Ba Sama Al Laha Al Rohamana Al Rohayama
Bacalah dengan nama tuhan kamu yang menjadikan. Menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan tuhan kamu yang keramat. Yang mengajarkan dengan kalam. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Al A'laqo

Thursday, January 20, 2011

AL HAMADA (AL-Segala, Hamada-Puji)

Saudara pembaca yang budiman,

Mengikut penceritaan kalimah AL HAMADA ialah kalimah pertama yang disuarakan oleh manusia yakni Nabi Adam Alayaha Al Salama yang bermaksud Segala Puji.

Tidak ada satu pun manuskrip Ilmu Hakikat yang ada ditangan fakir yang tidak membicarakan kalimah AL HAMADA ini. Masing masing memberi tafsiran tersendiri secara panjang lebar.

Melalui ENTRI kali ini fakir sampaikan penjelasan penulis manuskrip ILMU & MAKRIFAT TOK GURU PERAMU berkaitan kalimah AL HAMADA ini

AL HAMADA( Alif – Lam – Ha – Mim - Dal )

ALIF - Huruf ALIF itu waktu SUBUH.
Nabi Adam A'layaha Al Salama cahayanya Putih.
Malaikatnya Jabara Yala Ruhani. Sahabatnya Abawa Bakara & Fatayamaha
Keluar dari huruf ALIF itu DUA rakaat kerana tajalaya tuhan dua mertabat yakni Martabat ZAT atau AHADAYAHA dan Martabat SIFAT atau WAHADAHA.
Istananya dibawah susu kiri . Keluar cahaya pada dahi.
Kenyataan pada kita ialah MULUT & LIDAH

LAM - Huruf LAM itu waktu ZUHUR.
Nabi Ibrahim Kholayaha Allaha cahayanya Kuning.
Malaikatnya Makarabawana.
Keluar dari huruf LAM itu EMPAT rakaat kerana tajalaya Tuhan WUJUD – ILMU – NAWARA – SAWAHAWADA.
Istananya pada HATI di lambung susu kiri yaitu RUH MAZAYAFAHA.
Kenyataan pada kita ialah HIDUNG & MATA

HA - Huruf HA ini waktu ASAR.
Nabinya Nabi Yawanasa A'layaha Al Salama Cahayanya Hijau Kuning.
Malaikatnya MAYAKA YALA. Sahabatnya pula ialah A'mara.
Keluar dari huruf HA ini EMPAT rakaat yakni API – AIR – ANGIN – TANAH.
Istananya pada LIMPA – Nafsu Jasmani.
Kenyataan pada kita ialah BAHU & DADA.

MIM - Huruf MIM itu waktunya MAGHRIB .
Nabinya ialah Nabi Mawasaya Kalama Allaha. Cahayanya Merah Hitam.
Malaikatnya ASHADAHA & WAHAYADAYAHA.
Istananya PARU – PARU Nafsunya Nafsu Haiwan.
Kenyataan pada kita ialah MATA ( Cahayanya )

DAL - Huruf DAL itu waktu ISYA’
Nabinya Nabi Nawaha A'layaha Al Salama. Cahayanya Hijau Hitam.
Malikatnya AZARAFA YALA. Sahabatnya Alaya.
Keluar dari huruf DAL itu EMPAT rakaat kerana Tajalaya Tuhan Daya – Wadaya – Manaya – Maa'nayakama.
Istananya HEMPEDU dari bawah lidah hingga ke telinga.
Kenyataan pada kita ialah TAPAK KAKI.


Ayat2 Al Quran ttg cahaya

Allaha Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (257) Al Baqarata

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (174) Al Nasaa

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu pesuruh Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allaha, dan kitab yang menerangkan. (15) Dengan kitab itulah Allaha menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allaha mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (16) Al Madaata

Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allaha dengan mulut mereka, dan Allaha tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (32) Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (33) Al Tawabata

Al Ra. Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (1) Abarahayama

Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allaha tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab yang bercahaya, (8) Al Haja

Allaha cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allaha, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allaha membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allaha memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allaha Maha Mengetahui segala sesuatu. (35) Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak, di atasnya awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, barangsiapa yang tiada diberi cahaya oleh Allaha tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (40) Al Nawara

Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, (45) dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allaha dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (46) Al Ahazaba

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allaha hatinya untuk agama Asalama lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allaha. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (22) Al Zamara

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (52) Al Shawaraya

Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allaha benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. (9) pada hari ketika kamu melihat orang mawamana laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak. (12) Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan: "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (13) Dan orang-orang yang beriman kepada Allaha dan pesuruh-Nya, mereka itu orang-orang yang benar dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. (19) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allaha dan berimanlah kepada pesuruh-Nya, niscaya Allaha memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allaha Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (28) Al Hadayada

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allaha dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allaha tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (8) Al Taharayama

Monday, January 17, 2011

Awala Al Dayana Maa'rafayata Allaha

Permulaan agama mestilah MENGENAL ALLAHA.

Firman Allaha :-

Ya Mahamada kenalkanlah DIRI kamu sebelum kamu Mengenal Aku dan sebenar-benar kenal Diri kamu ialah Engkau Kenal Aku

Allaha juga Berfirman :-

Ya Mahamada Aku jadikan baharu alam ini kerana Engkau dan Aku jadikan engkau kerana Aku. Maka engkau inilah sebenar-benarnya RAHSIA AKU.

Dengan ini bererti kita mesti berpegang kepada pokok kesimpulan RAHSIANYA itu yakni kita mesti betul betul kepada pengertian dan pemahaman RahsiaNya itu dengan terang dan jelas.

Marilah kita renungi Firman.

Firman Allaha saperti berikut :-

Aku tidak memandang kepada rupamu yang cantik...pengetahuanmu yang banyak, jika kamu tidak Mengenal Aku. Maka sia sia sajalah amal kebajikan serta solat kamu yakni umpama debu yang berterbangan di udara di tiup angin. Engkau itu Aku dan Aku itu engkau.

Oleh itu saudaraku sekalian kamu, tuntutlah betul-betul dan pelajarilah dengan sungguh sungguh serta kajilah dengan mendalam agar kamu DAPAT MENGENAL ALLAHA dengan sebenar-benarnya. Mudah-mudahan Allaha akan mengangkat Darjat kamu menjadi AHLI SUFI dan WALINYA.

Sebanyak manapun kitab kita baca, kaji dan pelajari INTIPATI yang perlu kita dapat dan perolehi hanya EMPAT ( 4 ) PERKARA sahaja yaitu perkara yang membolehkan amal ibadah kita diterima dan diakui oleh Allaha Sabahana Wa Ta A'laya.

Perkara itu ialah :-

Pertama Mengenal Allaha dengan sebenar-benar pengenalan dengan bukti yang terang dan jelas.
Kedua sentiasa dalam TUBUH ALLAHA dengan bukti yang terang dan jelas juga.
Ketiga sentiasa mendengar SERUAN ALLAHA juga dengan bukti yang jelas dan terang.
Keempat Datang dari Allaha kembali kepada Allaha dengan pedoman yang sebenar-benarnya terang dengan bukti yang jelas.

Sesungguhnya keputusan perkara-perkara diatas, nampaknya senang dibaca tetapi tiap tiap satu perkara di atas bukanlah mudah diperolehi pemahaman dan pegangan keimanannya walaupun kita telah membaca mengkaji banyak buku, berguru dengan ramai guru. Jika kita tidak menemui/ditemukan dengan buku buku dan guru guru yang benar benar dapat memberi petunjuk untuk pemahaman kita secara terang dan jelas.


Peringatan Tentang Sembahyang

Barangsiapa menyembah NAMA TANPA MAKNA bahawasanya ia KUFUR

Barangsiapa menyembah MAKNA TANPA NAMA bahawasanya ia MUNAFIK

Barangsiapa menyembah NAMA DAN MAKNA dengan HAKIKAT MAKRIFAT mereka itulah orang2 beriman sebenar-benarnya

Barangsiapa meninggalkan NAMA DAN MAKNA bahawasanya mereka itulah ARIF BA ALLAHA

Solah Daim itu ialah solah tanpa huruf tanpa suara tanpa apa apa perbuatan. Ianya ialah kerja HAYAT atau kerja HIDUP. Yang Hidup itu ialah NUR ALLAHA atau Nur Mahamada yakni Nyawa.

Atas dasar di ataslah mengapa hamba menanyakan makna Allah yg di sembah oleh orang2 Islam dan apabila di tanya kpd JAKIM, tiada jawapan yang dapat di berikan.

Sumber: Kitab Tok Guru Peramu

Saturday, January 15, 2011

Penubuhan Kerajaan Bentan

Hataya berapa lamanya maka tuan puteri pun hamillah maka Sang Perba pun terlalu sukacita melihat isterinya hamil itu setelah genap bulannya maka tuan puteri pun beranaklah seorang laki2 terlalu elok parasnya dan sikapnya. Maka Sang Perba pun terlalu sukacita hatinya kerana melihat anakanda baginda itu maka di namai oleh baginda Sang Maniaka maka dipeliharakannya dengan sepertinya. Syahdan maka baginda pun mengasihi anakanda dengan sepertinya maka di pungut segala budak2 akan inang pengasuh anakanda baginda bermain2 itu. Hataya berapa lamanya antara maka tuan puteri pun hamillah pula telah genaplah bulannya akan berputera maka tuan puteri pun beranaklah seorang laki2 amat elok rupanya. Maka di namai oleh baginda Sang Jaya Nantaka maka di peliharakan oleh ayahanda baginda dengan sepertinya. Maka dipungutnya inang pengasuh akan teman anakanda baginda bermain di tahunya akan anakanda itu kelak menjadi raja besar. Hataya maka berapa lamanya maka tuan puteri pun hamil pula telah genap bulannya akan berputeralah maka tuan puteri pun berputeralah pula seorang laki2 terlalu elok rupanya. Maka di pelihara oleh baginda seperti di peliharalah anakanda kedua itu maka di namai oleh baginda Sang Manika. Hataya berapa lamanya tuan puteri pun hamillah pula setelah genaplah bulannya maka tuan puteri pun berputeralah seorang laki2 terlalu elok rupanya dan baik parasnya maka di namai oleh baginda Sang Setiaka.

Maka Sang Perba pun naik keinderaaan mengadap ayahanda bonda baginda itu. Maka Sang Matayaka pun telah melihat cucunda baginda itu datang maka diambil oleh baginda dipeluk di cium akan cucunda itu dan dianugerahi akan cucunda itu beberapa pakaian keinderaan emas yang bertatahkan ratna mutu manikam dan berapa pakaian yang indah2. Telah berapa hari lamanya baginda duduk mengadap ayahanda baginda maka iapun bermohon kembali ke Bukit Seguntang duduk memelihara anakanda baginda. Maka mahsyurlah pada segala negeri bahawa raja di Bukit Seguntang itu sudah berputera empat orang laki2. Maka orang segala negeri itupun pergilah mengadap masing2 dengan persembahannya. Maka di anugerahi oleh baginda akan segala mereka itu maka segala mereka pun terlalu sukacita. Maka anakanda baginda pun besarlah maka ayahanda bonda baginda terlalu kasih akan anakanda baginda itu. Maka Sang Perba tahulah akan anakanda baginda keempatnya itu menjadi raja besar datang kepada akhir zaman anak cucunya di atas tahta kerajaan. Maka anak raja keempat itupun terlalu berkasih kasihan keempat bersaudaranya maka seketika pun tiada akan bercerai makan dan tidur pun bersama2 juga. Maka Bukit Seguntang itupun menjadi perbandaran besarlah. Maka mahsyurlah negeri yang tiada beraja masing2 hendak pohonkan baginda serta duduk menantikan sementara besar anak anak raja itu juga dapat akan memerintah kerajaan. Maka masing2 pada layaknya di berikan oleh baginda maka senantiasa mereka itu masuk mengadap baginda . Hataya berapa lamanya maka segala mereka itupun bermohonlah kepada Sang Saperba kembali ke tempatnya demikianlah hal mereka itu.

Maka anak raja keempat itupun besarlah bermain2 keempat bersaudara ke padang memakai baju zirah kerajaan yang bertatahkan ratna mutu manikam. Apabila hari hampir akan petang maka iapun kembalilah. Demikianlah pekerjaan anakanda baginda keempat itu. Adapun Sang Saperba apabila ia rindukan ayahanda bonda baginda itu maka ia naiklah keinderaan mengadap maka ayah bondanya pun demikian juga apabila hendak bermain ke dunia maka baginda pun turun ke Bukit Seguntang mendapatkan anakanda dan cucunda keempat itu. Maka bagindapun terlalu suka hatinya. Syahdan berapa pakaian dari keinderaan di anugerahikan cucunda baginda keempatnya itu maka Sang Perta Dewa pun bertitah “Adapun cucuku keempat ini menjadi raja besar di dalam dunia ini datang kepada anak cucunya". Syahdan asal raja turun di Bukit Seguntang serta memeluk mencium akan cucunda baginda keempat maka baginda pun kembali keinderaan maka Sang Saperba mengantarlah ayahanda baginda berapa hari duduk di keinderaan maka baginda pun bermohon kembali ke Bukit Seguntang Biru memelihara akan anakanda baginda keempatnya itu. Apabila tiada kelihatan maka di suruh baginda cari demikianlah pekerjaan baginda itu.

