Basama Allaha Al Rahamana Al Rahayama
Al kisah fasal kaum Asalama
melingkar masuk ke dalam kota raja Barasa Ghowala. Sebermula tersebutlah pula
kisah kaum kafir celaka itu lepas daripada mereka itu masuk ke dalam kota
berniat hati mereka itu hendak melawan kaum Asalama dari dalam kota. Maka
mereka itu bersiap pula ada yang berdiri jaga di atas kota, ada yang berdiri di
dalam kota. Setelah itu demi di lihat oleh kaum Asalama akan hal kaum kafir itu
menanti hendak melawan maka kaum Asalama pun masing-masing naik ke atas kudanya
di pacu hampir dekat dengan tepi kota itu.
Maka kaum kafir celaka itupun di
hujani di atas kaum Asalama itu dengan panahnya dan batu ali-ali dan tombak
lembing tiadalah terkira-kira banyaknya panah itu dan batu ali-ali di gugurkan
ke atas kaum Asalama itu. Di dalam hal perkelahian itu seratus daripada
hulubalang Asalama sudah syahid di tepi kota itu dengan tiada terbalaskan akan
perbuatan kafir celaka itu dan yang lain daripada kaum Asalama itu melihat akan
kaumnya sudah mati maka sekeliannya pun balik pergi mengadap rasul Allaha di
sembahkan segala hal ehwal yang telah jadi itu.
Serta rasul Allaha Sholaya Allaha
A’layaha Wa Salama mendengar akan hal itu sangatlah susah hati baginda itu
seraya bersabda “Ya tuan-tuan sekelian, siapa daripada kita ini yang gagah
perkasa yang boleh perapat pergi dekat dengan pintu kota itu melawan berperang
dengan kaum kafir itu”. Maka sembah A’amara “Ya rasul Allaha, beri apalah izin
kepada hamba supaya hamba seorang pergi siasat hal kedudukan kota itu” maka
rasul Allaha pun menyuruh A’amara radhoya Allaha a’naha. Maka A’amara pun di
pakai baju zirah besi di pakai senjatanya naik ke atas kudanya maka ia pergi
serta hampir dekat dengan kota itu.
Maka kaum kafir celaka itu yang
duduk di atas kota di hujani dengan anak panah dan batu ali-ali ke atas A’amara
radhoya Allaha a’naha maka A’amara radhoya Allaha a’naha pun menangkis-nangkis
dengan perisainya sambil di tangkis sambil ia merapat dengan tepi kota itu. Di
lihat akan parit kota itu lebarnya tiga puluh hasta dan dalamnya tiada dapat di
kirakan maka ia menyebut nama Allaha Taa’laya lalu ia kertakkan kudanya
menyuruh melompat parit itu. Maka bertempiklah kudanya itu lalu di lompatnya
maka terlepas ia dengan kudanya ke seberang parit itu pergilah hampir pintu
kota itu. Di gerak-gerakkan akan pintu itu tiadalah tergerak kerana sangat kuat
perbuatannya itu lalu ia menyeberang balik datang mendapat rasul Allaha di
sembahkan kepada rasul Allaha.
Demi di dengar oleh Sayadana
A’laya radhoya Allaha a’naha akan perkataan A’amara radhoya Allaha a’naha maka
iapun pinta izin kepada rasul Allaha lalu ia pergi. Demikian juga tiada boleh
di gerakkan pintu kota itu maka ia balik pula mengadap rasul Allaha Sholaya
Allaha A’layaha Wa Salama. Kemudian pergi pula A’mara bana Maa’da Karaba
demikian juga tiada dapat di pecahkan pintu kota kemudian balik ia mengadap
rasul Allaha. Maka rasul Allaha tunduk melihat-lihat akan bumi lepas seketika
di angkat kepalanya yang maha mulia itu seraya di pandang kepada Salayamaana
Faarasa katanya “Ya Salayamaana, bawa olehmu pakaianku dan senjataku bahawa aku
pakai akan dia”.
