranglah segala
hamba sahaya dan segala hartanya dan beberapa makanan yang amat baik
maka mengucap syukurlah Zulaikha akan Allaha Taa’laya. Pada suatu
hari datanglah Jibril A’layaha Al Salama kepada A’ziz katanya
“Hai Shodayaqo, bahawa tuhanmu berkirim salam kepadamu. Firmannya
hendaklah kamu sambut Zulaikha itu kerumahmu telah kukahwinkan ia
dengan dikau di atas langit”. Setelah di dengar Yusuf firmannya
Allaha Taa’laya itu maka katanya “Ya Jibril, bahawa firman
tuhanku itu telah kujunjungkan tetapi adalah ia sudah kena penyakit
rupanya pun tiadalah seperti dahulu kala”. Maka kata Jibril “Ya
nabi, bahawasanya tuhanmu kuasa menjadikan rupa yang amat elok.
Pergilah engkau kepadanya adalah ia daripada perempuan yang mukmin”.
Setelah
kata Jibril demikian itu maka sukacitalah hati A’ziz mendengar kata
Jibril itu maka Yusuf A’layaha Al Salama pun pergilah mendapatkan
Maalaka Rayaana lalu ceritakanlah seperti kata Jibril dengan firman
Allaha Taa’laya mengahwinkan dia dengan Zulaikha itu. Maka
sukacitalah hati Maalaka Rayaana mendengar dia katanya “Sebaik-baik
pekerjaanlah yang demikian itu lalu di suruhnya himpunkan segala
orang besar-besar dan segala wazir maka di perjamunya makan minum
bersuka-sukaan dua tiga hari. Setelah itu maka di suruh Maalaka
Rayaana A’ziz Mesir menyambut Zulaikha bawa ke rumahnya.
Hataya
A’ziz Mesir pun pergilah menyambut puteri Zulaikha adalah pada
ketika itu ia tengah berdiri berbuat ibadat akan Allaha Taa’laya.
Maka kata A’ziz “Hai yang dikasihi tuhannya, telah di kahwinkan
Allaha Taa’laya aku dengan dikau di atas langit. Sekarang marilah
kita kembali ke rumah kita”. Hataya apabila di dengar Zulaikha kata
A’ziz Mesir itu maka katanya “Tiada mahu aku akan dia kerana aku
sudah tuha lagi penyakit. Bahawasanya sukalah aku berbuat ibadat
kepada tuhanku”. Arakian maka pada ketika itu datanglah Jibril
A’layaha Al Salama lalu di sapunya muka Zulaikha dengan daun
Shajarata
Al Manatahaya
hingga jadilah rupanya berlebih elok daripada dahulukala
bercahaya-cahaya gilang gemilang berseri-seri di pandang orang dan
penyakit matanya pun hilanglah pada ketika itu jua. Setelah di
rasainya oleh Zulaikha berubah tabiat tubuhnya kembali seperti pada
masanya dahulukala maka iapun sujud kepada Allaha Taa’laya kemudian
iapun berdiri berbuat ibadat akan Allaha Taa’laya.
Kata
Abana A’baasa adalah ibadat orang dahulukala itu serakaat suatu
salam atau dua rakaat suatu salam berdiri mereka itu lama daripada
duduk dan sujud. Maka tatkala berdiri Zulaikha berbuat ibadat kepada
Allaha Taa’laya itu dan A’ziz duduk di belakangnya menantikan ia
duduk memberi salam maka di lihat A’ziz Mesir Zulaikha itu terlalu
amat elok rupa bercahaya-cahaya gilang gemilang makin kena sinar dian
dan tanglung itu makan bercahaya berkilat-kilat rupanya. Maka
tiadalah dapat di tahani A’ziz hatinya daripada sangat berahinya
lalu di tariknya oleh A’ziz baju Zulaikha dari belakangnya maka
lalu terduduklah Zulaikha serta katanya “Marilah kita kembali ke
rumah kita. Di sana pun boleh jua berbuat ibadat akan tuhan kita”.
Maka
kata Jibril A’layaha Al Salama kepada Yusuf “Inilah balasnya
Zulaikha menarik bajumu dari belakang pada masa dahulukala itu.