Sebermula ada seorang nakhoda ia berahi hendak melihat rupa anak raja itu maka nakhoda itupun berlengkap dengan persembahan maka keluar nakhoda itu pun bermuat ke perahu beberapa selangnya maka nakhoda itupun turun ke perahu lalu berlayar menuju ke Palembang. Hataya berapa lamanya berlayar itu maka nakhoda itupun hampir sampailah ke Palembang. Sebermula maka anak raja keempat itupun memakai baju anta kesapam lalu pergilah bermain2 kepada pulau itu mengambil buah buahan terlalu suka. Syahdan maka perahu nakhoda itupun sampailah ke pulau itu maka nakhoda itupun turun hendak mandi dan hendak mengambil air kayu dengan segala anak perahunya maka nakhoda itupun berjalan2. Bermula anak raja keempat itupun bermain pada tepi perigi itu maka tiada dilihatnya orang datang itu maka nakhoda itupun pergilah pada perigi itu maka dilihatya ada budak2 empat orang terlalu baik rupanya maka fikir nakhoda itu bukan gerangan anak manusia budak2 ini kalau2 anak dewa2 gerangan maka segera di usirnya maka dilihatnya oleh anak raja keempat itu orang datang itu maka ia hendak berlari tiada sempat maka kata Sang Maniaka “Mari kita bersembunyi di balik batu hampar telaga ini”. Maka sahut oleh ketiga bersaudara itu baiklah maka keempat anak raja itupun bersembunyilah.


Maka nakhoda itupun datang pada telaga itu maka dilihat budak2 keempat itupun tiadalah tampil lagi maka di cari oleh segala juak2 perahunya itupun tiada bertemu. Maka nakhoda itupun mencari maka di cari oleh juga akan budak2 itu tiada “Kemana perginya sekarang kita lihat” maka di carinya juga tiada bertemu maka nakhoda itupun hairanlah akan dirinya. Maka kata nakhoda itu “Pada bicara hamba anak dewa2 gerangan maka dengan seketika ini juga lenyap pada mata kita”. Sekelian orang itupun hairanlah maka nakhoda itupun mandilah dan segala juak2 perahu itupun mandilah serta mengambil air dan kayu. Setelah sudah maka masing2 pun turunlah ke sampan lalu di kayuh ke perahunya. Maka anak raja keempat itupun keluarlah lalu kembali ke Bukit Seguntang.

Maka baginda pun tertanya kepada anakanda baginda itu “Kemana pergi tuan keempat bersaudara”. Maka tiada ayahanda lihat maka Sang Maniaka pun berceritalah tatakala ia pergi pada pulau itu bertemu dengan sebuah perahu hendak mengambil air maka tiada sempat patik lari “Maka patik bersembunyi pada suatu tempat. Setelah nakhoda kembali patik keempat bersaudara pun keluarlah”. Maka berderau hati baginda serta bertitah “Hai anakku dan buah hatiku lain kalinya jangan engkau demikian. Tiadakah tuan ada hamba jika tuan hendak pergi bermain beritahu ayahanda boleh ayahanda kerahkan segala rakayat mengiringkan tuan”. Maka anak raja itupun diamlah maka baginda keempat itupun di ceritakan kepada permaisuri maka kata permaisuri dengan air matanya “Aduh anakku mengapa maka demikian pekerti tuan tiadakah tuan ada hamba jikalau tuan hendak pergi bermain pun beritahukan ayahanda bonda supaya boleh ayahanda bonda suruh lengkapkan segala rakyat bala tentera tiadalah baik pekerti tuan demikian itu”. Maka oleh permaisuri di mandikan anakanda baginda keempat itu dan diberinya memakai pakaian maka kata permaisuri “Aduh tuan, bonda melihat tuan itu seketika pun tiada dapat bercerai diadap orang pun bersama2”. Demikianlah baginda memeliharakan anakanda baginda itu maka segala orang sana sini pun senantiasa datang mengadap baginda.

Sebermula nakhoda itupun sampailah ke Palembang maka ia pun bersiaplah berlengkap persembahan setelah sudah maka lalu ia berjalan ke Bukit Seguntang berapa antaranya maka sampailah lalu ia datang kepada Syahbandar maka kata nakhoda itu “Ya syahbandar hamba sekelian ini datang hendak mengadap duli Shah Alam”. Maka kata syahbandar “Baiklah mari kita pergi” lalu berjalan maka bagindapun sedang ramai di adaplah segala menteri dan hulubalang. “Marilah nakhoda duduk” maka nakhoda itupun sujud lalu duduk menyembah maka titah baginda “Hai nakhoda apa pekerjaan datang ke negeri kita ini kerana bukan bandar besar”.

Maka sembah nakhoda itu “Daulat tuanku patik memohon ampun dan kurnia patik hendak berniaga serta patik hendak mengadap duli tuanku juga kerana barangsiapa melihat rupa raja itu bahawasanya ia bertemu dengan Allaha Ta A’laya demikianlah”. Maka bagindapun tersenyum maka nakhoda itupun tiadalah lain dipandangnya melainkan anak raja keempat itu juga di pandangnya. Maka nakhoda melihat anak hamba ini dan apa penglihatan nakhoda itu maka sembahnya “Daulat tuanku ada tatkala patik tiada beroleh angin maka patik keputusan air dan kayu. Maka patik bertemu dengan sebuah pulau antara Palembang ini maka patik naik ke pulau itu hendak mengambil air dan kayu. Maka patik lihat budak2 empat orang terlalu baik parasnya dan pakaiannya keempatnya maka oleh segala teman patik dikatakan budak2 lari. Maka budak keempat itupun lari hampir telaga batu lalu ghaib keempatnya tiadalah bertemu dengan patik2 sekelian. Maka patik lihat rupa budak keempat orang itu seperti akan rupa paduka anakanda inilah besarnya dan pakaian nya pun tiada bersalahan sebab itulah maka patik sekelian memandang paduka anakanda ini. Pada bicara patik budak empat orang yang bertemu dengan patik itu entah pun anak dewa2 indera juga rupanya maka sekonyong2 ghaib daripada mata patik sekelian ini”.


Apabila baginda mendengar sembah nakhoda itu maka baginda pun tersenyum seraya bertitah “Hai nakhoda jika ada budak keempat itu adakah nakhoda sekelian kenal?”. Maka sembah nakhoda itu dan kawan2nya sekelian “Daulat tuanku Shah Alam patik kenal tuanku keempatnya kerana patik sekelian lihat hamper juga tiada juga jauh”. Raja mendengar sembah nakhoda demikian itu maka baginda pun tersenyum lalu bertitah “Hai nakhoda, pada bicara kita jikalau nakhoda lihat pun tiada di kenal oleh nakhoda kerana budak2 keempat itu sungguhpun manusia seperti anak dewa2 dan indera juga”. Telah di dengar oleh nakhoda titah baginda demikian itu iapun tahulah akan erti titah baginda itu bahawa di katakan itu anakanda bagindalah. Maka nakhoda itupun di persalinnya setelah sudah baginda memberipersalinan akan nakhoda itu mak iapun bermohonlah lalu jalan kembali ke Palembang.

Al Kisah maka tersebutlah perkataan segala orang besar2 di dalam negeri Bentan itu sebab tiada beraja maka ia apa bicaralah mendengar khabar bahawa Bukit Seguntang itu sekarang di turunkan Allaha Ta A’laya bernama Sang Saperba. Maka sekarang Sang Saperba itu sudah menjadi raja dan beranak empat orang laki2 terlalu elok rupanya kerana asalnya Sang Saperba itu anak raja keinderaan. Setelah mereka itu mendengar khabar demikian itu maka segala orang besar2 di Singapura dan di tanah Bentan sekelian pergi ke Bukit Seguntang mengadap baginda di Bukit Seguntang itu memohonkan anakanda baginda itu seorang supaya kita rajakan di tanah Bentan ini kerana anak raja itu asalnya anak raja keinderaan kerana kita sekelian tiada bertuan. Setelah sudah berbicara maka segala mereka itupun berkerah serta berlengkap semuanya itu berlayarlah dan lancang tujuh buah berlengkap akan persembahan dengan segala bunyi2an terlalu gempita bunyinya menuju tanah Palembang.

Hataya berapa lamanya berlayar itu maka sampailah ke Palembang. Maka tuan2 itupun naik ke darat dengan segala persembahannya lalu berjalan ke Bukit Seguntang. Maka segala tuan2 itupun datang mendapatkan shahbandar maka ditanyanya oleh shahbandar “Apa pekerjaan tuan2 sekelian datang ini. Utusan dari mana dan siapa nama rajanya”. Maka kata segala orang besar2 itu “Adapun kami sekelian datang ini sahaja hendak mengadap duli Shah Alam serta hendak menjadi hamba pada kebawah duli Shah Alam”. Setelah Shahbandar mendengar kata2 demikian itu maka shahbandar pun pergi mengadap serta berdatang “Daulat tuanku Shah Alam, maka adalah orang Singapura datang hendak mengadap duli tuanku, maka maksudnya hendak menjadi hamba pada ke bawah duli Shah Alam”. Maka titah baginda “Bawalah ia kemari” maka shahbandar pun segera keluar pergi maka segala orang2 Bentan dengan segala orang2 Singapura itupun hadirlah dengan segala persembahannya, masing2 menantikan titah duli Shah Alam.

Setelah Shahbandar datang maka katanya “Hai tuan sekelian masuklah segera kerana titah suruh masuk”. Maka bagindapun ada keluar di pengadapan di adap oleh segala menteri pegawai. Maka pada ketika itu tahta kerajaan pun sudah di hiasi maka orang Bentan dan orang Singapura pun berjalanlah beriring2 membawa persembahan daripada kampong shahbandar lalu ke balairong. Maka baginda pun sudah hadir di adap orang di atas singgahsana bertatahkan ratna mutu manikam. Maka segala tuan2 itupun datanglah di bawa oleh shahbandar, apabila di lihat oleh raja, segala tuan2 itu maka titah baginda “Marilah tuan2 sekelian kita hendak bertanyakan khabar negeri Bentan dan Singapura”. Maka segala tuan2 itupun menyembah lalu duduk maka titah baginda “Hai tuan2 sekelian, apa kehendak tuan2 datang ke negeri kita ini bukan bandar besar”.

Maka sembah segala mereka itu “Daulat tuanku Shah Alam, patik2 sekelian ini hamba yang dhoif lagi hina memohonkan ampun dan kurnia ke bawah duli Shah Alam. Patik2 sekelian datang ini hendak memohonkan ampun kurnia pada ke bawah duli yang maha mulia jikalau di kurnia oleh Shah Alam maka berani patik berdatang sembah”. Maka titah baginda “Hai tuan2 sekelian apa maksud tuan2 sekelian katakan juga kita dengar, jika ada pada kita tiada kita menahani maksud tuan2 itu”. Demi mendengar titah demikian itu maka segala tuan itupun membuangkan kerisnya lalu meniarap sujud di hadapan baginda maka sembah segala tuan2 itu “Daulat tuanku, patik sekelian ini hamba yang hina lagi dhoif hendak memohonkan ampun lagi kurnia pada ke bawah duli Seri Maharaja jika ada kurnia akan patik apa sekeliannya ini di pohonkan paduka anakanda seorang supaya patik sekelian pertuankan juga. Shahdan datangkan pada anak cucu patikpun di pertuankan juga tiada mau bertuan lain daripada asal anak cucu Shah Alam”.

Setelah Sang Saperba mendengar sembah segala mereka itu maka titah baginda “Adapun anak kita yang tua yang bernama Sang Maniaka itu kita berikan”. Maka bagindapun berlengkaplah segala kelengkapan kerajaan setelah sudah maka dipilih baginda anak orang yang berasal empat puluh orang akan menjadi teman anakanda baginda dan empat orang anak pegawai dan empat puluh orang anak keluaran jadi biduanda dan empat puluh anak dara2 perempuan yang baik parasnya akan dayang2. Setelah sudah lengkap maka baginda pun memeluk mencium paduka anakanda baginda Sang Maniaka. Maka iapun masuk ke dalam istana mendapatkan bonda baginda maka dipeluk di cium oleh bonda baginda dan ditangisnya serta katanya “Hai anakku dan buah hatiku adapun engkau di atas kerajaan itu baik2 memeliharakan segala rakyat2 dan terlebih2 perkasamu akan segala tenteramu dan jangan engkau takbur dan riya kerana negeri dunia ini tiadakan kekal melainkan nama yang baik itu juga menjadi bekal ke akhirat. Jika sudah mati sekalipun, nama nenek moyang dan nama kamupun di sebut orang pada segala negeri yang lain”. Demikianlah pengajar bondanya akan anakanda baginda itu maka Sang Maniaka pun bermohonlah kepada ayahanda dan bonda baginda turun keluar naik ke atas usungan lalu berjalan ke Palembang di iringkan segala tuan2 dan orang kaya2 dan segala rakyat terlalu banyak.