Demi di dengar oleh segala
sahabat-sahabat akan hal Sayadana rasul Allaha itu masing-masing berbisik-bisik
sama sendiri berkata-kata “Wahai mengapa junjungan kita pinta pakaiannya dan
senjatanya itu. Apa hendak di kerjakan ke negeri mana baginda itu hendak pergi
melingkar itu tiadalah kita ketahui”. Di dalam tuan-tuan itu duduk bermesyuarat
maka ujar Sayadana A’laya radhoya Allaha a’naha katanya “Ya rasul Allaha, beri
apalah tahu kepada hamba kemana tuan hamba hendak pergi melingkar itu”. Maka
sabda rasul Allaha “Ya A’laya, hamba hendak pergi pecahkan pintu kota itu.
Marilah engkau bersama-sama aku”.
Setelah itu maka Salayamaana
Faarasa pun bawa pakaian dan senjata di beri kepada rasul Allaha Sholaya Allaha
A’layaha Wa Salama di pakai oleh rasul Allaha. Setelah sudah di pakai maka di
naik kudanya di iringi oleh Sayadana A’laya radhoya Allaha a’naha dan Sayadana
Khoalada bana Waalada dan A’ramaya bana Dayaana dan A’mara bana Maa’da Karaba.
Serta rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama sampai dekat dengan parit
itu kaum kafir itu di tarikkan titi yang di rentangkan itu maka rasul Allaha dengan
empat sahabat pun tiadalah boleh menyeberang parit. Maka kaum kafir itupun di
lepaskan anak panahnya ke atas rasul Allaha dan keatas keempat sahabat itu
dengan kuasa Allaha Taa’laya tiada suatu anak panah itupun dekat pada tubuh
yang maha mulia itu dan tubuh keempat sahabat itu.
Di dalam hal yang demikian maka
ikan di dalam parit kota itupun habis timbul serta bermain-main di hadapan
rasul Allaha itu sangatlah ramai ikan-ikan itu melompat di dalam air itu
seperti bunyinya seumpama orang membaca selawat di atas nabi Sholaya Allaha
A’layaha Wa Salama. Maka kaum kafir yang di atas kota itu berhentilah daripada
memanah itu duduk melihat akan ikan-ikan itu duduk bermain-main di dalam air
itu. Maka rasul Allaha pun di hamparkan kainnya yang di selimut itu di atas air
dengan kuasa Allaha Taa’laya kain itu menjadi seperti sebuah perahu maka cukup
dengan alatnya.
Itupun di lihat oleh kaum kafir
itu bertambah-tambah hairan takjub melihat akan mukjizat rasul Allaha Sholaya
Allaha A’layaha Wa Salama dan keempat sahabat itupun naiklah ke dalam perahu
itu. Segala ikan-ikan itupun mengiring di kanan kiri rasul Allaha pada perahu
itu hingga sampai ke seberang sana parit itu maka rasul Allaha dan keempat
sahabat pun naiklah ke darat berjalan pergi menuju ke pintu kota itu. Demi di
lihat oleh segala kafir akan mukjizat rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa
Salama maka masing-masing berkata-kata sama sendirinya “Bahawa sungguhnya
Mahamada itu orang habatan. Dengan habatannya itu dapat ia menyeberang parit
ini dan segala ikan-ikan di dalam air pun habis mendengar katanya”. Maka
masing-masing pun bersiap hendak lari daripada atas kota itu.
Di dalam hal yang demikian itu
maka rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama pun menyebut nama Allaha
Taa’laya di pegang akan pintu kota itu seraya bersabda “Hai pintu, buka olehmu
dengan hukum Allaha” maka pintu itupun terbukalah maka rasul Allaha dengan
keempat sahabat pun masuklah ke dalam kota itu. Serta kaum kafir itu melihat
akan rasul Allaha sudah masuk ke dalam kota lalu mereka itu larilah pergi
maklumkan kepada raja Barasa Ghowala. Maka Barasa Ghowala pun terkejut maka ia
pun menyuruh segala pahlawan dan hulubalangnya pergi menempuh dan mengadangkan
keempat pahlawan Asalama itu.