Sekarang tariklah olehmu akan dia pula” maka A’ziz suka mendengar
kata Jibril itu lalu di tarik A’ziz tangan puteri Zulaikha di
bawanya naik ke atas usungan maka di usunglah orang keduanya kembali
ke mahligai A’ziz Mesir. Hataya maka sukacitalah hati keduanya
hingga di kata puteri Zulaikha “Demi Allaha tuhan yang menjadikan
agamaku di dalam agama yang sebenarnya tiada seorang juapun menyentuh
tubuhku lain daripada Qothofayara tiada di perolehnya seperti adat
orang laki isteri”. Maka kata A’ziz “Adalah engkau hendak
memasukkan aku ke dalam neraka maka di palingkan oleh tuhanku akan
daku daripada api neraka kepada syurga” maka sahut puteri Zulaikha
“Demi sebenarnya engkau ini nabi. Jangan apalah kau cercakan daku
daripada pekerjaan yang dahulu itu. Bahawasanya adalah rupamu itu
menghilangkan akal segala manusia siapa dapat sabarkan hatinya
daripada demikian itu”.
Maka
A’ziz pun suka tertawa mendengar kata puteri Zulaikha maka memuji
Allaha Sabahaanaha Wa Taa’laya dengan katanya Fa
Al Hamada Lalaha Alazaya Shorafa A’naka Al Faahashata Wa Jamaa’
Bayanaya Wa Bayanaka Wa Jaa’laka Nabayaa Matabaa’ Al Dayana
Abaaka Al Marasalayana A’laya Hama Al Sholaata Wa Salaama
ertinya kupuji bagi Allaha tuhan yang memeliharakan antara aku dan
antaramu daripada berbuat derhaka kepadanya dan telah di jadikan
Allaha Taa’laya kepada aku di dalam agama bapamu yang mursalin atas
mereka itu rahmat dan sejahtera di dalam dunia dan akhirat.
Kata
yang empunya cerita kemudian daripada itu maka di anugerahkan Allaha
Taa’laya akan A’ziz Mesir sepuluh anak lima kali beranak kemudian
maka di perolehnya seorang laki-laki. Kata A’bada Allaha abana
A’baasa radhoya Allaha a’nahamaa tiga orang jua anak Yusuf
A’layaha Al Salama seorang laki-laki dua perempuan itulah yang
mashohihnya. Kata Kaa’ba Al Ahabaara kemudian itu datanglah manusia
ke negeri Mesir berpasuk-pasukan kerana membeli makanan kepada A’ziz
Mesir dan di lihat rupa A’ziz Mesir terlalu amat elok rupanya
daripada manusia dan ajaiblah mereka itu akan peri keelokkan A’ziz
itu dan kata mereka itu “Adalah perangai A’ziz ini tiada seperti
adat perangai segala raja-raja yang dahulukala. Hanya sanya perangai
ini seperti segala anbia Allaha dan sholihin atau seperti perangai
segala malaikat yang amat mulia”. Bermula adapun sebab di kata
mereka itu adalah A’ziz itu qonaa’ta tiada pernah ia makan
kenyang dan sentiasa hari ini ia puasa.
Kata
yang empunya cerita pada suatu hari makan A’ziz bersama dengan
Maalaka Rayaana maka di lihat oleh Maalaka Rayaana makan Yusuf
A’layaha Al Salama tujuh suatu jua dengan suap tiga biji jari maka
kata Maalaka Rayaana “Tiadalah engkau makan seperti makan yang amat
kenyang” maka sahut A’ziz A’layaha Al Salama “Makanlah raja
padahal segala hamba Allaha ini kelaparan tida segianya kita makan
kenyang melainkan kerana memberi kuat anggota jua”. Demikianlah
kata Yusuf memberi nasihat akan Maalaka Rayaana itu. Apabila berjalan
A’ziz di dalam pasar Mesir pada masa kelaparan mahal segala makanan
itu barang siapa memandang muka nescaya tiadalah berkehendak mereka
itu akan makanan pada hari itu dan jika di lihat orang akan dia pada
ketika petang hari maka tiadalah berkehendak akan makan pada malam
itu. Demikianlah kelebihan mukjizat Yusuf A’layaha Al Salama dan
lagi beberapa mukjizatnya Yusuf lain daripada itupun maka Maalaka
Rayaana pun terlalu amat kasihnya akan A’ziz Mesir hingga di
kenakan mahkota kerajaan di atas kepala Yusuf A’layaha Al Salama.
Sumber: Kitab Qoshosho Al Anabayaa
No comments:
Post a Comment