Syahdan berapa lamanya berjalan itu maka sampailah ke Palembang maka Sang Maniaka pun naiklah ke atas perahu kenaikan lalu berlayar. Maka segala dandang dan manjungan pun berlayar maka sampailah ke Bentan. Maka segala orang kaya dan rakyat di dalam negeri itupun sekelian datang menyembah baginda dengan segala bunyi2an terlalu gempita bunyinya serta sampai maka sekelian oranglah sujud mengatakan “Daulat Shah Alam”. Maka Sang Maniaka pun di sambut oranglah naikkan atas usungan maka payung iram kuning pun terkembanglah dan bunyi2an pun dipalu oranglah terlalu ria lalu berarak masuk ke istana. Sudah baginda naik ke istana maka segala orang besar2 dan orang kaya2 dan anak petuanan dan bentan yang memegang anak sungai dan segala penghulu yang memegang sakai itupun sekelian berhimpun datang mengadap baginda maka masing2 dengan persembahannya. Maka segala orang besar itupun bermesyuaratlah akan mengerjakan Sang Maniaka.

Maka pada ketika yang baik maka Sang Maniaka pun memakai kerajaan dan makota di Bukit Seguntang itupun di pakai oleh baginda. Setelah sudah memakai maka baginda pun duduklah di atas tahta kerajaan yang bertatahkan ratna mutu manikam berumbaikan2 mutiara. Berdirilah bentara memikul pedang kerajaan seorang dari kanan dan seorang dari kiri. Maka segala pegawai dan petuanan pun duduklah bersaf2. Maka Bukit Sekandar Za Al Qoranayana di nobat tabal pun di palu oranglah dengan ragamnya maka segala khayalak yang banyak pun sujud menyembah Sultan Sang Maniaka tujuh kali darab ke bumi.

Syahdan tujuh kali pada sehari di nobatkan oranglah setelah sudah tujuh kali sujud maka segala menteri dan hulubalang pegawai petuanan pun di atur oranglah. Maka hidangan pun diangkat oranglah ke hadapan majlis. Maka segala tuan2 itupun makanlah masing2 pada hidangannya. Setelah sudah maka di angkat orang pula minuman dan tambal perbagai citarasanya. Maka piala yang bertatahkan ratna mutu manikam itupun di peredarkan oranglah maka minumlah terlalu ramai melakukan kesukaannya. Setelah sudah maka baginda pun memilih segala orang yang berasal empat puluh orang maka di gelar oleh baginda Bendahara Paduka Raja dan gelarnya seorang Perdana Menteri dan seorang bergelar Temenggung Seri Sura Diraja dan seorang bergelar Tun Pekarma. Sudah itu maka di pilih pula empat puluh orang petuanan yang berasal maka di jadikan hulubalang di gelar oleh baginda Tun Bijaya Sura dan seoran Tun Bijaya Diraja dan seorang Tun Adika Wangsa. Sudah itu maka di pilih oleh baginda empat orang anak perawangan yang berasal, seorang di gelarnya Tun Sang Jaya Raya dan seorang Sang Utama dan seorang Sang Jaya. Setelah sudah bergelar orang dua belas itu maka baginda pun memberi persalinan akan segala pegawai itu dengan sepertinya.

Hataya maka baginda pun anugerah pula akan orang kaya2 dan petuanan kemudian di anugerahkan segala rakyat pula masing2 pada kadarnya. Setelah sudah maka baginda pun member titah kepada Bendahara memungut anak negeri yang berasal empat puluh kita jadikan biduanda suruh di dalam istana dan anak petuanan dua puluh akan jawatan kita. Maka sembah Bendahara “Daulat Tuanku”. Setelah sudah maka segala pegawai dan petuanan itupun bermohonlah kembali ke rumahnya. Maka Bendahara pun bermohon kembali duduk ke Balai sendiri bermesyuarat dengan segala hamba sahayanya hendak memungut orang kaya2 dan petuanan dua puluh itu “Adapun pada bicara hamba barangsiapa ada anak laki2 atau perempuan baiklah di sembahkan ke bawah duli yang di pertuan kerana baginda sendiri bertitah kepada hamba menyuruh memungut”. Maka sembah segala tuan2 itu “Hamba datuk ada seorang anak laki2” maka sembah seorang pula “Hamba datuk anak perempuan”. Maka kata Bendahara “Baiklah tuan2 kita sembahkan duli yang di pertuan”. Maka dari antara itu ada beroleh tujuh orang laki2 dan tujuh orang perempuan anak penghulu yang memegang anak sungai dan yang memegang sakai maka segala nama mereka itupun di suratkan oleh Bendahara katanya “Adapun anak tuan2 sekelian itu bawalah ke rumah hamba dahulu”. Maka kata sekelian mereka itu “Baiklah mana sabda hamba datuk junjung”. Maka segala mereka itu pun bermohonlah pada Datuk Bendahara lalu pulang ke rumahnya.

Maka terdengarlah pada segala anak sungai dan teluk rantau yang di hulu itu bahawa sekarang negeri Bentan itu telah ada raja terlalu adil dengan murahnya dan menterinya pun terlalu bijaksana tekersapanya akan segala rakyat maka mereka itu sekelian pun datang ke Bentan maka orang Bentan dan menduayaga itupun mengadap Bendahara dengan segala persembahannya. Setelah dilihat oleh Bendahara dengan segala tuan2 itu sekeliannya datang itu maka diadap oleh Bendahara hendak mengadap duli yang di pertuan kerana hamba di titahkan oleh baginda menyuruh memberitahu akan saudara hamba sekelian yang datang ke Bentan mahulah mengadap duli yang di pertuan kerana titah baginda hendak memilih segala anak cucu tuan2 sekelian hendak di jadikan pegawai. Setelah ia sekelian mendengar sabda Datuk Bendahara demikian itu maka segala tuan2 itupun menyembah seraya katanya "Akan hamba datuk ini sedia hamba pada ke bawah kadam datuk tiadalah hamba datuk apa bertuan lain. Dahulu Allaha kemudian nabi dan daripada anak cucu kadam datuk tambahan akan sekarang dengan daulat duli Shah Alam, sehari sialah hamba sekelian pertuankan". Maka kata Bendahara jika demikian marilah segera kita mengadap duli yang dipertuan maka sembah segala tuan2 itu “Silakanlah datuk dahulu, hamba datuk sekelian mengiringkan”.

Maka Datuk Bendahara pun berjalanlah ke dalam bertemu dengan Temenggung Seri Sura Diraja maka kata Bendahara “Orang kaya Temenggung, marilah kita mengadap hendak persembahkan segala tuan2 yang baharu datang ini”. Maka kata Temenggung “Silakanlah hamba datuk iringkan”. Maka keduanya pun berjalanlah serta diiringkan oleh segala pegawai dan petuanan. Setelah dilihat oleh raja, Bendahara dan Temenggung datang itu maka titah raja “Marilah Mama Bendahara dan Temenggung, adakah boleh seperti kehendak kita itu?”. Maka sembah Bendahara “Daulat tuanku, boleh setengah kerana patik ini baharu berkampung. Datang mengadap duli tuanku kerana tuan2 ini baharu mendengar khabar lalu tuan2 ini datang hendak mengadap duli yang maha mulia dengan sukacitanya serta membawa sekelian anak bininya”. Setelah baginda mendengar sembah Bendahara demikian itu maka baginda pun terlalu sukacita melihat kurnia baginda akan ia maka mahsyurlah warta raja itu pada segala negeri dan anak sungai dan pulau.

Sumber: Hikayat Hang Tuah

Saturday, January 8, 2011

Asal Raja Bukit Seguntang

Basama Allaha Al Rahamana Al Rahayama

Wa Baha Nasataa’yana Ba Allaha A’laya ini hikayat Hang Tawaha (Hang Tuah) yang amat setiawan pada tuannya terlalu sangat berbuat kebaktian kepada tuannya.

Sekali sepertua adalah seorang raja keinderaan maka raja itu terlalu besar kerajaannya pada segala raja indera seorangpun tiada menyamai dia sekelian menurut titahnya baginda. Shahadan apabila baginda keluar diadap oleh segala raja2 dan menteri hulubalang, maka berapa pedang yang sudah terhunus kepada kiri kanan baginda itu dan beberapa puluh bentara yang memangku pedang yang berikatkan emas bertatahkan ratna mutu manikam. Apabila baginda bertitah pada segala raja2 dan menteri di kanan maka bentara kanan menyampaikan titah baginda itu. Maka apabila baginda memandang ke kiri berititah maka bentara kirilah menyampaikan titah baginda itu. Maka apabila baginda terpandang ke kanan maka segala raja2 dan menteri di kiri sekelian menyembah apabila baginda berpandang ke kiri maka segala raja2 dan menteri di kiri kesemuanya menyembah baginda itu. Adapun nama baginda itu Sang Pertada Wala, adapun Sang Pertada Wala itu tahu akan dirinya akan beroleh anak maka anaknya itu akan menjadi raja di Bukit Seguntang maka daripada anak baginda itu akan menjadi raja besar pada akhir zaman.

Maka tersebutlah perkataan seorang raja terlalu besar kerajaannya maka isteri baginda itupun hamil. Setelah genap bulannya maka permaisuri pun beranaklah seorang perempuan terlalu amat elok rupanya dan kelakuannya pada masa zaman itu seorang pun tiada menyamai rupanya anak raja itu. Maka di namai oleh ayahanda baginda tuan puteri Gemala Ratna Pelanggam maka dipelihara akan oleh paduka ayahanda bonda baginda dengan sepertinya. Shahdan maka paduka ayahanda bonda pun terlalu amat kasih akan anakanda baginda itu. Hataya berapa lamanya maka beberapa anak raja2 datang hendak meminangkan tuan puteri itu tiada di beri oleh paduka bonda baginda kerana segala raja2 hendak meminang itu tiada sama dengan bangsa baginda itu kerana bondanya itu raja keinderaan.

Maka baginda pun bertitah kepada perdana menteri suruh memanggil segala ahala al najawama (ahli bintang) dan segala sasterawan maka sekeliannya pun datang menyembah baginda. Maka titah baginda kepada segala ahala al najawama dan segala sasterawan “Hai kamu sekelian lihat apalah di dalam najawamamu betapakah akan untung bahagian anakku ini”. Maka segala ahala al najawama itupun menyembah baginda lalu melihat dalam najawamanya setelah sudah dilihatnya maka segala ahala al najawama itupun masing2 menggerakkan kepalanya maka titah baginda “Apa sebab maka kamu sekelian menggerakkan kepalamu sekelian”. Maka sembah segala ahala al najawama dan saterawan “Ya tuanku Shah Alam patik memohonkan ampun beribu2 ampun dan kurnia kebawah duli Shah Alam. Adapun paduka anakanda itu terlalu amat bahagia beroleh suami anak raja besar dan anak cucu paduka inilah jadi raja datang pada akhir zaman akan menjadi raja besar. Jika duli tuanku hendak segera memberi paduka anakanda bersuami hendaklah tuanku taruh paduka anakanda itu pada suatu pulau yang bernama Birama Dewa itu dengan suatu mahligai dan dayang. Di sanalah paduka anakanda bersuami akan raja besar”.

Maka baginda mendengar sembah segala ahala al najawama dan saterawan demikian itu maka baginda pun masuk mendapatkan permaisuri. Maka segala menteri hulubalang pun menyembah lalu keluar. Maka raja pun masuk ke dalam istana maka titah baginda kepada permaisuri “Ya adinda akan sekarang ini apa bicara kita akan anakanda ini”. Maka sembah segala ahala al najawama itu sekelianya di ceritakan kepada permaisuri. Maka sembah permaisuri “Ya tuanku, patik memohonkan ampun dan kurnia, adapun patik ini hamba mana titah patik junjung”. Maka pada ketika itu juga baginda pun melengkapi anakanda baginda dengan inang pengasuhnya dan dayang2 sepertinya maka tuan puteri Gemala Ratna Pelanggam pun di peluk cium di tangisnya oleh ayahanda bonda baginda “Hai anakku dan buah hatiku adapun ayahanda bonda membuangkan tuan ke pulau ini bukan kerana ayahanda bonda benci akan tuan dan jangan tuan kecil hati, akan ayahanda bonda menaruhkan tuan kalau2 ada sungguh seperti kata ahala al najawama itu, tuan beroleh kebesaran dan kemuliannya sampai adalah nama ayahanda bonda di sebut orang pada akhir zaman”.

Maka tuan puteri Gemala Ratna Pelanggam pun menyembah ayahanda bonda baginda maka tuan puteri pun di turunkan daripada kenderaannya di bawa ke pulau Birama Dewa serta di perbuatkan suatu mahligai terlalu indah2 berumbaikan mutiara. Setelah sudah maka segala orang yang menghantar itupun kembalilah berdatang sembah kepada baginda serta menyampaikan sembah anakanda baginda itu. Maka tuan puteri pun duduklah pada mahligai di pulau Birama Dewa itu di peliharakan oleh segala inang pengasuhya dan inang sahaya dan segala dayang2nya.