Maka dengan tiada lengah lagi
maka masing-masing pun berlari-larilah datang seperti ombak mengalun
mengadangkan Sayadana A’laya radhoya Allaha a’naha. Maka Sayadana A’laya pun di
hunus Zawa Al Faqoranya di sebut nama Allaha Taa’laya lalu menempuh masuk ke
dalam kaum kafir yang berkuda itu di bunuhnya akan kaum kafir itu tiadalah
menaruh belas kasihan lagi mati mereka itu bertimbun-timbun. Maka Sayadana
Khoalada bana Waalada radhoya Allaha a’naha pun demikian juga di tempuh masuk
ke dalam kaum kafir itu di bunuh akan mereka itu. Maka A’mara bana Maa’da
Karaba pun di tempuh masuk ke dalam kaum kafir itu di palukan dengan cokmarnya
akan kaum kafir itu tiadalah terhisab lagi banyaknya mampus mereka itu. Maka
A’ramaya bana Dayaana pun di hunus pedangnya di sebut nama Allaha Taa’laya di
serbu masuk ke dalam kaum kafir itu di tetak akan mereka itu dengan dua belah
tangannya tiadalah dapat di katakan lagi di amuk oleh A’ramaya bana Dayaana
itu.
Demi di lihat oleh raja Barasa
Ghowala akan sangat keras amuk A’ramaya bana Dayaana di suruh hulubalangnya dan
laskarnya berbanyak-banyak tempuh masuk ke hadapan A’ramaya bana Dayaana itu.
Di tampil oleh kaum kafir ke hadapan A’ramaya bana Dayaana itu beberapa banyak
di bunuh oleh A’ramaya bana Dayaana akan kaum kafir itu tiada juga mereka itu
mahu undur kerana takut akan rajanya. Di dalam hal itu maka A’ramaya bana
Dayaana pun terkena tangkap di tangkap oleh kaum kafir akan dia di bawa
berjalan pergi menuju ke tempat raja Barasa Ghowala berdiri.
Demi di lihat oleh Sayadana
A’laya radhoya Allaha a’naha berseru-seru katanya kepada A’mara bana Maa’da
Karaba “Hai A’mara, segeralah kamu pergi mengikut akan A’ramaya bana Dayaana
itu”. Maka A’mara bana Maa’da Karaba pun berlari-lari pergi ke tepi parit kota
itu berseru-seru katanya kepada a’badawanya “Bawa olehmu akan kuda aku yang
bernama Qoshaa itu segeralah mari ke seberang sini” lalu a’badawanya pun di
naik ke atas kuda itu di kertakkan pergi dekat dengan tepi parit itu di suruh
kudanya itu melompat maka kuda itupun melompat ke seberang parit itu.
Setelah sudah di lompatnya maka
A’mara bana Maa’da Karaba pun naik ke atas kuda itu di suruh kudanya itu di
kertakkan maka kuda itupun larilah seperti angin pergi masuk ke dalam kaum
kafir yang membawa A’ramaya bana Dayaana itu. Maka terkejutlah kaum kafir itu
masing-masing menghilangkan dirinya kerana takut akan cokmar A’mara bana Maa’da
Karaba itu maka A’mara bana Maa’da Karaba pun di angkat cokmarnya di palukan
kepada kaum kafir itu dengan sekali palu tujuh puluh kaum kafir itu mati.
Kemudian di palu pula berturut-turut ada yang kena ada yang tiada kena kepada
kaum kafir itu kerana kaum kafir itu berlari-lari ke sana ke mari di turut oleh
A’mara bana Maa’da Karaba hingga sampai kepada tempat A’ramaya bana Dayaana
itu.
Serta sampai dekat hendak di
palunya kepada kaum kafir yang duduk berkeliling A’ramaya bana Dayaana itu maka
mereka itupun lari pecah belah di tinggalkan A’ramaya bana Dayaana dengan
ikatnya. Maka A’mara bana Maa’da Karaba pun di uraikan ikatan tangan kaki
A’ramaya bana Dayaana di bawa berjalan balik sampai ke tengah jalan. Di lihat
oleh A’mara bana Maa’da Karaba dan A’ramaya bana Dayaana akan hal raja Barasa
Ghowala serta dengan hulubalangnya ada mengeliling akan rasul Allaha di
lihatnya rasul Allaha ada berdiri sama tengah bangkai kafir celaka itu seperti
pagar berkeliling rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama segala senjata
kafir itu mengenai di atas bangkai-bangkai itu.
Maka A’mara bana Maa’da Karaba
dan A’ramaya bana Dayaana pun menyebut nama Allaha di serbu masuk ke dalam kaum
kafir itu di palunya dengan cokmarnya dan A’ramaya bana Dayaana pun membunuh
akan kafir-kafir celaka itu dengan dua belah tangannya. Di dalam seketika
bertambun-tambun pula mati kaum kafir itu dengan sebab dhorab amuk keduanya itu.