Syahdan maka Sang Perta Dewa pun sekali persetua maka baginda bertitah kepada segala menteri hulubalang “Hai tuan sekelian berlengkaplah keluar esok hari kita hendak pergi berburu”. Maka sembah mangkubumi “Baiklah tuanku”. Maka mangkubumi pun bermohonlah keluar berlengkap gajah dan kuda dan rakyat sekelian setelah lengkaplah maka mangkubumi pun masuk mengadap berdatang sembah “Ya tuanku Shah Alam patik di titahkan berlengkap itu maka sekarang ini sudah patik kerahkan segala rakyat dan gajah kuda”. Maka titah baginda “Baiklah esok harilah kita pergi”. Maka baginda pun berangkat masuk ke istana maka segala menteri hulubalang sekelian pun pulanglah ke rumahnya masing2.

Setelah keesokan harinya maka raja pun berangkatlah dengan segala menteri hulubalang dan rakyat sekelian lalu turun ke pulau itu berburu. Hataya maka dengan takdir Allaha Ta A’laya, Sang Perta Dewa pun melihat sebuah mahligai pada pulau itu maka titah baginda pada segala menteri hulubalang sekelian “Tinggallah tuan2 sini kita hendak pergi pada mahligai itu”. Maka baginda pun pergilah pada mahligai itu. Setelah sampai maka baginda pun naiklah ke atas mahligai itu. Maka di lihat ada seorang puteri di adap oleh segala dayang2 dan inang pengasuhnya dan biti2 perwira sekelian pun duduk mengadap ia terlalu elok rupanya seperti empat belas hari bulan. Maka baginda pun segera menghampiri tuan puteri itu. Maka segala dayang2 pun terkejut dan hairan melihat rupa Sang Perta Dewa itu maka sembah segala inang pengasuhnya “Ya tuanku siapa tuanku ini”. Maka titah Sang Perta Dewa “Aku ini seorang dewa turun dari keinderaan datang hendak berburu dengan segala rakyatku pada pulau ini”. Maka titah baginda “Engkau ini siapa dan apa sebabnya datang kemari ini, bagaimana datang duduk di tengah laut pulau ini?”. Maka sembah segala inang pengasuh tuan puteri pada Sang Perta Dewa sekelian habis dipersembahkan segala kelakuan dan perintah gemala hikmat itupun di persembahkannya pada Sang Perta Dewa. Maka Sang Perta Dewa pun mendengar sembah segala inang pengasuh tuan puteri Gemala Ratna Langgam demikian lalu sukacita hati baginda itu.

Maka segala rakyat perwira yang tersembunyi itupun di suruh keluar dan Marata terbang kenaikan Sang Perta Dewa pun di bawa oranglah pergi ke pulau itu dengan segala bunyi bunyian. Apabila tuan puteri dan segala isi istanan mendengar bunyi bunyian dan melihat segala perintah dewa turun itu terlalu banyak datang dengan segala pakaian terlalu indah2, Marata terbang itupun dengan perhiasan yang keemasan datang mendapatkan Sang Perta Dewa semuanya berdatang sembah pada tuan puteri Gemala Ratna Pelanggam. Maka tuan puteri pun tahulah akan Sang Perta Dewa itu anak raja besar turun daripada keinderaan memakai dengan selengkapnya. Maka tuan puteri pun serta dengan segala isi mahligai itu pun amat sukacitalah di dalam hatinya. Maka Sang perta Dewa dan tuan puteri pun berkata2 dengan Sang Perta Dewa itu.

Setelah sudah maka tuan puteri Gemala Ratna Pelanggam pun dihiasi orang dengan segala pakaian yang amat indah2 dari kerana setelah sudah berhias ia maka Sang Perta Dewa pun di kahwinkan orang dengan tuan puteri Gemala Ratna Pelanggam seperti adat raja2 menanggung kerajaan yang besar2. Setelah itu maka Sang Perta Dewa pun duduklah berkasih kasihan laki isteri barang seketikapun tiada di boleh bercerai, jika mandi bersama2 jika tidur pun bersama2 dan barang maksud tuan puteri itupun tiadalah di lalui oleh baginda dan barang maksud baginda pun tiadalah di lalui oleh tuan puteri Gemala Ratna Pelanggam tatkala mesralah kasih dan sayang.

Maka Sang Perta Dewa pun bertitah kepada puteri “Wahai adinda, kanda pintalah gemala hikmat itu akan kanda ini”. Maka sembah tuan puteri “Pada bicara patik jangankan gemala hikmat itu jikalau tubuh patik sekalipun sedia sudah tersembah pada kebawah duli paduka kekanda”. Maka gemala hikmat itu pun di sembahkan tuan puteri di sambut oleh Sang Perta Dewa lalu di cuba serta di permainnya oleh Sang Perta Dewa maka barang di citanya Sang Perta Dewa sekelian itu keluarlah dari dalam hikmat itu. Maka Sang perta Dewa pun terlalu sukacita hatinya tiada menderita. Maka Sang Perta Dewa pun duduklah di pulau itu bersuka2an dengan isterinya serta segala perwiranya.

Hataya beberapa lamanya Sang perta Dewa duduk dengan isterinya maka tuan puteri pun hamillah. Maka Sang Perta Dewa pun terlalu amat sukacita hatinya. Telah genaplah bulannya maka datanglah pada ketika dia akan berputera maka tuan puteri Gemala Ratna Pelanggam pun berputeralah seorang laki2 terlalu elok rupanya seperti empat belas hari bulan bersei serta keluar itu dengan makotanya. Maka anakanda baginda itupun di sambut oleh baginda serta di namai oleh baginda Sang Saperba.

Shahdan maka Sang Perta Dewa pun bertitah kepada isterinya itu “Adinda jikalau ada kasih adinda akan kanda kerana kanda pun sudah berputera dengan adinda, mahulah adinda mengikut kembali keinderaan ke negeri kanda”. Maka sembah tuan puteri “Jangankan kembali ke inderaan jikalau ka laut api sekalipun patik ikut juga”. Setelah di dengar oleh baginda sembah tuan puteri demikian itu maka baginda Sang Perta Dewa pun berlengkaplah akan kembali keinderaan. Maka segala rakyat keinderaan pun terlalu gempita bunyinya maka akan pulau itupun bergoncang seperti akan karam lakunya. Maka Sang Perta Dewa pun naik ke atas Marata Terbang itu. Maka segala perwira pun naiklah masing2 pada kenaikannya. Maka gemala hikmat itupun diambil oleh Sang Perta Dewa lalu di gendongnya maka mahligai itupun ghaiblah. Maka Sang Perta Dewa pun sampailah ke negerinya lalu masuk ke dalam negeri lalu naik ke istana. Maka baginda pun duduklah berkasih kasihan laki isteri memeliharakan anakanda baginda itu.

Hataya berapa lamanya maka Sang Perba pun besar maka titah baginda pada isterinya “Ya adinda akan sekarang anak kita pun sudah besarlah patutlah ia menjadi raja, adinda pun pada zaman maka akan anak kita inilah akan jadi raja di dalam dunia, akan menetukan asal raja2 bahawa di turunkan Allaha Ta A’laya akan menjadi raja datang pada akhir zaman”. Maka kata tuan puteri “Mana bicara kandalah”. Maka baginda pun menyuruh memanggil segala rakyat, setelah sudah berhimpun maka baginda pun berangkatlah ke Bukit Seguntang. Setelah sampai di lihat oleh baginda akan bukit itupun di nama ia oleh baginda Bukit Seguntang Maha Biru setelah sudah maka Sang Perta Dewa pun menyuruh orang berbuat istana dan balai dan dewan lengkap dengan pengadapan. Setelah sudah maka baginda pun naiklah ke istana itu duduk. Maka Sang Perta Dewa pun menyuruh sayangkan segala pekerjaan maka titah baginda pun kepada tuan puteri “Berlengkaplah adinda kerana kanda hendak merajakan anak kita pada Bukit Seguntang”.

Setelah tuan puteri mendengar titah baginda demikian itu maka tuan puteri pun berlengkaplah dengan sukacita itu juga kerana mendengar pesan bondanya “Hai anakku bahawa engkau beroleh suami akan anak raja keinderaan serta engkau beroleh anak dengan anak raja keinderaan itu, maka anakmu itulah terlebih besar kerajaanyya akan menjadi raja di dalam dunia ini”. Maka tuan puteri Gemala Ratna Pelanggam pun melengkapi dengan selengkapnya dengan pengasuhnya dan segala perwiranya, maka Sang Seperba pun di rajakan oleh baginda di Bukit Segantang itu seperti adat raja2 yang besar2. Setelah sudah baginda merajakan anakanda baginda itu kerajaannya terlalu baik budi afa’alnya serta murah hatinya.

Syahdan sangatlah ia memeliharakan segala rakyatnya maka baginda pun bermohonlah kepada anakanda baginda lalu kembali keinderaan laki isteri. Maka Sang Seperba pun terlalu adil dan perkasanya akan segala rakyatnya. Hataya maka terdengarlah pada segala orang2 besar dan orang kaya2 di tanah Palembang bahawa di Bukit Seguntang itu dan di beraja sekarang ini di turunkan Allaha Ta A’laya dari keinderaan. Hataya sekelian maka segala orang itupun datanglah berhimpun di Bukit Seguntang masing2 bawa dengan persembahannya dan sukacitalah hendak melihat rupa raja2 itu. Maka mereka pun di anugerah ia oleh Sang Seperba masing2 atas kadarnya dan dengan takraspanya serta dengan manusia mukanya seorangpun tiada terlindung lagi. Maka segala orang itupun terlalu sukacita hatinya kerana melihat budi pekerti raja itu dengan demikian terdengarlah pada segala negeri bahawa Bukit Seguntang sekarang di turunkan Allaha Ta A’laya dari keinderaan yang baik budinya dan sangat i mengasih pada segala dagang santeri sekelian. Kelakian maka terdengarlah pada segala negeri dan orang di sana sini pun datang ke Bukit Seguntang dari laut. Maka sekeliannya datang mengadap raja itu masing2 dengan persembahan maka jadilah mahsyur nama raja pada segala negeri yang hampir tanah Palembang itu. Maka bukit Seguntang itu jadi bandar besarlah terlalu ramai jadi negeri lengkap dengan menteri hulubalang dan rakyat hina dina sekelian.

Hataya sekali persetua ia maka Sang Perba pun hendak pergi berburu bermain2 pada sisi bukit Seguntang itu hendak melihat termasa dengan segala orang besar2. Maka Sang Saperba pun berangkatlah dengan segala bunyi bunyian serta dengan segala hulubalang rakyat sekelian. Maka baginda pun berjalanlah bermain2 pada tengah padang itu maka di lihat oleh baginda sebuah kolam terlalu indah2 perbuatannya diikut dengan permata pancurnya berkeliling kolam itu bagai bunga yang indah2 dengan jambangannya. Maka Sang Saperba pun berkeliling pada tepi kolam itu melihatkan kekayaan Allaha Ta A’laya. Maka Sang Saperba pun berpanasan2 hendak mandi maka baginda pun berdirilah pada tepi kolam itu menanggalkan segala pakaiannya. Maka di sambut oleh bentara di pangkunya, maka baginda pun turun mandi dengan segala pegawai ke dalam kolam itu terlalu ria bersembur2an. Maka Sang Saperba pun menyelam maka dengan takdir Allaha Ta A’laya dengarlah oleh Sang Saperba guruh di langit.

Maka turun dewa dari keinderaan merupakan dirinya seekor lembu putih seperti perak yang sudah tersepuh dan tanduknya seperti duri. Maka Sang Saperba pun bangkit daripada menyelam itu maka di lihat seekor lembu terdiri di tepi kolam itu terlalu indah rupanya. Maka Sang Saperba pun naik bersalin kain. Maka dilihatnya lembu itu muntah. Setelah sudah Sang Saperba bersalin kain maka dilihatnya lembu itu pun ghaiblah maka Sang Saperba pun segera pergi pada tempat muntah lembu itu dilihatnya oleh Sang Saperba muntah lembu itu menjadi budak perempuan seorang terlalu elok rupanya dan warna tubuhnya seperti emas sepuluh mutu maka mukanya seperti bulan purnama empat belas hari bulan. Maka Sang Saperba pun mengambil kain putih lalu di selimutnya sudah itu maka tuan puteri pun dinaikkanlah keatas usungan bersama2 baginda lalu di bawa kembali ke negeri lalu ke istana. Maka Sang Saperba pun memilih dayang2 empat puluh inang pengasuh perwira empat puluh. Sudah itu maka tuan puteri itupun diberinya memakai pakaian kerajaan.

Maka Sang Saperba pun menitahkan seorang bentaranya naik keinderaan suruh persembahkan pada paduka ayahanda baginda. Maka bentara pun pergilah serta sampai masuk mengadap Sang Perta Dewa. Maka titah baginda “Hai bentara hendak kemana engkau, apa pekerjaan anakku sekarang?”. Maka sembah bentara “Ya tuanku patik dititahkan oleh paduka anakanda berdatang sembah maka paduka anakanda beroleh seorang puteri terlalu elok rupanya”. Maka disembah oleh bentara segala halnya ehwalnya maka Sang Perta Dewa pun terlalu sukacita mendengar warta anakanda baginda beroleh isteri itu. Maka Sang perta Dewa pun berlengkaplah setelah sudah maka Sang Perta Dewa laki isteri pun turunlah dari keinderaan terlalu gempita suaranya daripada daripada kebanyakan rakyat dari keinderaan mengiringkan Sang Perta Dewa.

Maka Sang perta Dewa pun sampailah ke Bukit Seguntang itu maka terdengarlah kepada Sang Saperba maka Sang Saperba pun segera keluar dari istana mengalu2kan ayahanda bonda maka Sang Saperba pun sujud pada kaki ayahandanya. Maka Sang Perta Dewa dan permaisuri pun memeluk mencium akan anakanda baginda maka Sang Saperba pun membawa ayahanda masuk ke dalam istana dudukkan di atas Sang Kasana yang bertatahkan ratna mutu manikam dan berumbaikan mutiara. Setelah sudah duduk maka tuan puteri pun di suruh oleh Sang Saperba menyembah ayah bondanya. Maka di peluk di cium oleh ayahanda bonda baginda itu akan menantunya itu.

Maka Sang Perta Dewa pun berlengkap akan pekerjaan anakanda baginda Sang Saperba hendak di kahwinkan dengan tuan puteri itu maka Sang Perta Dewa pun menyuruh memulai berjaga2 tujuh hari tujuh malam. Maka Sang Saperba dan tuan puteri pun di hiasi oranglah dengan pakaian kerajaan yang indah2 setelah sudah berhias maka Sang Saperba pun diarakkan oranglah berkeliling negeri dengan segala bunyian2. Setelah genap tujuh hari tujuh malam tujuh kali berkeliling malau berarak kembali ke istana. Setelah sudah maka Sang Perta Dewa pun hendak kembali keinderaan. Maka Sang Saperba laki isteri pun menyembah ayahanda bonda baginda maka ayahanda bonda baginda pun memeluk cium akan menantunya. Maka baginda pun kembalilah keinderaan dengan sukacitanya.

Sumber: Hikayat Hang Tawaha (Hang Tuah)

Wednesday, January 5, 2011

Erti Hamba dan Pencipta

KESIMPULAN HATI

Pertama Hati Yang Beriman Lawannya Kafir
Kedua Sawamaa’ha Lawannya Bayada’aha
Ketiga Hati Yang Taat Lawannya Maksiat
Dan HATI inilah tempat NIAT yang menentukan SAH SOLAT atau lain lain pekerjaan.

KEDUDUKAN NIAT

Bahawa NIAT itu tempatnya di HATI, tidak berhuruf dan bersuara sebagai letaknya harus melaksanakan :-

QASAD menunjukkan ZAT akan SIFATNYA kepada yang disifatkan
TAKRID menentukan ZAT akan SIFATNYA dan kepada yang disifatkan.
TAA’YAWANA sabenar2nya AKU menyatakan DIRI AKU dalam TAUHID Takabarata Al Aharama Aku kepada Sifat yang disifatkan.Maka karamlah DIRI dalam lautan tidak bertepi itu nescaya SOLAT bukan lagi ENGKAU / AKU tetapi AKU ZAT yang melahirkan Kerja Aku dalam rupaku yakni SifatKu yang nyata dalam kelakuan hambaKu. Engkau tiada UPAYA dan KEKUATAN untuk melakukan solat itu malahan engkau lakukan atas Kurniaan & Rahmat Aku semata-mata.

Kenapa engkau merasa ada kewujudan dalam hidup ini sedangkan WUJUD itu adalah Aku semata-mata? Yang mengerjakan kelakuanmu itu Aku atas Kudrat & IradatKu. Yang menentukan waktu pun Aku, Aku punya Ilmu. Tanpa itu engkau tiada hambaku. Aku sengaja menyatakan DIRIKU padamu dan Aku memuji DiriKu diatas lidahmu wahai hambaku. Jangan sekali-kali ada rasa di dalam hatimu bahawa engkau mempunyai kemampuan untuk memujiKu . Ketahuilah bahawa engkau adalah hambaKu yang FAKIR berhak menerima PemberianKu.

TIANG SOLAT

a. HADIR HATI yakni menghadap Allaha dan membuangkan segala yang GHOYARA (yang lain selain Allaha ) didalam solat
b. KHOSHAA’ / TETAP HATI di dalam solat yakni tidak merayau –rayau fikiran kemana mana.c. SEMPURNA bacaan FATAHATA

SAH SOLAT

a. Sah solat kerana SAH WUDHU’
b. Sah Wudhu kerana Sah ISTINJA
c. Istinja itu membersihkan anggota badan dari berupa bentuk najis besar mahupun kecil.

KESEMPURNAAN ASALAMA

Nota oleh Fakir – S = Soalan , J = Jawapan

S Yang dikatakan ASALAMA berapa kesempurnaannya ?
J Tiga Perkara :-
a. Diikrarkan dengan lidah
b. Ditashodaqokan dalam hati
c. Dikerjakan dengan anggota

S Berapa tandakah yang dikatakan seseorang itu Asalama ?
J Empat perkara :-
a. Merendahkan diri ke Hadrat Allaha dan sesama Asalama
b. Suci lidah dari memakan dan meminum benda haram
c. Suci lidah dari dusta dan mengumpat
d. Suci badan daripada Hadath Besar

S Yang dikatakan Asalama berapa syarat pakaiannya ?
J Empat perkara :-
a. Sabar akan Hukum Allaha Sabahana Wa Ta A’laya
b. Redho akan Qodho Allaha Sabahana Wa Ta A’laya
c. Menyerahkan Diri kepada Allaha dengan tulus ikhlas

d. Mengikut Firman Allaha dan Hadith Nabi.

S Apakah yang membinasakan Asalama ?
J Empat perkara :-
a. Berbuat sesuatu amalan yang tiada dasar dari Asalama itu sendiri
b. Mencela orang berbuat baik & meringankan Hukum Allaha
c. Diketahui tetapi tidak dibuat
d. Tiada tahu tetapi malas bertanya

ILMU & MAKRIFAT TOK GURU PERAMU

Pendapat Tok Peramu tentang Makrifat adalah saperti berikut :-

Adapun Keputusan Makrifat itu ialah MENGENAL ALLAHA. Kesudahannya putus ilmu itu yaitu Mati

Adapun Makrifat yang mesti diketahui itu ialah 20 Perkara terbahagi kepada 5 Bahagian


BAHAGIAN PERTAMA :-

Hendaklah diketahui 4 perkara yakni :-
Pertama Allaha sebelum bernama Allaha apa NamaNya ?
Kedua Mahamada sebelum bernama Mahamada apa namanya ?
Ketiga sebelum hari yang tujuh itu apa namanya ?
Keempat sebelum Waktu Yang Lima itu apa namanya waktu itu ?

BAHAGIAN KEDUA :-

Hendaklah juga kamu ketahui 4 perkara lagi.

Pertama 40 hari hendak mati
Kedua 7 hari hendak mati
Ketiga 3 hari hendak mati
Keempat 24 jam sebelum mati.

BAHAGIAN KETIGA :-

Lagi 4 perkara yang perlu kamu ketahui

Pertama hendaklah KENAL DIRI kamu
Kedua hendaklah kenal NYAWA kamu
Ketiga hendaklah kenal PENGHULU kamu
Keempat hendaklah kenal TUHAN kamu

BAHAGIAN KEEMPAT : -

Hendaklah ketahui akan ZIKIR PENYERAHAN NYAWA kepada Allaha (Segala Milik Dia) .

Ada 4 perkara juga.

Pertama Serahkan dengan ZIKIR AFAA’ALA yakni Laa AIaha Alaa Allaha (Tiada Tuhan Selain Allaha)
Kedua serahkan dengan ZIKIR ASAMAA’ (Nama) yakni Allaha Allaha Allaha
Ketiga serahkan dengan ZIKIR SIFAT yakni Hawa Hawa Hawa (Dialah)
Keempat serahkan dengan ZIKIR ZAT yakni Aha Aha Aha (AkuDia)

BAHAGIAN KELIMA : -

Hendaklah ketahui berkenaan RUH juga 4 perkara

Pertama RUH JASMANI yaitu TUBUH kita yakni DIRI TERJALLI
Kedua RUH RUHANI yaitu HATI kita yakni DIRI TERPERI
Ketiga RUH ADHOFAYA yaitu NYAWA kita yakni DIRI YANG TERPERI
Keempat RUH AL-QODASA yaitu RAHSIA kita yakni DIRI YANG WUJUD.

MAHAMADA

Adapun nama MAHAMADA itu jadi TUBUH pada kita.
Tubuh kepada MAHAMADA jadi HATI pada kita
Hati kepada MAHAMADA jadi NYAWA kepada kita
Nyawa kepada MAHAMADA jadi RAHSIA kepada kita.

TUBUH

Adapun yang bernama TUBUH itu PERBUATAN yang datang daripada HATI.
Perbuatan Hati datang daripada Nyawa
Perbuatan Nyawa datang daripada Rahsia
Perbuatan Rahsia datang daripada AFA’ALA ALLAHA.

FAWADA

Adapun yang bernama MATA itu ialah untuk MELIHAT dan orang yang melihat itu tempatnya pada MATA HATI pada JANTUNG.
Didalam jantung ada FAWADA
Didalam Fawada ada CAHAYA
Didalam Cahaya ada RAHSIA
Didalam Rahsia itu adalah seperti Firman Allaha Sabahana Wa Ta A’laya yang berbunyi :-Al Anasana Sayaraya Wa Ana Sayara Hawa
Insan itu adalah rahsiaKu dan sesungguhnya rahsia Dialah.

KENAPA NAMA MAHAMADA ? ( Rahsia Mahamada )

Adapun sebab Nabi Mahamada itu bernama Mahamada kerana Kehendak Allaha. Sekalian ( Keseluruhan / Semuanya ) Alam ini terjadi kerana Mahamada seperti dinyatakan didalam Hadith Qudsi :-

Sekalian jadi daripadamu Ya Mahamada dan engkau jadi daripada AKU

Sabda Baginda Rasul :-

Aku jadi kerana Allaha dan sekalian alam jadi kerana aku.

RAHSIA MAHAMADA ( Mim Ha Mim Dal )

KETERANGAN HURUF MIM AWAL MAHAMADA ( MA )

Pertama menunjukkan ZAT hambanya berdiri solat
Kedua Tempat Makrifat tatkala Qiam
Ketiga Zikir Bagi Zat yaitu ZIKIR RAHSIA
Keempat tatkala itu Tuhan bernama AHADAYAHA
Kelima semasa itu Tuhan Semata-mata .
Belum ada terjadi apa apa akan masa itu bernama AHA( Alif Ha )

KETERANGAN HURUF HA MAHAMADA ( HA )

Artinya SIFAT HAMBA yakni RUKUK dalam solat
Tempat HAKIKAT yaitu Rukuk
Zikir bagi Sifat yakni NyawaTatkala itu Tuhan bernama WAHADAHA

KETERANGAN HURUM MIM KEDUA MAHAMADA ( MA )

Artinya ASAMAA’ HAMBA yaitu SUJUD dalam solat
Tempat TARIQAT tatkala Sujud
Tatkala itu Tuhan bernama WAHADAYAHA
Tatkala itu Tuhan TAJALLI sabenar-benarnya meliputi NAWARA MAHAMADA. Masa itu Tuhan bernama ALLAHA SABAHANA WA TA A’LAYA

KETERANGAN HURUF DAL MAHAMADA ( DA )

AF’AL HAMBA yaitu DUDUK dalam solat
Tempat SYARIAT yaitu tatkala dalam Duduk
Zikir bagi Afa’ala yaitu TUBUH Laa Alaha Alaa Allaha
Tatkala itu Tuhan ibarat LAA ( Lam Alif )
Tatkala itu bercampur RAHSIA dengan NYAWA dan ANASIR ADAMA ( Alif Dal Mim )

KEJADIAN DIRI.