Maka pecahlah segala kaum kafir itu di usir akan kaum kafir hingga sampai pada
tempat Sayadana Khoalada bana Waalada radhoya Allaha a’naha berperang itu.
Di lihat pula Sayadana Khoalada
bana Waalada itu beroleh banyak luka di tubuhnya kira-kira tiga puluh luka yang
kecil-kecil maka di bantunya pula akan Sayadana Khoalada bana Waalada itu. Maka
jadi berbunuh-bunuhanlah yang amat besar pula pada tempat itu. Demi di lihat
oleh rasul Allaha akan hal kaum kafir itu tiada mahu undur maka rasul Allaha
pun di ambil segenggam pasir dengan tangannya yang maha mulia itu di sebut nama
Allaha Taa’laya di semburkan hala kaum kafir itu serta di semburkannya. Maka
kaum kafir itupun merasai sakitlah tubuh badannya lalu menjerit-jerit seraya
berkata “Apakah pula bala ini mengenai tubuh kita seperti di hiris dengan
pisau” tiadalah dapat di tahani lagi maka masing-masing pun memecahkan dirinya
lari cerai berai. Maka A’mara bana Maa’da Karaba dan A’ramaya bana Dayaana dan
Sayadana Khoalada bana Waalada pun baliklah mendapat rasul Allaha.
Maka sabda rasul Allaha kepada
A’mara bana Maa’da Karaba dan A’ramaya bana Dayaana “Pergilah tuan-tuan kedua
melihat di mana ada A’laya itu” maka keduanya pun pergilah mencari Sayadana
A’laya radhoya Allaha a’naha. Di lihatnya baginda itu ada di tengah kaum kafir
itu duduk mengamuk demi di lihatnya akan hal Sayadana A’laya maka A’mara bana
Maa’da Karaba dan A’ramaya bana Dayaana pun menyebut nama Allaha maka keduanya
pun menyerbu masuk ke dalam kaum kafir itu. Kemudian Sayadana Khoalada bana
Waalada radhoya Allaha a’naha pun datang pula membantu Sayadana A’laya maka
jadi keempat pahlawan itu melawan bertetak pedangnya dengan kaum kafir itu. Barang
ke mana di tempuhnya oleh Sayadana A’laya radhoya Allaha a’naha menjadi porak
pariklah kaum kafir itu tiada selamat adanya.
Maka A’mara bana Maa’da Karaba
pun di kertakkan kudanya serta di gerbangkan rambutnya di pegang akan cokmarnya
berlari-lari ke sana ke mari mengusir-usir kaum kafir itu seperti harimau
garang lakunya dan Sayadana Khoalada bana Waalada radhoya Allaha a’naha itu di
hunus pedangnya yang bernama Sayafa
Allaha itu menerbang ia seperti burung melayang-layang masuk ke dalam kaum
kafir itu di cantas kepala kafir itu berguling-guling ke bumi seperti anak kati
dan A’ramaya bana Dayaana itu di pacu kudanya pantas seperti angin masuk ke
dalam kaum kafir itu di tetak dengan dua belah tangannya. Demikianlah hal
keempat pahlawan itu membunuh kaum kafir itu tiadalah terhisab banyaknya
bertambun-tambun seperti busut rupanya dari kerana sebab sangat amuk keempat
pahlawan itu. Maka kaum kafir itupun habis pecah belah lari tiada berketahuan
perginya.
Kemudian Sayadana A’laya radhoya
Allaha a’naha dan A’mara bana Maa’da Karaba dan Sayadana Khoalada bana Khoalada
radhoya Allaha a’naha dan A’ramaya bana Dayaana pun balik marilah mengadap
rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama. Kata Rabayaa’ radhoya Allaha
a’naha bahawa adalah kaum kafir yang mati di bunuh oleh pahlawan itu banyaknya
lima ribu orang hulubalang raja Barasa Ghowala itu. Telah sudah selesai segala
kaum kafir itu lari maka rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama
duduklah pada suatu tempat bermesyuarat dengan keempat sahabat-sahabat itu.