Adapun kejadian DIRI itu terkandung dalam 20 perkara dibahagi kepada 4 bahagian yaitu ( ada 16 shj dicatitkan – fakir )

Bahagian Pertama

1 Jenis ZAT Diri Wujud Rahsia Kita Alam Lahawata Ruh Al-Qodasa
2 Jenis SIFAT Diri Terdiri Nyawa Kita Wujud Mutlak Ruh Adahafaya Alam Jabarawata
3 Jenis ASAMA’ Diri Terperi Hati kita Wujud Alam Ruh RuhaniTubuh halus
4 Jenis AFA’ALA Diri Tajalaya Jasmani Wujud Adahafaya Tubuh Yang Zahir

Bahagian Kedua

1 Wujud – Wujud mutlak – Wujud Hakiki – Wujud Adahafaya – Wujud Tajalaya
2 Ilmu – Ilmu Hakiki – Ilmu Maklumat – Ilmu Fikir – Ilmu Maa’dhoma Al-Asama’ 3 Nur – Nur Al Hadaya – Nur Al Qowadawasa – Nur Hadaya – Nur Al-Bayana
4 Sawahawada – Sawahawada Al-Ayana – Sawahada Khadafaya – Khalaqo Al Asamata – Sawahawada Tawafayala

Bahagian Ketiga

1 Angin Angin Niat –Angin Padatara – Angin Sarasa – Angin Sarawala
2 Api – Al-Hayata – Al-Mawaja – Sajayana
3 Air – Ma Al Hayata – Ma Al Kawasa – Ma Al Zama Zama – Ma Al Hayana
4 Tanah – Tanah Faradawasa – Tanah Tayayana – Arabayala Baasawara – Tayayana Sayayapaaba

Bahagian Keempat

1 Daya Jadi Ruh Masarawapaha – Tubuh – Afa’ala
2 Wadaya Jadi Tulang – Tarayaqota – Hati – Asamaa’
3 Manaya Jadi urat – Haqoyaqota – Nyawa – Sifat
4 Maa’nayakama(Manikam) Jadi Nyawa – Makrifat – Rahsia – Zat

Bahagian Kelima

1 LAA ( Laf Alif ) Ucapan bagi Tubuh menjaga kulit dan bulu Qolabaya kepada Bayata (Rumah) Allaha

2 ALAHA ( Alif Lam Ha )Ucapan bagi Hati penjaga daging dan darah Qolabaya kepada Bayata Al Makmur

3 ALAA ( Alif Lam Alif )Ucapan bagi Nyawa penjaga urat dan tulang Qolabaya kepada Arasya


4 Allaha ( Alif Lam Lam Ha )Ucapan kepada Rahsia penjaga urat dan sumsum Qolabaya kepada Allaha


KEJADIAN BENIH

HAWA QOLABAYA itu RABAYA terdiri Aku didalam Sifat Nafasayaha Aku dikandung dalam Wujud Allaha La Alaha Alaa Allaha, Mahamada Rasawala Allaha Faya Kawala Layala Maha Tayayana Wa Nafasayana Adadamaa Wa Saya Ahawa Lala Mawalaha

Adapun asal kejadian BENIH manusia daripada MAA’NAYAKAMA (Manikam) daripada Syurga, dirupakan Allaha Sabahana Wa Ta A’laya turun kepada HAWA GHAYABA rupa Allaha jadi Manikam rupa gilang gemilang hingga tujuh petala langit dan tujuh petala bumi

- kemudian manikam itu jatuh kepada ubun ubun bapa 100 hari
- kemudian manikam itu jatuh kejantung bapa 40 hari
- kemudian manikam itu jatuh ke Hati Nurani Cahaya Haq 7 hari
- kemudian manikam itu jatuh TA’AYUN HATI berupa air 3 hari
- kemudian manikam itu MERTABAT ZAT pada pinggang bapa 24 jam
- kemudian manikam itu jatuh kerahim ibu dengan rupa huruf ALIF
- kemudian manikam itu kepada ALAM RUH berkumpul saperti biji. Itulah sebab ia bernama manikam
- kemudian manikam bersifat ia bernama ALAM MITHAL. Ini yang bernama seperti Firman Allaha : Al Anasana Sayaraya Wa Ana Sayara Hawa
- kemudian ia menilik dirinya terlalu indah, lalu lupa kepada dirinya bila bercampur dengan darah ibunya. Maka hilanglah rupa itu dan bernama pula ia ALAM AJASAMA yakni Alam Kasar. Kemudian bila sampai janji, keluarlah ia dari kandungan ibunya dan hilanglah rupa yang dilihat maka menangis ia sebab suara inilah bernama ALAM INSAN.

BILA AKHIR HAYAT

Bila akhir hayat kita dapati BERDENYUT-DENYUT PUSAT saperti asap serta kita mendengar ucapan :-

ALASATA BA RABA BAYA KAMA – AHA ( Alif Ha ) ANA MA – KAANA BAYAYA MAA KAANA MASA KAANA.Maka jawablah :-YA ANA LAA ALAHA ALAA ALLAHA – 3 kali

Kemudian nampak cahaya KEBESARAN ALLAHA maka kita zikir ALLAHA – 3 kali Kemudian kita nampak KALIMAH ALLAHA maka kita zikir HAWA – 3 kali

Kemudian kita dengar UCAPAN TUHAN : ANA ALLAHA LAA ALAHA ALAA ALLAHA ANA....serta terus kita memandang akan KEBESARAN ALLAHA maka kita zikir AHA – AHA- AHA ( Alif Ha ).

Maka tamatlah riwayat kita. Ruh kembali ke Rahmat Allaha. Hasana Al Khotayamaha.

Friday, December 31, 2010

Asal Kerajaan Pasai

Maka tersebutlah cerita Begawan Bayasa yang memegang pekerjaan menjadi raja jin di atas kayangan maka raja itupun berputeralah dua orang. Seorang laki2 bergelar Maharaja Pendawa Dewa Nata terlalu amat kesaktian dan gagah berani lagi kebal kuat johan pahlawan tiadalah yang dapat melawan. Maka yang perempuan itupun bernama Puteri Gentaya Nazaraja yang telalu elok parasnya seperti bulan yang empat belas hari cahayanya tiada dapat di tentang nyata segala yang memandang dan menentang habislah bias matanya seperti bintang shamsa dan hidung laksana bintang qamar dan dagunya laksana bintang najama dan susunya bawantara bertanduk durah seperti bintang zuhrah. Maka kedua bersaudara itupun berlaki bini maka lalu ia beranaklah lima lima orang laki2 pertama2 Maharaja Dermawangsa dan kedua Sang Bima dan ketiga Sang Kawala dan keempat Sang Rajuna dan kelima Sang Dewa. Hataya maka Maharaja Pendawa Dewa Nata pun akan ganti Seri Paduka Ayahanda Maulana baginda akan menjadi dia raja jana di kayangan.

Maka Sang Bima pun turunlah ke tanah Jawa dengan segala saudaranya dengan laskar hulubalangnya serta lengkap dengan alat senjatanya. Maka iapun lalu berbantahan dan berkelahi dengan Maharaja Bumi akan merebutkan tanah Jawa maka berperang besarlah dengan Maharaja Bumi kerana ialah raja jana dan manusia di tanah Jawa terlalu amat kesaktian berani gagah juga. Arakian maka di palu oranglah genderang pengarangan. Maka sekelian masuklah ke tengah medan berdiri bersaf2 lah menteri hulubalang pada kedua pihak. Maka masuklah hulubalang Maharaja Bumi yang bergelar dengan betara pari dan masuklah hulubalang sang bumi yang bernama Betara Wayalamana maka berseru2lah maharaja pari hai laki2 jika jika sungguh engkau laki2 maka marilah apa yang ada padamu maka dipanahkan oleh Betara Pari kepada Betara Wayalamana tujuh kali berturut2 aka ditangkiskan oleh Maharaja Wayalamana dengan perisai yang keemasan maka tiada lah berguna lagi panahnya itu maka di panah balas oleh Betara Wayalamana akan Betara Pari empat kali dan lima kali berturut2 maka di tangkiskan oleh Betara Pari tiadalah berguna lagi. Maka laskarnya pun sama juga banyak yang mati. Maka apabila masuk matahari maka dipalu oranglah genderang kembali maka lalu undur kedua pihak laskar.

Setelah keesokan harinya maka dipalu oranglah genderang perang maka masuk berhadapan kedua pihak laskar itu maka Betara Wayalamana dan betara pari masuk bermain pedang maka diparang oleh Betara Pari akan Betara Wayalamana tiga kali berturut2 maka di tangkis oleh Betara Wayalamana tiada berguna maka diparang oleh Betara Wayalamana dua kali berturut2 tiada kena maka ketiga kalinya lalu kena kepalanya belah dua lalu sampai kepada kudanya jadilah penggal empat lalu mati. Maka di lihat oleh Maharaja Bumi hulubalangnya sudah mati maka di suruhnya masuk lagi hulubalang yang lain2 habis mati dan laskarnya setengah mati dan setengah lari maka di suruhkannya masuk lagi beberapa ribu dan ratus dengan hulubalang bernama Betara Cendera maka lalu di panahnya Betara Wayalamana. Tiga kali berturut2 maka tersalah tangkisnya oleh Betara Wayalamana maka lalu kenalah di dadanya terus kebelakang lalu mati terguling maka dilihatnya hulubalangnya yang sudah mati itu oleh Sang Bima maka sekelian masuk berperanglah ramai dengan sekelian laskar hulubalang nya maka dilihatnya Sang Bima empat bersaudara yang masuk perang itu oleh Maharaja Bumi maka iapun masuk berperanglah dengan laskar hulubalangnya dengan beberapa ribu anak cendera dan pari kerana maharaja bumi itu asal bangsa daripada Sang Yang Jaharanang maka terlalu besar dan ramai perang itu terang cuaca menjadi kelam kabut habukpun naiklah keudara maka tempik suara serta gemuruh dan Guntur dan kilat kilatan senjata seperti bintang di langit.

Maka banyaklah darah yang tumpah ke tanah mengalirlah seperti air sungai dan bangkai pun tertambun2lah seperti pulau maka di dalam pengarangan itu maka terkenalah oleh anak panah maharaja akan sang rajuna sebab salah tangkisnya maka beberapa lamanya sang rajuna tiada menyedar akan dirinya melainkan tidur seperti laku orang mati jua maka terdengarlah kepada raja kayangan maharaja dermawangsa maka ia turun ke tanah Jawa membantukan saudaranya dengan segala hulubalang laskar yang seribu laksa seratus keti dan hulubalang yang kenamaan tujuh ratus yang memegang jirat dan pedang dan perisai tembaga maka terlalu besar perangnya itu Al Qosos.

Maka tersebutlah ceritera Dewa Sang Bima yang pergi mencari ubat saudaranya Dewa Sang Rajuna maka iapun pergi naik kekayangan maka bertemulah dengan seorang perempuan tuan daripada asal bangsa turun temurun daripada Sang Yang Wayanaya di namai akan dia Dewa Rimabaya maka Sang Bima pun meminta ubat penawar kepada Dewa Rimabaya itu demikian katanya “Ya tuanku hamba datang dari tanah Jawa mengadap kepada tuanku mohonkan apalah kiranya kasi saying berikan ubat penawar kerana saudara hamba Sang Rajuna telah kena oleh kesaktian anak panah Maharaja Bumi berperang di tanah Jawa”. Maka berkata Dewa Rimabaya bahawa hamba kuberikan juga ubat itu tetapi di peristerikan memang akan hamba supaya hamba berikan ubat ini nescaya sihatlah Sang Rajuna daripada penyakitnya itu maka jikalau tuan hamba tiada redha tuan hamba di peristerikan hamba, maka hamba pun tiada mau memberikan ubat saudara itu nescaya matilah Sang Rajuna itu daripada sebab kesaktian anak panah Maharaja Bumi itu”. Hataya maka berfikirlah Sang Bima daripada mendengar kata Dewa Rimabaya itu kerana Sang Bima pun tiada dia mau memperisterikan dia kerana Dewa Rimabaya sangatlah tua umurnya daripada Sang Bima akan tetapi Sang Bima pun terlalu sayang akan saudaranya Sang Rajuna.

- Putus

Beberapa lamanya telah besarlah anaknya itu maka paduka anakanda Sang Katawata Kaca memohonkan dirinya kepada bondanya maka ia pergi mendapatkan paduka ayahanda ke tanah Jawa kerana tiadalah berkesudahan perang itu dengan Maharaja Bumi. Maka Sang Katawata Kaca pun tiadalah boleh di tahan oleh paduka bondanya lalu pergi dengan segala hulubalang rakyat balatenteranya dan penggawa panglimanya dengan anak raja mambang bernama Sang Sangawana Adaya dan anak raja dewa2 bernama Maharaja Aragawana Dewa dengan beberapa keti dan laksa rakyat anak raja2 itu. Maka hulubalangnya dalam seorang2 anak raja yang ketiga itu sembilan ratus sembilan puluh sembilan maka dalam seorang2 hulubalang itu adalah laskarnya seribu keti sepuluh ratus ribu menunggang kuda lain daripada yang berjalan tanah maka apabila sampai ke tanah Jawa maka berpeluk ciumlah dengan segala paduka ayahanda dan mamannya dan bertangis tangisanlah dengan segala anak raja2 jin itu.

Maka lalu Sang Katawata Kaca mengunus senjatanya serta bercakaplah di hadapan segala ayahanda sekelian mengatakan “Jikalau patik tiada aku alahkan Maharaja Bumi baiklah kupakai cara perempuan”. Maka bercakaplah anak raja mambang “Jikalau patik lari jangan harap dua kali”. Maka bercakaplah anak raja dewa “Potongkan zakar patik jikalau hamba lari”. Maka masuklah berperang seolah2 dunia akan kiamat tempik sorak umpama gemuruh dan halilintar dan kelam kabut tiada berketahuan maka api senjata pun berkilat seperti bintang di langit dan bangkai seperti banang dan kepala seperti anak keti dan darah seperti laut.

Arakian maka berapa lamanya pengarang itu maka lalu pecah perangnya Maharaja Bumi lalu lari naik kayangan maka Sang Bima dengan paduka saudaranya dan paduka anakanda Sang Katawata Kaca meratakan seluruh tanah Jawa maka sekelian raja2 pu habislah takluk kepadanya. Arakian maka paduka Maharaja Dermawangsa pun bersuka sukaan dengan segala saudaranya dan sekelian anak jin dan anak dewa dan anak raja mambang. Maka lalu meletakkan tahta kerajaan raja kepada paduka anakanda Sang Katawata Kaca akan ganti dirinya serta disuruh pulang naik kayangan dengan segala jin dan dewa2 dan mambang menjadi raja memegang hukum kerajaan di kayangan. Maka bermohonlah Sang Katawata Kaca serta mencium peluk kaki paduka ayahanda sekelian itu lalu naik kekayangan.

Hataya maka berapa lamanya Maharaja Dermawangsa bermain2 tamasya di tanah bersuka sukaan dan ramai ramaiannya dengan saudaranya maka pergilah main2 di gunung Samawi iaitu negeri Aceh bernama Pasai itulah negeri yang telah di Asalamakan Allaha Ta A’laya daripada segala negeri yang di bawah angin. Belum adalah Rasul Allaha memang maka di sanalah diam Dermawangsa bertapa kepada Allaha Sabahana Wa Ta A’laya dengan selawat Al Quran.

Shahadan maka pada zaman rasul Allaha akan membawa dan menyuruh segala jin dan manusia yang di atas angin sampai ke bawah angin maka rasul Allaha menaruh wasiat kepada sahabat Abawa Bakara dan A’mara dan A’thamana dan A’laya jikalau sudah mati aku hendaklah engkau meratakan segala raja2 jin dan manusia yang belum masuk agama Asalama di atas angin sampai di bawah angin. Maka barangsiapa kemudian daripada ini yang turun di bawah angin jangan sekali2 di permudahkan adat sebuah gunung Samawi namanya di negeri Pasai. Itulah negeri acaya sudah di Asalamakan Allaha Sabahana Wa Ta A’laya mendirikan yang sebenar2nya kepada zaman Paduka Maulana Sultan Al Azhoyama Wa Al Kabayara Asakanadara Zawa Al Qoranayana memang dan adalah seorang anak raja jin bernama Maharaja Dermawangsa dalam negeri itu. Maka barangsiapa engkau yang sampai di sana maka hendaklah kamu memberi hormat dan azat akan raja itu dan segala orang dalam negeri itu akan tetapi kepada zaman sahabat yang empat orang itu belum di takdirkan Allaha Sabahana Wa Ta A’laya turun ke bawah angin kerana negeri di atas angin belum rata di Asalamakan.

Bermula kepada zaman Maulana Zayana Al A’badayana anaknya oleh Sayadana Hasayana maka di titahkan dua orang Sayada Mahamada dan Sayada Abarahayama turun ke bawah angin akan memasukkan agama Asalama sekelian jana dan manusia lalu masuklah ke dalam negeri Pasai. Maka di lupakanlah amanat Maulana Sayadana Zayana Al A’badayana oleh tuan sayada kedua itu maka tiadalah memberi hormat dan azat orang dalam negeri itu seperti wasiat rasul Allaha. Maka datang raja jin Maharaja Dermawangsa lalu memberi salam dengan segala tuan sayada kedua itu pun tiada mau menyahut dari kerana sebab lain rupa pakaiannya dengan segala pakaian orang Araba dikatakan kafir segala tuan2 di dalam negeri itu. Maka Maharaja Dermawangsa dengan segala tuan2 di dalam negeri berdiri mengucap sahadat dan membaca Quran hafaz sekhatam maka lalu tuan sayada kedua itu meminta ampun kepada raja Maharaja Dermawangsa maka tuan sayada kedua itupun tiadalah mau kembali ke negerinya daripada sebab malunya bahawa ialah akan menjadi orang dalam negeri itu demikianlah adanya Wa Allaha Aa’lama Al Qoshosho.

Sumber: Kitab Bima

Monday, December 27, 2010

Syair Makrifat Al Solat

Basama Allaha itu permulaan kata, disuruhkan nabi penghulu kita, mengambil berkat semata mata, dengan nama tuhan yang amat bata. Isim mula yang pertama, daripadanya amanat sekelian nama, segala yang maujud baharu dan lama, menyebut dia maka nya sama. Al Hamada Lalaha puji yang sadaya, di bawa Jabara Yala malaikat yang bahaya, turun ke Makah tanah yang mulia, kepada nabi Sayada Al Anabaya. Jabara Yala pun duduk berkata kata, dengan nabi penghulu kita, menyampaikan firman lafaz yang nyata, di junjungkan nabi sepenuh anggota.

Yang pertama di titahkan Allaha, Awala Al Dayana Maa’rayafata Allaha, dua puluh sifat mengenal Allaha, wajiblah kita Amanata Ba Allaha, Laa Alaha Alaa Allaha kesudahan kata, martabat itu daripadanya nyata, keduanya itu peringatan nyata, disanalah putus makrifat kita. Di sambut nabi Alayaha Al Salam, di titahkan tuhan Malaka Al A’lam, di suruh sampaikan kepada alam, supaya limpah sekelian alam. Jabara Yala itu malaikat yang takar, menjunjungkan titah tiada bertukar, Amara Al Maa’rawafa Ana Al Mungkar, itulah titah Rahama Al Ghorar. Di junjungkan nabi atas kepala, akan titah Rabaya Al A’laya, Falaa Shodaqo Wa Laa Sho’laya, Wa Lakana Kazaba Wa Tawalaya.

Berapa dalil yang ter lamazkur, firman Allaha tuhan Azayaza Al Ghofur, amar dan nahaya setelah mahsyur, menyuruhkan iman melarangkan kufur. Inilah titah Malaka Al A’lam, kepada nabi Alayaha Al Salam, disuruhkan ia segala Asalam, mengerjakan dia siang dan malam. Setelah sudah memegang rabaya, solawat pula akannya nabaya, ialah penghulu ajam dan arabaya, rasul Allaha Khotama Al Nabaya. Empat sahabat yang utama, dunia akhirat ialah terutama, dengan nabi bersama sama, mengersakan kafarah pada ugama.

Ibadah bahasa A’rabaya, barang di ampuni tuhanku rabaya, memohonkan syafaat pertolongan rabaya, dagang mengarang suatu shobaya. Supaya nyata kepada qolabaya, akan nikmat dengan a’zabaya, di pindahkan daripada bahasa a’rabaya, supaya mudah orang pelambaraya. Maka di karangkan suatu risalat, supaya mengikut orang yang dholalat, tuan baikkan barang yang gholat, aku namai syair makrifat al sholawat. Di dalamnya maktub mahtasur ilmu, membaca dia jangan engkau jemu, berulang2 Ya Matakalamu, supaya bertambah makrifat kamu. Syair ini tamsil pelita, menerangkan hati gelap gelita, merawat zahir terlalu nyata, kepada arif yang ber mata.

Zaman sekarang alam terbuka, mendengarkan dia setengah suka, hatimu jangan hawasan dan sangka, sungguhpun syair ilmu belaka. Membaca dia beroleh sanat, mendengarkan dia beroleh hasanat, mengamalkan dia alamat al janat, dengan berkat Sayada Al Kayanat. Mahsyurkan olehmu segenap tempat, pada segala asalama yang ada bersifat, siapa fakir beroleh berkat, dari dunia datang ke akhirat. Adapun yang disuruhkan, fardhu dan sunat di suruhkan, haram dan makruh di tegahkan, jangan sekali kita kerjakan. Menuntut ilmu jangan engkau engkar, supaya maklum amar dan mungkar, halal dan haram jangan bertukar, sah dan batal taat dan engkar.

Ketahui olehmu hai sekelian Asalam, amanat nabi Alayaha Al Salam, lima waktu umpamakan kolam, di sanalah tempat kita menyelam. Lima kali sehari sama lama, tiap2 hari siang dan malam, hilanglah di kau luar dan dalam, bersihlah badan umpama kolam. Jikalau mandi dengan air yang lalu, sehingga hilang daki dan hulu, jikalau mandi dengan air wudhu, mengampunlah dosa yang telah lalu. Setelah sudah menjelas itu, ketahui pula bilangan waktu, nama dan warna satu satu, awal dan akhir supaya tertentu. Sekelian waktu dengan namanya, masing masing dengan nabinya, berlainan pula warnanya, demikianlah lagi segala rakaatnya.

Pertama waktu Zhuhur di titahkan Allaha, bahagi Aba Rahayama Kholayala Allaha, warnanya kuning kebesaran Allaha, awalnya gelincir al shamasa yang limpaha. Empat rakaat di dalam niatnya, kerana mengikut zat sifatnya, pahalanya indah tiada antaranya, akhirnya sama bayang2 nya.

Kedua waktu A’sar bahagikan Allaha, bahagi Yawanasa nabaya Allaha, warnanya hijau matahari rendah, awalnya panjang Dholala Al Matholah. Empat rakaat di dalamnya takbiri, kerana mengikut sifat terdiri, pahalanya indah tiada terperi, akhirnya belum masuk matahari.

Ketiga waktu maghrib dengarikan Allaha, bahagi A’yasa Rawaha Allaha, warnanya cemerlang terlalu merah, awalnya malam shamasa yang indah. Di dalam lafaz rakaatnya tiga, kerana mengikut martabatnya juga, pahalanya banyak tiada terhingga, akhirnya putih warna dan mega.

Keempat Musa di zholamkan Allaha, bahagi Musa Kalama Allaha, warnanya hitam alam yang cerah, awalnya sufak yang merah. Empat rakaat di dalam lafaznya, kerana mengikut kepada sifatnya, pahalanya luas tiada hingganya, akhirnya terbit fajar kazabnya.


Kelima waktu Subuh Yashoha Allaha, bahagi Adam Shofaya Allaha, warnanya putih fajarpun merekaha, awalnya terbit shodaqo Allaha. Dua rakaat di dalam lafaznya, kerana mengikut kepada asalnya, pahalanya gelar tiada di tambangnya, akhirnya terang sekelian alamnya. Kelima itu terjali pasti, wajiblah ia kita ikuti, waktu yang luput segeralah ganti, menjadi hutang tatkala mati. Ayat ketika Allaha terjali, wajiblah kita menjunjung duli, hamba Allaha tuhan yang gholi, siang dan malam janganlah gholi.

Ketahui olehmu segala yang sakti, yang menyuruh berbuat bakti, misal nobat sultan yang shakti, mengadap dia jangan berhenti. Apabila di palu nobat nafiri, segeralah kita bercuci diri, mengambil wudhu berperi peri, sekelianlah peel syah bahari. Tatkala di palu nobat negara, di tinggalkan dahulu kerja bicara, mengadap dia dengan segera, itulah peel syah yang sejahtera. Adapun ertinya bang dan qomat, memanggil kita menjunjungkan rahmat, kerjakan dia di kurniakan nikmat, segala yang mungkir kenalah laknat. Apabila faham segala waktunya, ketahui pula isyarat solatnya, pertama mengetahui masuk waktunya, kedua mengambil air wudhu nya. Ketiga memakai barang yang salawahayanya, keempat memilih tempat ikhlasnya, wajib di hadirkan keempatnya, supaya sah amal solatnya.

Ketahui olehmu awang dan dayang, enam fardhu air sembahyang, membasuh anggota jangan kepalang, segenap waktu malam dan siang. Pertama niat serta cita, kedua membasuh muka yang lata, ketiga membasuh siku dan hanyata, keempat menyapu setengah kepala kita. Kelima membasuh kaki kanan dan kirinya, kena tertib mengatur bilangan darinya, iktikad membasuh jangan kepalangnya, supaya dosa habis berhilangnya.

Apabila sudah fardhunya tentu, ketahui pula kebinasaan itu, pertama keluar atas dua pintu, kedua hilang akal yang tentu. Ketiga bersentuh kulit laki2 dan perempuan, keempat menjabat farajnya dengan tangan, salah lawat apabila kedatangan, hilanglah wudhu yang kebalangan.

Ketahui olehmu awang dan dayang, sebelas perkara kebinasaan sembahyang, fahamkan olehmu awang dan dayang, amalkan dayang malam dan siang. Pertama menyahaja berkata kata, kedua banyak perbuatan kita, ketiga datang hadas yang lata, keempat keluar najis yang nyata. Kelima terbuka aurat yang diwajibkan, keenam berubah niat yang di qasadkan, ketujuh bersalahan kiblat dan hadapan, ke delapan minum dan makan, kesembilan niat yang di putuskan, kesepuluh tertawa yang di nyatakan, kesebelas murtad yang dikerjakan, sekelian itu membatalkan.