Di dalam hal yang demikian maka
kaum Asalama yang duduk di luar kota itu seorang dengan seorang berkata-kata
“Wahai bahawa adalah junjungan kita itu lamalah sudah baginda itu masuk ke
dalam kota. Apalah halnya pun tiadalah kita ketahui sangatlah susah hati kita
ini kerana kita tiada boleh khabar daripada baginda itu”. Maka segala
sahabat-sahabat pun duduklah dengan ke masygulan yang amat sangat. Di dalam hal
yang demikian itu maka Iblis A’layaha Laa’nata pun merupakan dirinya seperti
rupa Sayadana Khoalada bana Waalada berdiri ia di tepi parit kota itu dengan
tangisnya berseru-seru katanya “Yaa
Akhowaana Al Masalamayana, adapun junjungan kita rasul Allaha sudah kembali
ke rahmat Allaha Taa’laya” sambil ia
berkata sambil ia menangis serta menghempas-hempaskan dirinya.
Serta kaum Asalama mendengar seru
Iblis itu masing-masing pun menangislah dan meratap pelbagai-bagai jenis
ratapnya mereka itu. Ada setengah berkata-kata “Wahai sekian lamanya itu tiada
jadi barang suatu apa-apa ke atas junjungan kita itu maka pada hari ini telah
sudah di lakukan kudrat Allaha Taa’laya ke atasnya. Telah putuslah hari kita
ini dan siapalah kita hendak harap lagi nasib kitalah” dan kata setengah “Wahai
dengan sebab berbuat dosakah maka telah jadi hal yang demikian itu ke atas kita
ini. Jika demikian terlebih baik kita berangkat balik ke desa kita. Jika kita
duduk pun tiadalah menjadi gunanya yang kita harap itu sudah lenyap dari dalam
dunia ini”.
Di dalam hal itu maka rasul
Allaha pun berkata kepada Sayadana A’laya “Marilah kita pergi melihat akan kaum
Asalama yang duduk di luar kota itu. Apalah mereka itu”. Maka rasul Allaha
serta dengan keempat sahabat itupun pergilah ke tepi parit kota itu di lihat
akan kaum Asalama ada duduk dengan kemasygulan serta dengan tangisnya. Demi di
lihat oleh Sayadana A’laya radhoya Allaha a’naha akan kaum Asalama itu duduk
dengan kemasygulan berseru-seru Sayadana A’laya radhoya Allaha a’naha katanya “Yaa Akhowaana Al Masalamayana, apalah
mulanya sebab tuan-tuan ini duduk menangis apa kesusahan tuan-tuan sekelian
ini”. Maka sahut mereka itu katanya “Ya A’laya, bahawa adalah Sayadana Khoalada
bana Waalada datang memberi tahu kepada hamba sekelian di katakannya junjungan
kita itu sudah pulang ke rahmat Allaha Taa’laya sebab itulah maka kami sekelian
menangis mengenangkan untung nasib kami”.
Maka rasul Allaha bertanya kepada
Sayadana Khoalada bana Waalada radhoya Allaha a’naha “Sungguhkah tuan hamba
berkata perkataan yang demikian itu maka kaum Asalama sudah menaruh
kemasygulan” maka ujar Sayadana Khoalada bana Waalada katanya “Ya rasul Allaha,
demi Allaha sekali-kali tiada hamba berkata perkataan yang demikian itu dan
lagipun perkataan yang demikian itu sekali-kali nanti tiada di keluar daripada
mulut hamba”. Maka sabda rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama “Ya
A’laya, pada fikiranku sekali-kali Khoalada tiada berkata perkataan itu maka
Iblis A’layaha Laa’nata itu juga merupakan seperti rupa Khoalada. Ia yang
berkata perkataan itu tiadalah syak lagi”.
Setelah itu maka segala
sahabat-sahabat pun barulah merasai suka hatinya serta mendengar suara rasul
Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama bersabda yang demikian itu. Maka rasul
Allaha pun di suruh kepada Sayadana A’laya meletakkan titian dan segala kaum
Asalama yang di seberang parit itu menitilah ke seberang sini maka di kerjakan
oleh Sayadana A’laya radhoya Allaha a’naha. Maka segala kaum Asalama pun
marilah masuk ke dalam kota mengadap rasul Allaha serta memuji-muji akan Allaha
Taa’laya dan rasulnya setelah duduklah sekelian bersama-sama rasul Allaha di
dalam kota itu adanya Wa Allaha Aa’lama.
Sumber : Hikayat A'mara Amayara Dhomaraya
Di rumikan : Mahamada Bana A'bada Allaha
No comments:
Post a Comment