Ketahui olehmu awang dan dayang, tiga belas pula rukun sembahyang, kerjakan olehmu malam dan siang, sementara belum nyawa melayang. Di dalam rukun yang tiga belas, di sanalah iktiqad tulus dan ikhlas, mengamalkan dia jangan engkau malas, di akhirat hamba beroleh balas. Ketiga belas fardhu kebilangan, akan katakan banyak bilangan. Rukun yang pertama niat di dalam hati, qasad menyahaja berbuat bakti, tefardhu melintang isim awa pati, taa’yana menyatakan waktu yang di kiblati. Isyarat niat di dalam awa pati, di mengaranahkan ia di dalam hati, mengikutkan dia yang pasti, hingga sampai kesudahan solati. Niat itu rukun yang pertama, bahagian hati di kata a’lama, itulah yang dinamai tiang ugama, dirikan olehmu supaya ternama. Sahaja pun niat bahagi hati, kerana di sana mulanya pasti, segala amal dengan bakti, itulah tempat umpama peti. Jikalau di misalkan seperti orang, niat itu nafas sembahyang, niatmu ikhlas malam dan siang, tawajuhmu diam jangan engkau bimbang. Niat terbunyi di dalam shodur, kepada anggota nyatalah mahsyur, jikalau kurnia tuhan Azayaza Al Ghofur, itulah taulan di dalam kubur. Pahalanya sembahyang disebut tentu, janganlah ditinggal barang sewaktu, segala fasik tiada sekutu, di dalam kubur yatim piatu.

Rukun yang dua Takbarata Al Aharama, lain daripadanya sekelian yang harama, memberahi sheikh yang karama, disitulah tempat hatimu karama. Adapun isyarat di dalam takbir, akan meparanahnya jangan engkau taksir, syarat hati anggota dan bibir, supaya jangan hatimu mungkir. Takbir itu lafaznya arabi, bahagian lidah dengan magti, tawajuhmu jangan berubah hati, supaya beroleh makam janati. Sahaja pun takbir bahagian lidah, kerana ia lafaz yang indah, di sanalah tempat tauhid yang sudah, daripada kesukaan tiada berpangkah. Jika di misalkan seperti orang, takbir itu nyawanya sembahyang, menyebut lafaz jangan tersimpang, tawajuhmu dayang jangan engkau bimbang. Takbir itu isim Raba Al Ghofur, kepada lidahnya nyatalah termazkur, jikalau di kurnia Rahama Al Ghofur, itulah pelita di dalam kubur. Pahalanya sembahyang di sini nyata, pada mawamin peri pendita, segala buta hati dan mata, di dalam kubur gelap gulita.

Rukun yang ketiga menghadap kiblat, seperti alif huruf Al Gholat, tatkala berdiri di dalam solat, hadap di buangkan barang yang gholat. Isyarat berdiri dengan takutnya, mengadap Allaha tubuh nyawanya, tawajuhmu esa tiada duanya, supaya jangan kita kecewanya. Berdiri itu rukun yang ketiga, bahagian tubuh kita niat juga, iktikadnya dalam tiada terhingga, umpama laut tiada terduga. Sahaja pun berdiri kedua kaki, kerana mengikut Aa’naa Shora Fi, segala Ghoyara Allaha sekelian nafi, demikianlah hakikat orang yang sufi. Jika di misalkan seperti orang, berdiri itu tubuh sembahyang, kerjakan olehmu awang dan dayang, segenap waktu malam dan siang. Pahalanya sembahyang telah mahsyur, menyembah tuhan Azayaza Al Ghofur, faedahnya telah termazgur, meluaskan tempat di dalam kubur. Fardhukan dia sangat terbilang, segenap waktu malam dan siang, segala fasik orang yang malang, kuburnya sempit bukan kepalang.

Rukun yang keempat fatahah kepada kita, tujuh ayat di dalamnya nyata, wajib menuntut segala yang bermata, itulah imam kepada kita. Isyarat membaca jangan berbadan, lafaznya dan makna jangan bersalahan, dengan mulutnya supaya kesudahan, supaya hasil menyembah tuhan. Fatahah itu rukun yang keempat, bahayakan lidah kita seringat, wajib dibaca segenap rakaat, dengannya itu juga ia muafakat. Sahaja pun fatahah bahagi lidah, kerana ia kepala kalimah, mendirikan barang jangan engkau lemah, supaya terbilang di akhirat jamaah. Jika di misalkan seperti orang, itulah konon kepalanya sembahyang, baca olehmu jangan engkau mamang, segenap waktu malam dan siang. Fatahah itu kalimah yang mahsyur, kepada quran telah termazgur, jikalau di kurnia Azayaza Al Ghofur, itulah penyangga di dalam kubur. Pahalanya banyak berlain lain, demikianlah mawamin kurnia persalin, segala mawamin hidup bermain, orang yang fasik tiada berkain.

Rukun yang kelima rukuk pangkal anggota, seperti ha pada alif ba ta, punggung dan tengkuk samalah rata, ke tempat sujud pandangnya nyata. Isyarat rukuk bagiku tuntut, kedua tangan batulah ke lutut, Sabahana Rabaya Al A’zhoyama kata yang patut, demikianlah laku orang yang takut. Rukuk itu rukun yang kelima, pada bilangan segala a’lama, jikalau sembahyang dengan sempurna, tunduk terngadah bersama sama. Sahaja pun rukuk seperti ha, kerana mengikut A’naa Shorayaha, itulah taubat mu nasowaha, Tawabata Alaya Allaha Tawabata Nashowaha. Jikalau di misalkan seperti orang, rukuk itu tulang sembahyang, amalkan olehmu malam dan siang, sementara belum nyawa melayang. Pahalanya sembahyang terlalu salama, di kata oleh segala a’lama, jika di kurnia Raba Al Halayama, itulah titian Sorotho Al Masataqoyama. Segala yang beramal jangan di kata, titian itu sekejap mata, segala yang fasik terlata lata, seperti orang tiada bermata.

Rukun yang keenam tunduk tengadah, mengangkatkan tangan seperti menyembah, serta mengucap Samaa’ Allaha Lamana Hamayadaha, memohonkan makbul kepada Allaha. Iktidal itu mengangkatkan kepala, serta memuji hak Ta A’laya, jikalau subuh waktu Lama Sholaya, membaca qunut penolak bala. Iktidal itu rukun yang keenam, penolakan api neraka jahanam, di dalam dunia ilmu di tanam, di akhirat hemah masaknya ranam. Jikalau di misalkan seperti orang, iktidal itu aurat sembahyang, keras nafsumu awang dan dayang, segenap waktu malam dan siang. Pahalanya sembahyang terlalu besar, di dalamnya puji halus dan kasar, jikalau dikurnia Shayada Al Bashar, itulah payung padang mahsyar. Segala fasik orang yang malang, sangka dirinya tiada kena pulang, meraba2 ia panas bukan kepalang, mendidih otak kepala dan tulang.

Rukun yang ke tujuh sujud tujuh anggota, seperti fa di alif ba ta, di dalam kata sidang pendita, di sanalah makbulkan permintaan kita. Isyarat sujud atasnya Masholaya, mengangkatkan punggung merendahkan kepala, serta mengucap Sabahana Rabaya Al A’laya, tiga kali di baca pula. Hakikat sujud ajam dan arabaya, tawajuhnya sangat kepada rabaya, iktikadnya tidak berdua qolabaya, demikianlah tubuh walaya dan nabaya. Sahaja pun sujud dua rakaat, kerana anggota dua sangat, kiri dan kanan keduanya taat, menjadi sujud dua sangat. Jika di misalkan seperti orang, sujud itu muka sembahyang, hadapkan mukamu awang dan dayang, segenap waktu malam dan siang. Pahalanya sembahyang terlalu pasti, sungguh sungguh berbuat bakti, jika kurnia Raba Al Azati, itulah hamparan di dalam janati.

Yang kedelapan duduk antara sujud, seperti dal yang ada maujud, itulah sebenar sebenar yang makjud, kepada zat yang Wajaba Al Wajud. Duduk antara mengadap duli, ingat ingat jangan engkau lali, berdatang sembah Raba Al Ghofarali, mohonkan ampun tiada kholi. Duduk antara sahanya sangat, kepada rahman mohonkan rahmat, segala jamaah hari kiamat, di sanalah kelak di kurnia nikmat. Jika di misalkan seperti orang, itulah umpama pinggang sembahyang, mengerjakan dia sangatlah sayang, sementara belum nyawa melayang. Hakikat duduk apa terasa santar, di peha tangan terhampar, tatkala jamaah padang mahsar, memohonkan kepada Rahama Al Ghofar.

Putus-

Pahalanya sembahyang terlalu aula, mengikut suruh hak Ta A’laya, Falaa Shodaqo Wa Laa Sholaya, Walakana Kazaba Wa Tawalaya. Tatkala jamaah hari kiamat, di sanalah kelak di kurnia nikmat, kepada Allaha mohonkan rahmat, kepada nabi mohonkan syafaat. Sebab sholawat sangat utama, kerana ia nabi yang pertama, barang siapa yang menyebut nama, sholawatlah ia bersama sama. Jika di misalkan seperti orang, sholawat itu sebagai sembahyang, sholawat diam jangan bersilang, pahalanya besar bukan kepalang. Akan sholawat jangan engkau sangka, kerana syafaat di sana belaka, jika di kurnia tuhan yang baka, sholawat itu dinding api neraka. Nyatalah fasik orang yang derhaka, mungkirkan kitab tanda celaka, di akhirat jamaah kenalah mereka, di masukkan ia ke dalam neraka. Segala fasik sangatlah seksanya, panas dan dingin dengan bisanya, segala mawamin dengan sukanya, beroleh nikmat sangatlah lenanya.

Rukun yang kedua belas memberi salam, di suruhkan nabi A’layaha Al Salam, apabila bertemu sama Asalam, ialah dahulu daripada kalam. Adapun salam yang berperi, sunat menoleh bahu sendiri, memalingkan muka kepada diri, fardhu ke kanan sunat ke kiri. Adapun salam yang ke kanan, niatnya termazkur pada kiraman, citanya keluar daripada rakanan, seadanya masuk kepada zaman. Salam itu bahagian lidah, ialah di zahirkan rahim yang indah, hakikat sembahyang janganlah mudah, di sanalah tempat tauhid yang sudah. Jikalau di misalkan seperti orang, salam itu leher sembahyang, amalkan olehmu jangan kepalang, supaya senang jalanmu pulang. Apabila sempurna rukun sepuluh tiga, banyaknya pahala tiada terduga, kurnia Allaha tiada terhingga, memasukkan Asalam ke dalam syurga. Sesalnya fasik orang celaka, sekelian waktu tinggal belaka, hari yang kemudian kenalah mereka, di masukkan ia ke dalam neraka.


Rukun yang ketiga belas tertib mengatur, fardhu dan sunat tiada beratur, rukunnya habis bagai di ukur, selamat sempurna mengucap syukur. Isyarat tertib yang memahirkan, sekelian rukun di sempurnakan, fardhu dan sunat sekelian bezakan, bagai pengatur sekelian ingatkan. Tertib itu menyempurnakan rukun, fardhu dan sunat di sanalah terhimpun, ketika anggota memohon ampun, barang salah ghaib makruf pun. Mempertarakan dia jangan engkau bimbang, supaya bert tatkala bertimbang, segala mawamin yang pilihan, mengamalkan sembahyang tiada bersalahan. Jikalau ada Mahayata Al Barahan, itulah pertemu hamba dengan tuhan, sesalnya besok tiada beriman, di seksakan Allaha berapa zaman.

Sebab menolakkan hadis dan firman, putuslah rahmat Malaka Al Manan, apabila tamat sekelian rukun, segala dosa habislah di ampun. Di padang mahsyar kita berhimpun, di sanalah nyata faedahnya konon, tatkala kami ke negeri yang baka, di sanalah nyata tuah dan celaka. Segala fasik suruh belaka, melihatkan syurga dengan neraka, segala mawamin kurang sesalnya, masing masing dengan bekalnya. Sekelian lengkap dengan ugamanya, lebih kurang atas amalnya.

Amalnya sembahyang bukannya mudah, sungguhpun khabar terlalu indah, jikalau peel engkau tiada pindah, ilmunya tidak memberi faedah. Daripada isyarat amal yang makbul, suci badan nya dengan ma’lul, lidahnya benar hatinya betul, supaya hasil amal yang maf’ul. Kepada Allaha memohonkan rahmat, kepada nabi memohonkan syafaat, barangsiapa beroleh nikmat, yang meninggalkan dia kenalah laknat. Di dalamnya ada kholik dan gholat, tamatlah syair Maa’rayafata Al Sholat, sunat dan fardhu sekelian mamad, rukunnya habis syair pun tamat.

Sumber: Manuskrip Universiti Malaya